Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Komedi
Ada Cerita di Ruang BK
1
Suka
55
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Ada Cerita di Ruang BK

Tahun 2016 lalu aku mendapat panggilan kerja sebagai Guru BK disalah satu sekolah swasta di Kabupaten Brebes. Sebelum diterima aku harus melalui tes wawancara oleh seorang Kepala Sekolah SMP Muhi yang sangat berwibawa. "Kami membutuhkan Guru BK dan kualifikasi pendidikan anda adalah seorang Guru Bahasa Inggris, apakah anda sanggup mengampu bidang tersebut? " tanya pak Jamal . "Sanggup Pak" jawabku dengan tegas tanpa berfikir panjang. Esok harinya aku mendapat telfon dan langsung disuruh berangkat mengajar. Ada rasa sedikit takut karena mengajar pelajaran BK harus tegas, galak dan bermuka menakutkan namun aku sendiri orang yang pemalu dan introvet . 

"Assalamualaikum" sapaku pada kepala sekolah yang berbadan pendek serta gendut itu. "Walaukumsalam, silahkan masuk bu Minda" jawab Pak Jamal. "Assalamualaikum Pak, apakah Bapak memanggil saya? " sapa Guru bermuka galak . Aku melirik papan namanya dan ternyata dia guru BK yang bernama Bu Tini. "Silahkan masuk bu Tini, ini Bu Minda yang saya rekrut kemarin intuk menggantikan Pak Joko yang sedang sakit, tolong antarkan ke ruang BK dan jelaskan tugas tugasnya karena kualifikasi bu Minda adalah guru Bahasa Inggris bukan BK namun saya percaya Bu Minda bisa menggantikan Pak Joko selama sakit" Jelas Pak Jamal dengan panjang lebar. "Baik Pak" Jawab Bu Tini dengan tegas. "Bu Minda silakan ikuti Bu Tini, Bu Tini adalah koordinator BK " Jelas Pak Jamal lagi. "Baik Pak" Jawabku tak kalah tegas. 

Sesampainya dikantor BK, Bu Tini mempersilahkan aku duduk dimeja yang bertuliskan nama Dilla S.Pd. dan dikursinya pun sudah ada tas berwarna hitam. "Duduk disini dulu ya Bu untuk sementara karena tidak ada meja kosong lagi" kata Bu Tini. "Baik Bu" jawabku. Didalam ruangan BK ada 5 meja guru yang masing masing bertuliskan Tini, Dila, Wala, Joko dan Eni. Tak beberapa lama seorang wanita cantik berkulit putih bersih masuk. "Pengganti Pak Joko ya" tanyanya, "Iya bu" Jawabku."Wah ada guru baru disini" Kata wanita berjilban besar dan masih seumuran guru tadi yang bertanya. "Perkenalkan namaku Dila" jawab wanita berjilbab besar tadi. "Saya Minda Bu" Jawabku malu malu. "Jangan panggil Bu kita kan seumuran" Jawabnya lagi. "Iya mba dila" Jawabku terbata bata. Bu Tini pun masuk ruangan BK lagi dan menjelaskan kepada mba Dila bahwa untuk sementara waktu aku duduk berdua dengannya dengan satu kursi dan meja bergantian, padahalada meja dan kursi Pak Joko yang ngangur karena beliau sedang sakit dan cuti lama. Mba Dila sudah protes namun ditepis guru cantik tadi yang ternyata bernama Eni. Semua diruang BK diatur oleh Eni yang sejak awal sudah judes denganku. Esok harinya Pak Jamal membelikan meja dan kursi baru untukku karena memang sekolah ini kekurangan guru baru. Bu Tini akan jarang kesekolah karena harus pelatihan IN ON disekolah lain, ia hanya beberapa kali datang hanya untuk ambil berkas nantinya. Hari ini ia berpamitan akan paltihan selama 3 bulan dan semua kegiatan kantor dihandle oleh Bu Eni.

"Gak usah panggil aku bu mba, aku bukan ibu kamu ya" Jawabnya galak saat aku menyapanya dihari kedua kerja. "Baik mba Eni" Jawabku dengan kebingungan. "Ini meja kamu tuker dengan meja saya, guru baru gak harus meja baru juga kan" Perintahnya dengan nada jengkel. Baru aku mau angkat meja dan kursinya untuk ditukar dengan meja mba Eni, Pak Joko masuk dan bilang" Bu Minda itu meja saya beli buat ibu gunakan ya, semoga betah dan kerasan kerja disini dan selamat bergabung disekolah kita" . Baik pak terimakasih mohon bimbingannya" Kataku penuh percaya diri. "Bu Eni jangan dinakali Bu Minda ya jangan musuhan seperti kamu dan Bu Dila" Celetuk Pak Joko dengan melenggang pergi. "Nih potong potong surat izin masuk dan keluar memakai cutter" Perintah mba Eni padaku. "Mba bukankah lebih baik pakai gunting agar rapi kenapa harus pakai cutter" tanyaku."Malah ga rapi mba kalau pakai gunting" Kilahnya lagi. Tidak ada alas yang aku gunakan untuk mengiris kertas dan membaginya menjadi empat, akhirnya aku tau maksud dari Mba Eni menyuruhku mengcutter kertas ini, agar meja baruku terkena goresan cutter. Mba Eni ternyata minta main denganku, aku akan meladeninya. Diakira aku takut dengannya, "hahahaa" tawaku dalam hati. Aku mencoba mengcutter kertas dengan lama dan hati hati. Aku sengajakan agar dia marah. "Kamu kaya keong amat cuma mengcutter aja setahun" dia mulai terpancing. "Iya mba bisa contohin ga mba, aku gapaham" kilahku. Sambil ngomel dia ambil cutter dan kertasnya "kertas 1 kardus kamu cutter cuma 2 lembar, nih liat ambil satu genggam" dan sret "Awwwwww" teriak mba Eni. "Yes" jawabku . Mba Eni tergores tangannya dengan luka banyak darah. "Kena jebakan kau akhirnya"tawaku dengan nyaring .Ia tambah marah marah padaku dan ngomel dia berlari menuju ke UKS. Mba Dila dan Pak Wala masuk dan bertanya padaku. Aku jelaskan semuanya dan mereka berdua tertawa dan minta tos. Mba Dila dan Pak Wala juga selalu dikerjai mba Eni sampai hampir dipecat karena selalu difitnah. Namun mereka bahagia melihatku bisa dengan cara licik membalasnya. Akhirnya mba Dila dan Pak Wala membantuku menggunting kertas surat izin ini. Kami bertiga berjanji akan melawan mba Eni jika dia berulah lagi, apalagi Bu Tini 3 bulan pergi dan Bu Eni lah yang berkuasa.

Esok paginya mba Eni berangkat dengan wajah minta perang. Pagi pagi dia sudah memarahi murid muridnya dengan ganas, semuanya salah dimatanya, mulai dari menabok mengunting rambut murid dan membuang sabuk sabuk serta menggunting celana menjadi dua bagian. Akusangat ngeri melihatnya. Apakah guru BK harus sekejam itu dan berwajah galak. Setauku guru BK haruslah menjadi rumah konseling bagi anak didiknya. Aku mendekati seorang siswa laki laki yang menangis karena celananya dipotong olah mba Eni. Aku menuntunnya untuk menepi dibawah pohon. Mba Dila pun menghampiri, ia mengusap rambut siswa laki laki tadi."Kamu kenapa nangis" tanya mba Dila dengan nada memelas. "Celana satu satuku dipotong Bu Eni Bu" jawabnya penuh terisak. "Celana kamu terlalu pendek makanya Bu Eni potong mas" sela Bu Dila. "Kamu tau kan kesalahan kamu" jawab Mba Dila dengan nada agak meninggi. "Tapi bu aku tidak punya uang untuk membelinya dan hanya punya satu celana ini, apakah salah saya kalau saya semakin besar dan celana ini ga muat, ayah ibu saya sudah meningal bu, saya hanya tinggal dengan nenek saya" jawabnya dengan masih terisak. Asstagfirullahadzim" jawabku dan mba Dila dengan serempak. Kamiberdua lantas merogoh saku rok kita masing masing dan memberikan uang untuk siswa lelaki tadi. "Ini buat beli celana ya mas" aku memgacungkan tangan. "Maaf bu saya dan nenek tidak tau beli celana ditoko mana dan pakai kendaraan apa ketoko nya, sedangkan saya hanya punya kaki saya untuk kemana mana" jawabnya dengan memgusap air mata. "Gini aja nanti Bu Dila belikan ya, besok pagi Bu Dila antar kekelasmu" jawab Mba Dila kemudian. "Terimakasih banyak ya Bu" jawabnya dengan salim tamgan dan meninggalkan kami berdua pergi. Aku tak habis pikir, guru BK sejatinya bukan guru yang semena mena memotong celana siswa, dan membentak bentaknya, bukankah psikologi juga ditekankan untuk menghadapi masalah siawa bukan dengan kekerasan yang dilakukan Mba Eni. Mba Eni masih terus saja melalukan tamparan tamparan kecil kepada siswa yang tedlambat sekolah bahkan memangkas rambut siswa yang gondrong dengan semena mena. 

Aku dan Mba Dila saling pandang dan tertawa kemudian, "Kita nanti makan siang apa Minda, uang kita buat beli celana murid" tawanya. Kita berdua tau kita hanya guru honorer yang digaji tak seberapa."Kita puasa setengah hari aja ya mba hari ini" tawaku kemudian. Kita berdua akhirnya pergi ke ruang BK saja setelah lelah mendisiplinkan murid dijam pertama masuk sekolah. Aku melihat Mba Eni sedang membuat es coklat diatas mejanya. Aku baru sadar kalau meja mba Eni sungguh high class. Ada kipas angin, ada komputer, ada print prinant dan sampingny ada kulkas. "Wah melebihi meja kepala sekolah" batinku. Sebenarnya siapa mba Eni disekolah ini kenapa sepertinya ia spesial sekali. Mba Dila sepertinya memahami kebingunganku. Ia pun menjelaskan jikalau ibunya Mba Eni adalah bendahara di sekolah ini yang artinya semua kendali uang ada di ibu Mba Eni. 

Beberapa minggu menjadi honorer di sekolah kami semua mulai disibukkan dengan ekstrakurikuler. Aku mendapat tugas menjadi koordinator eskul Pramuka, mba Dila eskul jurnalistik, Pak Wala eskul PKS dan Mba Eni eskul Musik. Kami para guru muda memang sengaja dipilih agar tenaga kami bisa terserap dan ide ide cemerlang diciptakan. Kami semua sibuk dengan laporan dan kadang kami pun pulang malam untuk lembur laporan eskul. Kami berempat selalu menggunakan komputer ruang BK yang ada di meja Mba Eni. Esok pagi adalah hari dimana laporan eskul harus diprint. Pagi pagi sekali aku berangkat agar bisa ngeprint laporan eskul. Aku buka folder D di komputer dan aku cari file Pramuka namun tidak ketemu. Keringat dinginku mulai bercucuran dan seketika air mataku menetes. Betapa bodohnya aku tak menyimpan file sebanyak itu di flasdishku. Beberapa minggu aku sedah lembur dan pulang malam hanya untuk mengerjakan laporan itu. Pak Wala tiba tiba mengangetkanku. "Kenapa mba Minda nangis pagi pagi" tanyanya padaku. "File Laporan Eskul saya hilang pak, dan belum aku print" jawabku terisak. "Jangan jangan file lapiran eskul PKS saya juga hilang" jawabnya dengan panik. Pak Wala berlari menuju arahku dan mengotak atik komputer. "Brengs*k fileku juga hilang" teriaknya kemudian. "Ada apa sih pagi pagi ribut" tanya mba Dila dengan masih santai dan manaruh tas. "Ini Dil file laporan eskulku dan Minda hilang" jawab Pak Wala masih dengan nada marah. "Ya Allah jangan jangan fileku juga hilang" mba Dila juga panik dan berlari menuju komputer. "astagfirullahhaladzim" isaknya lagi. "Ada apa sih pagi pagi pada nangis" mba Eni tiba tiba masuk ruangan. "Kamu pasti ya En yang menghapus laporan eskul kami bertiga" bentak Pak Wala yang sudah tidak bisa menahan emosi. "Loh kalian ga tau kalau komputer ini khusus untuk laporan BK saja, semua laporan yang bukan BK aku hapus dong" jawabnya dengan senyum penuh kemenangan. "Bukankan kamu tau kita semua begadang untuk mengerjakan laporan ini En, seenggaknya kamu bilang kalau mau hapus kan bisa kita pindah ke flasdish kita" jawab mba Dila dengan masih menahan tangis. "Salah sendiri bodoh masa laporan penting ga diduplikasi di flasdih sih, aku kira kemarin itu file sampah ya aku hapus" jawabnya dengan senyum. "Udah ayo kita piket didepan, udah siang, tinggal ketik ulang apa susahnya sih kan masih ada waktu 2 hari lagi" jawabnya dengan senyum kelicikan. Aku hanya diam saja dan masih memgalir air mata disudut mataku.

Jam pelajaran pertama dimulai, Mba Dila, Pak Wala dan Mba Eni sibuk harus mengajar kekelas kelas. Aku hanya duduk termenung dikantor masih syock dan tidak habis pikir kenapa ada orag sejahat itu didunia ini. Tiba tiba bu Tini masuk dan menghampiri ku. "Bu Minda bisa bantu saya mengedit laporan BK, saya tidak bisa komputer dan saya butuh bantuan ibu" tanyanya dengan memelas padaku. "Bisa bu" jawabku. Akupun membuka komputer dan mencari file yang diminta Bu Tini untuk diedit, karena aku kebingungan aku buka semua folder dan taraa aku menemukan file laporan eskul Musik milik mba Eni. Akupun muncul ide untuk memberikan dia pelajaran lagi. "Bu gimana kalau Bu Tini saya ajarin biar bisa komputer, ibu yang klik saja ya, saya yang arahkan agar ibu nanti bisa edit sendiri" rayuku pada bu Tini. "Wah kebetulan bisa les gratis, makasih ya mba" jawabnya. "Coba file folder ini klik kiri bu terus klik delete" perintahku pada bu Tini. "Baik, klik, klik,terus lanjutnya apa? " tanyanya. "Maaf bu bukan file ini bu, tapi file sampingnya, itu file laporan eskul bu" jawabku dengan cemas namun senyum tak ketinggalan. "Waduh terus gimana, saya tidak tau mba" jawabnya dengan cemas. Saat Bu Tini dan saya sedang ketakutan, mba Eni tiba tiba datang dan bertanya. "Lagi apa kalian berdua? " . "Ini lagi latihan edit file En. " Sini sini bu aku aja yang ajarin" Sikutnya padaku untuk segera mundur. Mba Eni pun mengambil alih posisiku dan dia pun duduk didepan komputer."Loh kok data laporan fileku hilang sih" teriaknya. "Kamu ya Min yang hapus" tuduhnya padaku. "Maaf mba Eni dari tadi saya sama sekali tidak memegang komputer, tanya saja pada Bu Tini kalau tidak percaya. " Iya En dari tadi saya yang main komputer" jawab Bu Tini dengan ketakutan. "File laporan eskul Musikku hilang Bu" jawab Mba Eni dengan ketakutan san terus memegang mouse komputer. "Loh mba, katanya tadi ini komputer BK dan hanya boleh laporan BK saja yang disimpan terus kalaupun hilang masih ada beberapa hari lagi kan untuk membuatnya" jawabku penuh kemenangan. "Iya En, kan kamu sendiri yang bilang kalau komputer BK hanya untuk laporan Bk" jawab bu Tini. "Awas kamu minggir aku mau les sama mba Minda" usir Bu Tini pada Eni. "Sini sini bu aku ajarin lagi" kedipku pada mba Eni. 

Esok harinya aku, Pak Wala dan Mba Dila bergadang bersama mengerjakan laporan diruang kurikulum sambil tertawa tak ada habisnya mengingat kejadian penghapusan file oleh Bu Tini atas perintahku. Tak terasa dengan bahagia kami mengerjakan laporan eskul dengan cepat diiringi tertawa yang tak kunjung usai. "Entah hal apalagi yang akan diterima kami bertiga atas kedzaliman mba Eni" pikirku saat ini. Setiap hari mba Eni masih saja memerintah dengan semena mena. Iaselalu saja membuat keributan. Ia selalu memerintah kami bertiga agar melaksanakan semua tugas. Namun ia selalu melaporkan kepada kepala sekolah kalau ia yang mengerjakannya. Ia juga selalu memfitnah dan memarahi kami bertiga dan selalu menyalahkan apa yang kita lakukan.Mulai dari ia yang selalu dipuji para guru senior dan meminta semua tugas dilimpahkan kepada guru BK namun endingnya kami bertigalah yang menyelesaikan. 

Kesalahan fatal yang mba Eni lakukan adalah saat mba Dila sedang hamil besar dan mba Eni tetap menyuruhnya untuk mengabsen berkeliling ruang kelas. Mba Dila sudah memohon untuk beristirahat karena dia sedang hamil besar. Akupun mengejar mba Dila dan mengambil laporan asbsensi siswa. "Udah mba Dila istirahat saja" kataku . "Terimakasih ya mba Minda, sungguh Eni sangat kejam sekali padaku" isaknya dengan memegang perutnya. Aku berlari menuju kantor kepala sekolah dan menceritakan semuanya pada Paka Joko. Pak Jokopun marah dan memanggil mba Eni. Pak Joko meminta mba Eni untuk mengabsen sendiri keliling ruang kelas. Kondisi jalan setapak menuju ruang kelas sangat licin dan nahasnya mba Eni terpeleset dan jatuh ke selokan yang berwarna hitam. Semua murid muridpun tertawa melihat keadaan mba Eni.Aku juga menata ruang BK agar seimbang. Komputeryang tadinya dimeja mba Eni aku pindahkan ke meja khusus untuk bisa digunakan bersama dan kipas angin yang tadinya dimeja mba Eni aku pindahkan ke atas ruang agar bisa dinimati semua. 

"Aku tidak takut padamu mba" jawabku lantang pada Mba Eni. "Kamu berani melawan saya" bentak mba Eni. "Aku tidak melawan aku hanya meminta keadilan, kasian mba Dila sedang hamil besar dan terus disiksa mba Eni" jawabku dengan tegas. "Oke aku akan balas dendam padamu ya, liat saja " jawabnya dengan penuh amarah. Esok paginya mba Eni menyuruhku untuk piket didepan setiap hari karena katanya selama bu Tini pelatihan ia lah yang menjadi koordinator BK. Aku pun mengalah menjalani semua perintahnya. Setiap hari aku berangkat pagi dan mengabsen setiap murid yang terlambat serta menuliskannya di buku piket serta menemani anaka anak mendapat sedikit hukuman agar jera. Mba Eni selalu berangkat siang dan seenaknya sendiri menjalankan tugas, bahkan kadang ia libur tidak berangkat kerja dengan alasan sakit dan tak enak badan namun setiap hari. Walaupun dia tidak berangkat dan sering libur namun ia selalu mencari muka dengan kepala sekolah.

Setiap tugas yang aku kerjakan pasti mba Eni akan mengakunya kalau dialah yang mengerjakan dan dengan bangga mencari muka terhadap kepala sekolah dan guru geqi kuru senior. Aku diam saja dan tak memggubris semuanya, hanya mba Dila dan Pak Wala yang mengerti apa saja yang mba Eni lakukan diruang BK. Tibalah saat saat terakhir untuk pembagian raport dan sebelum pembagian raport kita harus merekap semua point point pelanggaran di BK mulai dari absensi data anak yang terlambat saat masuk sekolah dan point point pelanggaran. Bu Tini sudah selesai pelatihan dan sudah kembali ke ruang BK . Mba Eni tidak mungkin menyuruh kami mengerjakan tugasnya lagi karena Bu Tini sudah kembali. Ia akan kembali memcari muka dan memfitnah kami karena kami tidak mau bekerja padahal ialah yang setiap hari absen dan hanya memerintah saja. Saat merekap buku piket siapa yang terlambat datang kesekolah, mba Eni tiba tiba teriak, "Ini tulisan apa sih jelek banget gabisa dibaca, udah gitu nama Ayu dikelas 9A itu ada 3 ini Ayu siapa yang terlambat masuk? " nyaringnya dengan nada yang selalu ia gaungkan. Aku yang merasa itu tulisanku pun hanya diam saja. "Nama Ayu dikelas 9A itu ada 3 harusnya kalau mencatat itu nama lengkap bukan nama panggilan" celanya lagi. "Loh En tugas piket kelas 9 kan kamu sendiri yang nulis kenapa marah marah" tanya bu Tini. Mba Eni lupa kalau dialah yang seharusnya mencatat semua data keterlambatan siswa dan dia sengaja mau menyudutkanku tetapi malah dialah yang kena batunya karena dianya yang selama ini koar koar mengaku kalau semua pekerjaan dikerjakan oleh dirinya sendiri. Aku pun tertawa dalam hati karena kesalahanku dia yang kena batunya dan menanggungnya. "Iya bu aku lupa kalau ini tulisanku sendiri" jawabnya dengan pasrah. Ia yang tadinya mau menyalahkanku mengurungkan niatnya karena jika ia menyalahkanku maka ia akan menelan ludahnya sendiri dan mengaku kalau selama inilah aku yang mengerjakan tugasnya. Pembagian rapot pun dimulai, semua catatan pelanggaran sudah diserahkan kewalikelas untuk dibagi ke orangtua walimurid. Aku dan mba Dila serta Pak Wala duduk santai didepan ruang BK dan santai santai sambil memandang orang tua wali murid siswa yang berlalu lalang mengambil rapot anak. Tiba tiba banyak wali murid kelas sembilan masuk kekantor dan mencari mba Eni. Mereka protes karena anak mereka banyak yang mendapat pelanggaran dan point sedangkan bukti tidak ada. Mba Eni pun dimarahi para wali murid serta Bu Tini dan kepala sekolah Pak Jamal. Datalaporan yang dibuat mba Eni semua keliru gara gara aku yang salah mencatat nama anak anak yang bernama sama. Kami bertiga hanya tertawa terbahak bahak melihat mba Eni.

Mba Dila pun menghampiri mba Eni dan mencoba menghiburnya walau sebetulnya ia juga sangat marah pada kelakuan mba Eni. "En ayolah kita satu ruang satu pekerjaan kalau ada apa apa ayo kita selesaikan bersama , jadilah senior yang baik buat Minda agar ia juga menghormatimu, sudahi sikap egoismu" lirinya pada Eni. "Iya Dil aku minta maaf ya atas sikapku selama ini pada kalian" mencoba memeluk mba Dilla. Aku dan Pak Wala yang melihat dari kejauhan pun mencoba mendekat dan ikut berpelukan . Kita berempat berjanji akan bekerja sama dengan baik dan akan menjadikan ruang BK ruang yang sangat disiplin dan terbuka akan bimbingan konseling anak anak.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Komedi
Cerpen
Ada Cerita di Ruang BK
AGISTINA AP
Flash
DIPAKSA DEWASA
lany hardila
Flash
What A Thrilling Night!
hyu
Flash
Bronze
Kamis Mengiris
Arif Holy
Flash
Bukan Anak Durhaka
Nunik Farida
Cerpen
Lady Ciprut dan Gendhuk Tini
bomo wicaksono
Flash
Modus Baju
Ravistara
Flash
Bronze
Demit Go Away!
Bronzeapple
Komik
Bronze
AFTER MARRIAGE
Agam Nasrulloh
Flash
Tutorial Melawan Begal
Braindito
Flash
Android vs Apple
Kiko
Komik
Banana Tree (Oneshot)
Muhammad Naufal Monsong
Cerpen
Bronze
Purnama di atap rumahku
Desy Sadiyah Amini
Komik
Me With My Famous Sister
Intan Rahmadani
Cerpen
Kerkom Chaos
lvyndla
Rekomendasi
Cerpen
Ada Cerita di Ruang BK
AGISTINA AP