Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
24 Jam Yang Menghapusku
0
Suka
63
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Dunia di kelasku kecil. Tapi cukup untukku.

Cukup untuk tidak terlihat, cukup untuk bertahan.

Aku duduk di barisan ketiga dari belakang, dekat jendela. Kursi dengan baret tinta dan meja yang salah satu sudutnya pernah kutambal dengan lakban bening. Di situ aku menetap, seperti lukisan yang digantung di pojok ruangan tak ada yang bertanya kenapa ia di sana, tak ada juga yang benar-benar melihat. Kadang aku menulis sesuatu di balik kertas tugas, semacam catatan tentang hal-hal sepele yang kupikirkan terlalu dalam. Tentang cahaya matahari yang pecah jadi serpih emas di lantai kelas. Tentang suara detak jam dinding yang lebih jujur dari percakapan manusia.

Setiap pagi, langkah kakiku membawa tubuh ini masuk ke kelas 11 IPA 3 dengan irama yang sama: pelan, diam, menunduk. Tidak ada yang memanggil namaku, dan aku tak berharap ada. Teman-teman satu kelas bicara seperti mereka hidup di dimensi yang berbeda dengan frekuensi suara lebih tinggi, gestur yang terbuka, dan tawa yang mudah meledak. Sementara aku... aku seperti hening yang menyelip di sela kalimat mereka.

Aku Nara Irawan. Tak ada yang istimewa dari namaku, sama seperti tak ada yang istimewa dari cara aku menjalani hari.

Di rumah, aku lebih banyak mengurung diri di kamar. Dindingnya pucat, cat biru muda yang mulai kusam. Di satu sudut berdiri rak buku kecil berisi komik, novel usang, dan satu-satunya benda paling bernyawa di ruangan ini: tablet gambar yang kubeli dari hasil menabung sejak SMP. Di dunia itu, aku lebih bebas. Lebih bisa bernapas.

Nama akunku di Instagram: @iraw.illus. Hanya seribu lebih pengikut, tapi itu cukup. Cukup untuk merasa tak sepenuhnya hilang.

Aku menggambar wajah-wajah yang tidak kukenal. Kadang potret perempuan dengan rambut panjang, mata teduh, dan senyum yang tidak pernah benar-benar bahagia. Kadang lelaki yang berdiri membelakangi laut, menunggu sesuatu yang tak akan datang. Setiap garis yang kutarik seperti potongan cerita yang tak sempat kuceritakan dengan kata.

“Kenapa kamu sering gambar cewek nangis, Nar?” tanya salah satu followers-ku di kolom komentar.

Aku tak membalas. Karena aku sendiri tak tahu. Atau mungkin tahu, tapi memilih diam.

Dan lalu ada dia. Lala.

Nama itu ringan, seperti bulu dande...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
Pukul 3 Pagi
Hafizu Sandro
Skrip Film
Lima Tahun Pernikahan
Aprillia Ramadhina
Skrip Film
Little Man
M. Faizal Armandika
Flash
Bronze
Ibu
Andri wananda
Flash
Sang Pengasuh
SURIYANA
Cerpen
Bronze
Langit Tak Bisa Diabaikan
alifa ayunindya maritza
Cerpen
Bronze
24 Jam Yang Menghapusku
Muhamad Irfan
Komik
Bronze
Komik Alasantri
Kharisma Putri
Skrip Film
Just One In The World; PASKIBRA
Nia Amelia Suhada Dalimunthe
Cerpen
BISU
Muhamad Irfan
Novel
Bronze
Tentang Cika
Diah Puspita Sari
Novel
Kuingin Kau Tahu Aku Mencintaimu
Elisabet Erlias Purba
Flash
Pelaminan
Ikhsannu Hakim
Komik
THE IDIOTS
Andini zsa regita oktariani
Novel
Bronze
Kumpulan Cerpen Cadis Luz
Cadis Luz
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
24 Jam Yang Menghapusku
Muhamad Irfan
Cerpen
BISU
Muhamad Irfan
Cerpen
Tersisa di Gaza
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
JIKA RUMAH ADALAH LUKA
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Jaket Merah yang Tak Pernah Dikembalikan
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Nyaris
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Terlambat
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bayangan yang Tidak Pernah Pulang
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bunga yang Tak Pernah Ditaruh di Vas
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Tidak ada Tempat untuk Kita Berteduh
Muhamad Irfan
Cerpen
Tak Layak
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Satu Kursi yang Kosong
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Bayangan di Meja Sebelah
Muhamad Irfan
Cerpen
Sepotong Roti Hangat di Ujung Hujan
Muhamad Irfan
Cerpen
Bukan Lagi Kita
Muhamad Irfan