Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
4 Jam ke Depan
0
Suka
4
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Citra membuka pagar yang tidak terkunci. Matanya celingak celinguk mengawasi sekeliling rumah. Pelan – pelan ia tutup lagi pagar itu. Dalam hati ia bergumam tentang keberanian penghuni rumah yang tidak mengunci pagar sehingga area rumah bisa dimasuki siapa saja. Tapi itu tidak penting. Justru dengan teledornya penghuni rumah itu, Citra bisa datang kapan saja. Kalau tidak jadi bertandang saat ini, ia masih bisa datang di lain waktu.

Berjalan dengan ragu di halaman rumah itu, Citra masih saja meimbang – nimbang apakah ia harus bicara hari ini atau masih bisa ditunda beberapa hari lagi. Tadi malam tekadnya sudah kuat untuk bertemu. Namun, ketika ia telah tiba di tempat tujuan, tubuhnya menjadi sedikit gemetar. Bukan karena takut, melainkan hanya gugup dan tidak sabaran.

“Kalau tidak hari ini, kapan lagi?”, gumam Citra dalam hati. “Lagi pula aku berhak mendapatkan hak-ku”, tegas Citra pada dirinya sendiri.

Wanita itu susah payah membangun kepercayaan diri bahkan ia berhak menuntut sesuatu yang telah dijanjikan. Agaknya masih lama tuan rumah akan pulang. Citra ingat biasanya lelaki itu pulang ke rumah sekitar jam empat sore. Kadang – kadang setengah lima lebih sedikit. Tidak pernah lelaki itu beranjak pulang di waktu malam. Tentunya demi menghindari kecurigaan.

Tangan Citra meremas angin berulang kali sebelum mengetuk pintu kayu jati di hadapannya. Pintu ini tentu mahal harganya. Berbanding terbalik dengan pintu rumah Citra yang terbuat dari kayu sisa. Ada perasaan minder yang kuat di dalam dirinya. Bagaimana jika ia tidak diterima? Dan bagaimana jika ia diusir tanpa mendapat apa – apa? Citra sekuat tenaga berusaha menyingkirkan beban pikirannya.

“Apapun yang terjadi aku harus tetap bicara. Aku berhak meminta bagianku.”

Mata sayu Citra menangkap bel pintu yang menempel di dinding. Tanpa berpikir ulang, jarinya sudah menekan bel itu berulang kali. Seperti orang yang sedang tidak sabaran dan ada keperluan sangat penting. Nafas Citra tercekat saat gagang pintu bergerak dan pintu itu dibuka sejengkal tangan lalu kepala seorang wanita muda menyembul di baliknya.

“Cari siapa, Mbak?”, sapa wanita muda itu.

Citra sedikit gelagapan. Pikirannya mendadak kosong sejenak. Lalu dengan suara agak serak ia menjawab si wanita muda. “Em… Pak Sutrisnya ada?”.

Wanita muda itu menelanjangi Citra dengan tatapannya yang menelisik dari ujung rambut hingga ke ujung sandal yang Citra kenakan. “Belum pulang. Mau tunggu di dalam aja, Mbak?”, tawar wanita muda itu dengan ramah.

“Kalau boleh”, senyum Citra pada wanita muda itu.

Citra pun diajak masuk ke ruang tamu. Ia dipersilakan duduk dan ditawari makanan ringan yang terbungkus dalam toples mahal di atas meja. Sementara si wanita muda masuk ke dalam rumah yang luas itu, Citra hanya duduk diam menatap jam dinding yang lima belas menit lagi akan berdetak menuju angka 12. Ia dengan tegang menimbang – nimbang apa yang akan dikatakan selanjutnya. Dan sembari menunggu Pak Sutris pulang ke rumah, kegiatan apa yang bisa Citra lakukan untuk mengisi waktu agar tidak bosan menunggu. Tidak lama, wanita muda itu kembali menghampiri Citra dengan membawa secangkir teh hangat yang tersaji di cangkir dan nampan mahal.

Citra memperhatikan si wanita muda. Gadis itu cantik dan terawat. Tubuhnya juga sintal yang terbalut indah dalam kaos polos dan celana panjang. Meski penampilan wanita muda itu sangat sederhana, namun kecantikannya tetap terpancar sempurna. Citra diam – diam iri dan merasa minder kembali. Dalam hatinya ia berprasangka, bisa – bisa Pak Sutris naksir pembantunya. Karena tidak ada penghalang untuk mencintai gadis itu, apalagi mereka berada dalam satu rumah dan setiap hari bertemu. Bayangan Pak Sutris menyentuh dan memeluk tubuh gadis itu menyerang pikiran Citra. Belum lagi bibir penuh si gadis yang berminyak sangat mengundang untuk dikecup. Pak Sutris tentu tidak akan melewatkan kesempatan apapun yang bisa lelaki itu dapatkan. Jangan – jangan, wanita itu sudah pernah jatuh ke dalam pelukan dan ciuman mesra Pak Sutrisnya. Citra mati – matian berusaha menekan perasaan cemburu. Bukan waktunya membahas itu. Ada hal yang lebih penting untuk diurusnya dan juga lelaki itu.

“Anak Mbak ini penerima bantuan beasiswa juga ya?”

Si wanita muda tiba – tiba bertanya. Matanya yang besar dan cantik menatap Citra dengan ceria. Citra bingung mendengar pertanyaan itu. Ia menjawab si wanita muda setelah menelan cairan yang nyangkut di tenggorokannya.

“Bukan”, jawab citra singkat.

“Oh, mungkin bantuan lain ya.”, gumam wanita muda itu sambil berlalu pergi.

Citra termenung sejenak memikirkan pertanyaan gadis itu. Sambil berhati – hati mengangkat gelas teh mahal di hadapannya lalu menyesap teh yang lezat itu, Citra menduga – duga siapa sebenarnya lelaki yang sering dilayaninya selama ini. Sepertinya, Pak Sutris yang sangat akrab dengannya di atas kasur motel punya banyak kegiatan sosial di lingkungannya. Tetapi mengapa lelaki itu tidak pernah menceritakan hal itu padanya. Padahal lelaki itu sering bercerita hal yang lebih privasi dan tanpa malu berbagi. Tentang kegiatan sosialnya yang baik hati, mengapa malah disembunyikan rapat – rapat. Citra tidak berani mengorek siapa sebenarnya lelakinya itu. Selain yang ia tahu bahwa Pak Sutris adalah pegawai Negara yang bekerja di pinggiran kota dan tidak jauh dari desa tempat Citra tinggal.

Perut Citra terasa lapar. Ia sudah sarapan pagi, namun belum sempat makan besar. Di rumah hanya ada ibu yang sedang sibuk menjahit. Karena pesanan baju sudah menumpuk, ibu tidak sempat untuk masak. Citra biasanya akan menggantikan ibu di dapur. Namun, kehamilannya membuat tubuhnya terasa tidak nyaman dan hanya ingin berbaring saja. Pagi tadi Citra pamit pada ibu untuk pergi ke kota sebentar. Ada barang penting yang ingin dibelinya, untuk usaha minuman pinggir jalan yang sedang dirintisnya. Ibu tanpa curiga mengizinkan meski sempat melarang karena Citra mengeluh tidak enak badan.

Semalam suntuk dilalui Citra membedah internet untuk mengecek alamat rumah lelaki yang menyimpannya. Ia sudah tiga bulan tidak diberi uang. Sejak lelaki itu tahu ia mengandung lalu menuntut untuk dinikahi secara siri. Lelaki itu jadi sulit dihubungi. Pertengkaran yang terjadi akibat tuntutan Citra yang tidak mau Pak Sutris penuhi. Sepertinya membuat lelaki itu ingin lepas tanggung jawab sama sekali. Tentu saja Citra tidak terima. Selain dirinya yang sudah habis – habisan dinikmati, ada calon anak yang sedang berkembang di rahimnya yang harus ditanggung biaya hidupnya.

Bahkan jika Pak Sutris ingin si jabang bayi diaborsi, seharusnya Citra menerima uang penggugur kandungan ditambah bonus penutup mulut yang rapi. Meski pikiran liarnya sering melayang tiba – tiba, namun Citra tidak berniat mengguguran buah cintanya bersama lelaki itu. Ia memilih untuk terus memaksa lelaki itu berlaku sebagai ayah, karena memang itu yang seharusnya terjadi. Ia ingin anaknya punya keluarga yang sempurna. Apalagi ayah dari anaknya berkecukupan dan punya gaji yang mengalir setiap bulan.

Citra tidak ingin anaknya tumbuh kekurangan seperti dirinya. Sekalipun sang ibu berperan mulia membesarkan dan sekuat tenaga memenuhi kebutuhan hidupnya. Ibunya sempurna dan tanpa cela. Citra tidak mampu membayangkan bagaimana hancurnya hati sang ibu ketika nantinya tahu anaknya bukan hanya sudah tidak suci, namun juga mengganggu hidup perempuan lain. Seperti yang dilakukan wanita di masa lalu ibu dan ayah yang tanpa perasaan bersalah merebut ayahnya sebagai tulang punggung keluarga lalu meninggalkan ibu depresi banting tulang sendiri. Ada rasa bersalah yang kuat menghinggapi Citra karena buruknya perbuatannya. Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi.

Citra tidak bersalah sendiri. Pak Sutris lah yang memulai pendekatan dengannya. Hanya saja, Citra tahu kalau yang dilakukannya meladeni lelaki beristri adalah kesalahan dan seharusnya ia menghindar bahkan lari. Namun seperti kata orang, sebagaimana ayah begitulah juga putrinya. Citra tidak mau menahan diri meski ia mampu. Dibiarkannya dirinya menjadi target hina lelaki haus validasi. Berikut dengan akses ke tubuh ranumnya. Dan tentunya ada barter uang dan barang juga. Meski Citra enggan mengakui telah menjual diri, tetap saja ia punya panggilan sebagai wanita simpanan. Istri Pak Sutris sudah pasti kenyang mengatainya nanti. Mungkin Citra akan kebal tidak menutup telinga. Bahkan jika anak – anak Pak Sutris juga ikut mencaci makinya. Citra juga sudah siap jika kehadirannya hanya untuk diusir dengan kejam. Hanya saja ia tidak mau menerima penganiayaan.

Jam dinding menunjukkan pukul dua belas tepat. Siang hari yang begitu terik membuat Citra bersyukur bisa berteduh di rumah besar yang punya banyak pendingin ruangan itu. Matanya mengantuk, namun tubuhnya tetap waspada. Ia tidak boleh lengah. Mana tahu tiba – tiba Pak Sutris dan keluarganya pulang karena ada hal mendadak. Namun, sepertinya tidak ada tanda – tanda Pak Sutris dan keluarganya akan pulang cepat. Setidaknya, selama 4 jam ke depan ia masih bisa duduk tenang. Sebelum seluruh penghuni rumah itu pulang dan dikejutkan dengan kenyataan.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Karir & Cinta
Lusi permata sari
Cerpen
Bronze
Semester 5 yang Penuh Warna
Mochammad Ikhsan Maulana
Cerpen
4 Jam ke Depan
Refy
Novel
A Part Of Earth
iam_light.blue
Novel
Gold
Recycle Miracle
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Kenapa Anggi Memutuskan Arwan dan Memintanya Menikahi Ane
Habel Rajavani
Cerpen
Bronze
GUNDIK SIMPANAN PAPAH
Tri Udianti
Novel
When The Darkness Becomes To The Light
Agid Zoe
Novel
Growing Up: Let's walk on flowers path together
Lilly Amundsen
Novel
Lisa Menjadi Lumba-Lumba
Aliurridha
Novel
Bronze
Dendam Tak Sudah
Arif Holy
Cerpen
Bronze
Aku Bisa Berubah
Gregorius Rolando Ba'i Reko Li
Novel
Sekukuh Karang Seluas Samudera
Redy Kuswanto
Novel
Bronze
Lupa pulang
naila holisoh putri nurj
Novel
Diary untuk Arland
Rika Kurnia
Rekomendasi
Cerpen
4 Jam ke Depan
Refy
Skrip Film
Malam Keberuntungan
Refy
Cerpen
PENGAKUAN DOSA
Refy
Cerpen
OKB yang Sombong
Refy
Cerpen
Wanitaku
Refy
Cerpen
Tetangga Genit
Refy
Cerpen
TRAUMA
Refy
Cerpen
Di Tengah Malam
Refy
Cerpen
Penyesalan Rianti
Refy
Cerpen
Kekasih Tengah Malam
Refy