Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Dunia di kelasku kecil. Tapi cukup untukku.
Cukup untuk tidak terlihat, cukup untuk bertahan.
Aku duduk di barisan ketiga dari belakang, dekat jendela. Kursi dengan baret tinta dan meja yang salah satu sudutnya pernah kutambal dengan lakban bening. Di situ aku menetap, seperti lukisan yang digantung di pojok ruangan tak ada yang bertanya kenapa ia di sana, tak ada juga yang benar-benar melihat. Kadang aku menulis sesuatu di balik kertas tugas, semacam catatan tentang hal-hal sepele yang kupikirkan terlalu dalam. Tentang cahaya matahari yang pecah jadi serpih emas di lantai kelas. Tentang suara detak jam dinding yang lebih jujur dari percakapan manusia.
Setiap pagi, langkah kakiku membawa tubuh ini masuk ke kelas 11 IPA 3 dengan irama yang sama: pelan, diam, menunduk. Tidak ada yang memanggil namaku, dan aku tak berharap ada. Teman-teman satu kelas bicara seperti mereka hidup di dimensi yang berbeda dengan frekuensi suara lebih tinggi, gestur yang terbuka, dan tawa yang mudah meledak. Sementara aku... aku seperti hening yang menyelip di sela kalimat mereka.
Aku Nara Irawan. Tak ada yang istimewa dari namaku, sama seperti tak ada yang istimewa dari cara aku menjalani hari.
Di rumah, aku lebih banyak mengurung diri di kamar. Dindingnya pucat, cat biru muda yang mulai kusam. Di satu sudut berdiri rak buku kecil berisi komik, novel usang, dan satu-satunya benda paling bernyawa di ruangan ini: tablet gambar yang kubeli dari hasil menabung sejak SMP. Di dunia itu, aku lebih bebas. Lebih bisa bernapas.
Nama akunku di Instagram: @iraw.illus. Hanya seribu lebih pengikut, tapi itu cukup. Cukup untuk merasa tak sepenuhnya hilang.
Aku menggambar wajah-wajah yang tidak kukenal. Kadang potret perempuan dengan rambut panjang, mata teduh, dan senyum yang tidak pernah benar-benar bahagia. Kadang lelaki yang berdiri membelakangi laut, menunggu sesuatu yang tak akan datang. Setiap garis yang kutarik seperti potongan cerita yang tak sempat kuceritakan dengan kata.
“Kenapa kamu sering gambar cewek nangis, Nar?” tanya salah satu followers-ku di kolom komentar.
Aku tak membalas. Karena aku sendiri tak tahu. Atau mungkin tahu, tapi memilih diam.
Dan lalu ada dia. Lala.
Nama itu ringan, seperti bulu dande...