Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Suasana malam di hari itu, terasa suram dan mencekam. Tidak ada suara canda tawa ataupun percakapan dari seseorang. Tetesan air terdengar dari luar rumah dan embusan angin menyebabkan ranting pohon saling beradu, menandakan hujan. Di antara penghuni rumah yang sedang terlelap di dalam mimpinya. Ada satu kamar, penghuninya masih sibuk dengan masalah di dalam pikirannya. Tidak ada yang tahu permasalahan yang di hadapi gadis itu sekarang. Dia hanya bergumam terus menerus, seolah-olah ada seseorang di hadapannya sekarang sebagai teman bicaranya.
“Mengapa dunia harus jahat denganku? Mengapa aku tidak mahir dalam bahasa Inggris? Tidak seperti teman-temanku. Mengapa aku seperti ini? Sehingga aku mendapatkan nilai ulangan 50. Lihat ini semua perbuatanmu, jika kamu mahir pasti kamu tidak dipermalukan di depan teman- temanmu,” ucap seorang gadis sambil menangis dan mengelap air matanya yang terus mengalir. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri atas kegagalannya. Hatinya terasa sakit karena gurunya melontarkan kata-kata menyakitkan yang tidak didefinisikan olehnya. Kejadian seminggu lalu akan menjadi bumerang baginya.
Dia teringat esok adalah hari kamis, pelajaran yang membuatnya menangis malam ini yaitu bahasa inggris. Dia berencana izin besok, walaupun dengan alasan yang tidak masuk akal asalkan tidak berhadapan dengan guru tersebut. Namun, dia harus membuat alasan kepada orang tuanya untuk tidak datang hari ini. Tapi nihil, dia tidak dapat ide. Pikirannya bercabang, di satu sisi pelajaran kesukaannya di hari itu juga ada yaitu matematika. Namun, disisi lain dia akan berjumpa dengan guru yang membuat hatinya terasa sakit, seperti ada yang mencabik-cabik hatinya tanpa belas kasihan.
Di malam itu, dia hanya bisa berdoa kepada tuhan agar diberikan kemudahan hari esok. Dia terlelap dalam mimpinya, tapi sebelum tidur dia mencoba mengurangi bengkak di matanya setelah menangis. Dia takut ketahuan oleh orang tuanya. Jika, ketahuan kalau tadi malam habis menangis. Pasti banyak pertanyaan yang diberikan oleh ibunya, seperti wartawan sedang memburu kabar terbaru. Dia takut, jika orang tuanya mengatakan sesuatu yang tidak diinginkannya. Terkadang orang tua merasa bisa menyelesaikan permasalahan anaknya ataupun mengurangi beban yang diderita anaknya. Namun, perkataan mereka yang membuat anak mereka tidak percaya.
Keesokan pagi, suara ketukan pintu terdengar.
“ Kak, bangun, sudah pagi!” teriak seorang wanita paruh baya yaitu ibunya Silvi. Silvi terbangun karena terusik dari suara ibunya yang membuatnya susah tidur kembali.
“Kak, bangun, sudah pagi!”
“Iya, Bu,” teriak Silvi dari balik pintu sambil membuka pintu kamar. Dia menoleh ke kanan-kiri mencari keberadaan ibunya, tapi tidak ada batang hidung yang terlihat. Dia bergegas ke kamar mandi dan melaksanakan ritual mandi seperti biasanya.
Setelah selesai melakukan ritual paginya, dia berangkat ke sekolah dan di antar oleh ayahnya ke sekolah menggunakan motor kesayangan ayahnya. Di sepanjang perjalanan, Silvi menikmati udara pagi. Sekali-kali melihat aktivitas pagi orang di luar rumah.
Akhirnya silvi sampai disekolah tepat waktu, tidak ada namanya drama terlambat sekolah lagi. Dia memperhatikan sekelilingnya. Ada sesuatu yang menurutnya aneh.
“Kenapa sepi hari ini?” ucap Silvi di dalam hati. Dia melihat kearah jam tangannya dan jarum panjang mengarah pukul tujuh pagi. Ternyata dia datang terlalu cepat untuk datang ke sekolah, tidak seperti biasanya. Tidak ada satu pun siswa yang berlalu lalang, hanya petugas bersih yang sedang menyapu di halaman sekolah. Silvi melangkah kakinya menuju kelas, tepat di bawah tangga lantai dua.
Dia akan menyambut hari baik ini, karena ada pelajaran matematika menantikannya. Tapi dia terlihat murung kembali karena mengingat hari ini ada pelajaran bahasa Inggris.
Waktu seiring berganti, tiba saatnya memulai pelajaran bahasa Inggris. Dia ingin sekali cabut di hari itu juga, tapi itu tidak akan terjadi karena Silvi merupakan anak biasa saja di sekolahnya. Istilah anak biasa dijuluki untuk anak yang tidak suka berbuat masalah di sekolah atau tidak terlalu menonjol di antara teman-temannya.
“Hello my student,” ucap seorang wanita paruh baya sambil melambaikan tangannya dan tersenyum.
“Hello ma’am,” ucap semua siswa dikelas dengan antusias.
“ How are you?”
“I’m fine ma’am,” ucap semua siswa dan mengatakan jika mereka baik-baik saja. Namun, berbeda dengan Silvi. Dia hanya membalas, tapi raut wajahnya tidak mengatakan kalau kondisinya tidak baik-baik saja sekarang.
“Boleh tidak, jika ma’am Ratna tidak masuk sekali. Kulihat ma’am Ratna selalu masuk setiap hari, tapi cara menyampaikannya materi pelajaran kurang menyenangkan,” gumam teman sebangku silvi sambil menoleh ke arah silvi. Silvi hanya bisa tersenyum mendengar ucapan dari temannya. Ternyata dia tidak sendiri membenci pelajaran ini.
Silvi mengingat seseorang mengatakan kepada penontonnya, ketika dia sedang menonton video di salah satu aplikasi.
“Sukai lah semua mata pelajaran. Walaupun kamu tidak menyukai pelajaran tersebut." Dia berpikir, jika dia memaksakan pelajaran yang tidak disukainya menjadi suka. Maka, akan menimbulkan perasaan gelisah dan bercampur aduk di otaknya. Jika dia memaksakan suka pelajaran bahasa Inggris, apakah mengurangi beban dipikirannya? Tentu tidak, itu hanya pemikiran dari Silvi saja. Ada rasa sakit berbekas dihatinya. Sehingga peristiwa yang tidak diinginkan Silvi terjadi, yaitu di permalukan di depan teman-temannya karena dia tidak bisa berbicara bahasa inggris di depan kelas. Pemikiran negatif yang selama ini di pikirkan oleh Silvi pasti terjadi. Dugaan Silvi benar, Bu Riska memarahinya.
“Silvi kenapa kamu diam, seharusnya kamu ngomong saja. Kenapa diam? Kamu seharusnya seperti temanmu Fara. Lihat Fara, dia lancar pengucapannya. Lain kali saya tidak mau seperti ini. Seharusnya jangan malu, ucap saja yang ada di kepala kamu. kalau ada ucapan yang salah, saya perbaiki." Ucap dengan suara tegas kepada semua siswa dikelas.
Silvi hanya bisa terdiam, tapi di dalam hatinya mengatakan lain. Sungguh hari ini adalah hari terburuk, seharusnya hari ini adalah hari menyenangkan. Itu hanya khayalan belaka, Puput sudah rasa senang di dalam hatinya hari ini.
Wanita paruh baya itu menoleh kearah Silvi “Kamu dengar kan Silvi yang tadi saya katakan."
Silvi tersentak dari lamunannya " iya, Bu."
"Silakan duduk. Hari ini adalah pembelajaran untuk kalian semua bukan hanya Silvi saja, bagaimana saya memberikan kalian nilai bagus kalau siswanya seperti ini." ucap wanita paruh baya itu.
Silvi bergegas duduk, ketika diberikan perintah duduk oleh gurunya. Sepanjang perjalanan menuju kursinya, dia ingin menangis dan tidak lupa melontarkan sumpah serapah kepada gurunya di dalam hati. Dia tidak berani mengatakan secara terang-terangan. Jika terdengar oleh gurunya apa yang diucapkannya tadi, tamatlah sudah riwayat pendidikanku disekolah ini.
Waktu terus berlalu, akhirnya jam pelajaran Bahasa Inggris selesai, dia ingin menangis di sela waktu pelajaran itu. Untuk menghadapi gurunya saja rasanya ingin menyerah, apalagi mencari perhatiannya itu hanya sia-sia. Setelah pelajaran bahasa inggris, hatinya terasa lega seperti aliran sungai yang mengalir deras tanpa hambatan. Itu yang dia rasakan. Waktunya jam istirahat, Silvi dan temannya pergi menuju kantin. Banyak orang yang berlalu lalang di kantin untuk membeli makanan.
“Silvi, kamu ingin beli apa?” Tanya Oliv Sambil melihat sekelilingnya, mana tahu ada makanan yang enak.
“Terserah kamu, aku ikut saja,” jawab Silvi dengan wajah lesu, dia tidak selera makan.
“ Okey,” Ucap Oliv.
Beberapa menit kemudian mereka kembali ke kelas dan beraktivitas seperti biasa pada umumnya. Ada yang makan yang tadi dibeli di kantin dan ada juga bermain game di Hp masing-masing.
Waktu terus berjalan tanpa henti, malam pun menyambutnya. Setiap malam dia akan meratapi nasibnya, dia memikirkan hari keesokan harinya seperti apa. Setiap malam rasanya berat, ingin belajar tapi tidak ada rasa gairah untuk belajar. Ketika dia ingin belajar pasti akan teringat tatapan ma’am Riska yang mengintimidasinya setiap pertemuan. Dia setiap hari berdoa kepada Tuhan agar hari yang di laluinya berjalan lancar, tanpa hambatan dan berjalan mulus tanpa ada caci maki oleh gurunya. Setiap malam dia akan curhat kepada tuhannya betapa membutuhkan pertolongan dari tuhannya.
Terlintas di pikirannya, untuk berdamai pada dirinya dan memaafkan perlakuan ma’am Riska kepadanya selama ini. Dia berpikir apa yang harus aku lakukan agar gurunya tidak memarahinya, kemudian dia merenungkan diri dan bertanya kepada tuhan. Apa yang harus dia Lakukan?
Terlintas sebuah solusi begitu saja dan akhirnya dia menemukan jalan, yaitu dengan berpikir positif. Mungkin selama ini dia berpikir negatif dan dia teringat dengan sebuah kalimat yang ditemukan di dalam bukunya. Ketika kita meyakini pola pikir yang negatif, maka di sekitar kita juga akan berdampak buruk karena pola pikir pada manusia seperti medan magnet yang sibuk mempengaruhi di sekitarnya untuk menciptakan suatu medan yang bagus.
Jika seseorang terus berpikir negatif maka lamban laut pasti akan terjadi, tanpa kita sadari atau sebaliknya dengan menanamkan pola pikir yang positif. Maka, akan menimbulkan medan magnet di sekitarnya secara positif.
Sehingga dia memulai harinya dengan menerapkan pola pikir positif dan meyakinkan dirinya bahwa hari ini adalah hari terbaik dan tuhan selalu ada untuknya.
“Hari ini adalah hari terbaik, tuhan bersamaku. Kamu bisa memulai hari ini dengan sempurna, Silvi,” batin Silvi. Dia tetap tersenyum dan menyemangati dirinya bahwa hari adalah hari terbaik untuknya. Tapi tidak bisa diperkirakan bahwa hari terulang lagi seperti seminggu lalu. Tapi dia tetap meyakini diri sendiri bahwa hari ini terbaik, mungkin guru memperlakukannya seperti ini ada maksud tertentu untuk dia berubah. Manusia tidak akan mengucapkan kata yang menyakitkan untuk orang yang disayangi karena dia ingin mengubahnya. walaupun yang dia lakukan salah.
Dia selalu berdoa setiap hari setelah melakukan ibadah. Selang waktu, akhirnya dia yang di panjatkan selama ini berbuah manis. Silvi diperlakukan ma’am Riska dengan layak tanpa adanya caci maki kepadanya dan tidak dipermalukan di depan teman-temannya. Sebelum hari itu terjadi, dia terus belajar bahasa inggris setiap hari. Sehingga membuat gurunya terkesan karena kegigihan Silvi mendalami bahasa Inggris. Ma’am Riska mengenal Silvi karena kurang pintar di mata pelajarannya dan dia melihat Silvi selalu ragu untuk memulai sesuatu baru. Untuk mengapresiasikan kegigihan Silvi. Dia memberikan apresiasi nilai yaitu nilai di rapor 96. Namun, teman-temannya diberikan nilai rapor 91. Sementara untuk yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang bagus, ma’am Riska memberikan nilai rapor 95. Selisih satu poin dengan Silvi.
Tamat....