Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
22 Desember
0
Suka
673
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Guruh, laki-laki berusia 12 tahun yang hidup hanya bersama Ibunya yang bernama Lastri sedang menderita lumpuh akibat kecelakaan. Ayah Guruh pergi meninggalkan mereka entah kemana. Mereka hidup dalam sebuah gubuk yang sudah reot. Walaupun keadaan ekonomi mereka tergolong sangat tidak mampu, Guruh tetap sekolah duduk di bangku kelas 6 SD. Guruh menghidupi Marni, ibunya dengan bekerja sebagai tukang sol sepatu dan semir sepatu keliling. Kehidupan Guruh tidak seperti anak-anak yang lain. 

Sepulang dari sekolah rutinitas yang Guruh lakukan setiap hari adalah memasak dan merawat ibunya. "Assalamu'alaikum..."Guruh mengucap salam.

 "Wa'alaikumsalam." Ibunya menjawan

Guruh pulang dari sekolah masuk dan menemui Ibunya lalu salim. Tanpa gant baju terlebih dahulu, Guruh langsung berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan siang Ibunya. Guruh mebuka tempat nasi ternyata tinggal satu piring. Guruh mengambil nasi lalu menuangkan ke piring kemudian mengambil kecap yang tinggal sedikit, lalu menuangkan ke atas nasi. Guruh menghampiri Ibunya di atas ranjang.

"Ibu makan dulu." Ucap Guruh. 

Lalu Guruh menyuapi Ibunya penuh dengan ketulusan. Lalu Guruh mengucap lirih, 

"Maafin Guruh ya Bu, lauknya cuma kecap."

 Ibunya menjadi sedih, 

"Gak pa-pa nak...Kamu juga nanti langsung makan..." 

"Iya Bu..." Guruh menjawab.

"Nasinya masih ada kan?" Tanya Ibunya.

 "Masih ada Bu." Guruh terpaksa bohong karena nasi sudah habis.

Ibunya tersenyum lalu Guruh kembali menyuapi yang terakhir. Guruh bangkit dan berjalan ke dapur. Di dapur, Guruh mencuci piring bekas makan Ibunya tadi. Setelah selesai, Guruh ambil air wudhu. Guruh masuk ke ruangan Ibunya untuk mengganti baju. 

Guruh sholat dhuhur disamping ranjang Ibunya. Terlihat raut wajah yang sedih pada Ibunya saat menatap.wajah Guruh yang sedang sholat. Ibunya merasa bersalah dan berdosa karena tidak seharusnya Guruh hidup seperti sekarang. Mata Ibunya berkaca-kaca lalu perlahan wajahnya berubah seperi menyimpan dendam. Tiba-tiba Ibunya dikagetkan dengan Guruh yang berpamitan.

"Bu, Guruh mau nyari uang dulu..." Guruh pun salim. 

Ibunya tidak menjawab hanya mengangguk. Ibunya terlihat tidak ikhlas jika anaknya bekerja. 

Di emperan toko elektronik yang memajang banyak televisi di etalase. Ini adalah tempat Guruh mangkal sebagai tukang sol sepatu. Guruh duduk di emperan sambil menonton tv. Tampak orang lalu lalang lalu Guruh menawarkan jasanya, "Sol sepatunya om....Sol sepatunya Pak..." Orang-orang yang melintasi Guruh tidak menghiraukan. Tiba-tiba perut ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
DON'T JUDGE MAUDY
Fajar Suwandi
Flash
Bronze
Black Coffee Chemistry
Silvarani
Cerpen
Bronze
22 Desember
candra adi wibowo
Novel
Bagaimana Cara Bahagia Selamanya?
kanun
Novel
Bronze
Sesuci Bella Seteguh Azis (Buku Pertama)
Imajinasiku
Skrip Film
SIBLINGS
Intan lastari
Flash
Alarm Hidupku
Adhy Musaad
Flash
Bronze
Dirapihin
Reyan Bewinda
Flash
Bronze
Dream
Aylani Firdaus
Novel
Waktu yang Salah
Tetes Sedan
Novel
Potret Tanpa Cahaya
Nayyukkii
Skrip Film
BUKAN PILIHAN
essa amalia khairina
Flash
Janji Palsu
Ariq Ramadhan Nugraha
Flash
Engklek
Syafira Muna
Cerpen
Tergiur Bunga
Kinanthi (Nanik W)
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
22 Desember
candra adi wibowo
Skrip Film
The Dream
candra adi wibowo
Cerpen
Bronze
PandemInLove
candra adi wibowo