Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
"Bukankah engkau sudah menyaksikan sendiri, ada cinta luar biasa yang engkau terima tanpa harus bersusah payah mencarinya?" Kalimat itu menjadi jangkar dalam setiap tatapanku padamu, sebuah keyakinan yang kurajut dari benang-benang kesabaran dan pengertian. Aku tahu, di balik senyummu yang seringkali menyembunyikan gundah, bersemayam keraguan yang sesekali mengusik ketenangan hati. Keraguan tentang arah masa depan, tentang cita-cita yang membentang tinggi di anganmu, tentang tanggung jawab pada orang tua yang tak ingin kau abaikan.
"Aku belum membahagiakan orangtuaku," pernah terucap dari bibirmu, sebuah pengakuan tulus yang menyentuh relung jiwa. Aku memahami betul. Kebahagiaan ibu dan abimu adalah prioritas yang sama pentingnya bagiku. Bukankah cinta yang sesungguhnya akan tumbuh subur di atas restu dan kebahagiaan keluarga? Aku tidak pernah berniat memaksamu memilih, sebab bagiku, cinta yang hakiki justru akan memberikanmu kekuatan berlipat ganda untuk meraih setiap impianmu. Kita bisa berjalan berdampingan, bahu-membahu menggapai bintang-bintang, dan merayakan setiap pencapaian, sekecil apapun. Cita-citamu adalah bagian tak terpisahkan dari cita-cita kita bersama.
Kemudian, ada keraguan lain yang tersirat dalam setiap tatapanmu yang penuh pertimbangan. "Engkau... banyak yang mengagumimu," bisikmu suatu malam, di bawah langit bertabur cahaya rembulan. Terasa getar cemburu yang halus, namun yang lebih dominan adalah ketidakpercayaan dirimu. Aku menggenggam erat jemarimu, menatap matamu lekat. "Mereka mungkin melihat apa yang tampak di permukaan. Namun, engkau melihat jauh melampaui itu, menembus hingga ke sudut terdalam hatiku. Hatiku telah menemukan dermaganya, dan dermaga itu adalah dirimu."
Aku tidak pernah merasa perlu membanggakan diri atas perhatian yang mungkin pernah singgah dalam hidupku. Bagiku, semua itu hanyalah riuh rendah sebelum akhirnya aku menemukan kedamaian dalam tatapan matamu. Engkau adalah rumah, tempat jiwaku menemukan ketenangan yang hakiki. Di dalam rumah ini, sudah tersedia ruang yang sangat luas untukmu.
Mungkin engkau pernah mendengar atau bahkan melihat, bagaimana beberapa wanita mencoba mendekat. Namun, ketahuilah, sejak hatiku tertambat padamu, pandanganku selalu berusaha untuk menunduk. Bukan karena aku sombong atau tidak menghargai, melainkan karena aku sedang menjaga sesuatu yang berharga, sesuatu yang telah kutemukan dalam dirimu. Setiap kali ada sapaan atau ajakan yang terasa melampaui batas pertemanan, aku selalu berusaha menghindar. Ada semacam pagar tak kasatmata yang kubangun di sekeliling hatiku, dan engkaulah satu-satunya yang memiliki kuncinya.
Aku tidak ingin menjadi alasan kesedihan bagi siapapun. Menolak seseorang yang memiliki perasaan padaku memang tidak pernah mudah, namun bagiku, kejujuran adalah yang utama. Aku selalu berusaha mengatakan tidak dengan cara yang paling lembut, tanpa memberikan harapan palsu yang hanya akan berujung pada luka. Sebab, jauh sebelum mereka datang, hatiku telah memilih. Hatiku telah menemukan arahnya, dan arah itu adalah engkau.
Engkaulah satu-satunya yang kulihat, satu-satunya yang kuinginkan untuk menemaniku menapaki jalan kehidupan ini. Semua perhatian dari yang lain terasa hambar, tidak memiliki daya tarik sedikit pun. Karena di matamu, aku menemukan dunia yang lebih indah, lebih dalam, dan lebih bermakna. Engkaulah tujuan akhir dari pencarianku, dan bersamamu, aku ingin membangun masa depan yang abadi.
Waktu terus berputar, mengiringi langkah-langkah kita. Aku berusaha menjawab setiap keraguanmu bukan sekadar dengan rangkaian kata-kata manis. Lebih dari itu, aku ingin menunjukkan bahwa cinta ini adalah tentang kehadiran yang nyata di sisimu, dukungan yang tak pernah pudar dalam setiap langkahmu, dan penerimaanmu seutuhnya, dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Aku ingin menjadi tempat berlindungmu, sandaranmu saat lelah, dan penyemangatmu saat kau ragu.
Namun, jujur kukatakan, ada kecemasan yang seringkali menghantuiku. Aku begitu menghargai keberadaanmu sehingga terkadang aku merasa belum pantas untuk sekadar waktu lebih banyak untuk pertemuan. Langkahku, sebatas memandangimu dari jauh, mengagumi semangatmu dalam meraih impian, dan diam-diam mendoakan segala keberhasilan. Ada rasa takut untuk mengganggu kesibukan, atau bahkan membuatmu merasa tidak nyaman dengan kehadiranku.
Meskipun demikian, ketahuilah bahwa setiap doa baikku selalu menyertaimu. Aku berharap segala yang kau cita-citakan dapat tercapai dengan gemilang. Aku ingin melihatmu bersinar lebih terang, mewujudkan semua potensi yang ada dalam dirimu. Dan dalam setiap doaku itu, terselip harapan kecil, semoga suatu saat nanti, keberanian akan menghampiriku, dan aku bisa mengungkapkan semua yang kurasakan ini secara langsung kepadamu.
Sesekali, kita perlu belajar dari orang lain yang telah melangkah lebih jauh dalam kehidupan. Mereka menikah di usia muda, membangun keluarga, dan tampak begitu cepat menapaki tangga kehidupan selanjutnya. Aku mengerti jika terkadang muncul perbandingan dalam benakmu, pertanyaan tentang "Perlukah itu untuk kita sekarang?"
Aku memiliki kerinduan yang sama untuk melangkah ke jenjang berikutnya bersamamu. Bagiku, pernikahan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah babak baru yang lebih indah, sebuah petualangan yang akan kita jalani berdua.
Aku membayangkan sebuah kehidupan yang tertata indah bersamamu, meskipun kesibukan kuliah masih mewarnai hari-harimu. Aku tidak melihat kuliah itu sebagai penghalang, justru sebaliknya, itu adalah bagian dari dirimu yang aku kagumi. Kita bisa saling mendukung dalam meraih pendidikan terbaik, saling memotivasi di tengah tugas-tugas yang menantang. Aku percaya, dengan perencanaan yang matang, sikap dan akhlakmu, juga komunikasi yang baik, kita bisa menyeimbangkan antara studi, impian pribadi, dan kehidupan rumah tangga yang harmonis.
Menikah denganmu bukanlah tentang terburu-buru meninggalkan masa muda, melainkan tentang membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan yang lebih cerah. Aku tidak ingin mengekang impianmu, justru aku ingin menjadi sayap yang membantumu terbang lebih tinggi. Aku ingin menjadi tempatmu berpulang setelah seharian mengejar cita-cita, tempatmu berbagi suka dan duka, dan tempatmu menemukan ketenangan dan kehangatan.
Aku ingin kita tumbuh bersama, belajar bersama, dan meraih kesuksesan bersama. Aku ingin kita membangun keluarga yang penuh cinta, tawa, dan saling pengertian. Aku ingin kita menciptakan kenangan indah yang akan kita ceritakan kepada anak cucu kita kelak. Aku melihat masa depan bersamamu bukan sebagai sebuah beban, melainkan sebagai sebuah kesempatan yang tak ternilai harganya.
Aku tahu, mungkin sulit bagimu untuk sepenuhnya percaya pada ketulusan seseorang, terutama dengan segala perhatian yang mungkin pernah menghampiri kita berdua. Namun, di bagianku, aku ingin engkau tahu satu hal: semua itu tidak ada artinya dibandingkan dengan kehadiranmu dalam hidupku. Engkau adalah satu-satunya yang berhasil menyentuh palung hati yang terdalam.
Seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa perjuanganku untuk menyampaikan rasa ini tidak bisa lagi terbatas pada barisan pesan singkat atau upaya mencari celah di antara kesibukanmu hanya melalui sebuah chat. Ada batasan yang terasa nyata, sebuah jarak yang tak bisa sepenuhnya dijembatani oleh kata-kata di layar ponsel. Aku mulai memahami bahwa perhatian yang sesungguhnya membutuhkan lebih dari sekadar notifikasi yang berkedip.
Perjuanganku kini bertransformasi menjadi upaya untuk hadir dalam bentuk yang lebih nyata, meskipun saat ini masih sebatas doa dan dukungan dari kejauhan. Aku menyadari, untuk benar-benar meyakinkan hatimu, aku perlu menunjukkan ketulusan ini melalui tindakan yang lebih berarti, melalui kesabaran dan pengertian yang mendalam. Bukan lagi tentang bagaimana membuatmu menyukaiku lewat rangkaian kalimat, melainkan bagaimana membuktikan bahwa aku akan selalu ada, siap mendukung setiap langkahmu.
Engkau adalah bagian terpenting. Aku ingin engkau merasa aman dalam cintaku, merasa dicintai tanpa syarat, dan merasa bahwa bersamaku, engkau bisa menjadi dirimu sendiri sepenuhnya.
Suatu hari nanti, aku yakin, engkau akan menatap mataku dan menyadari dengan sepenuh hati, bahwa cinta yang kita miliki ini adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Bahwa cinta ini hadir bukan karena engkau mencarinya, melainkan karena hati kita memang ditakdirkan untuk saling menemukan. Dan saat itulah, semua keraguanmu akan sirna, digantikan oleh keyakinan yang sama kuatnya denganku: bahwa cinta yang luar biasa ini telah engkau terima, tanpa perlu engkau bersusah payah mencarinya. Cinta itu adalah aku, bukankah engkau yang lebih dulu merasaknnya.
-Tamat