Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
04 Dia Tabib
1
Suka
3,364
Dibaca

Perwujudannya seperti gadis pada umumnya. Kulitnya terlihat ditutupi dedaunan tetapi, itu bukan lah dedaunan seperti tampaknya melainkan pakaian yang sehari-hari dia pakai. Rambutnya berwarna biru kekuningan mekar seperti bunga. Matanya hitam bak lubang dalam tetapi, sangat cocok dengan wajah manisnya. Tubuh mungilnya tidak akan melebihi ukuran kepalan tangan orang dewasa. Dia Ink seorang peri dari negeri tak kasat mata. Wajahnya selalu terlihat ceria yang membawa rasa senang untuk setiap orang yang melihatnya.

“Sayangnya, tidak sembarang orang dapat melihat keberadaannya.”

Kehadirannya hanya bisa dilihat oleh orang yang menjalin kontrak dengannya atau seseorang yang memiliki hubungan yang sama. Namun, ada suatu kondisi tertentu yang membuatnya terlihat dan inilah alasannya mengapa seseorang bisa membuat kontrak dengannya.

Ink di setiap kehadirannya selalu saja menghipnotis Lilist sang pengontrak untuk merasa senang entah itu karena tingkah acaknya yang lucu atau keluguannya. Namun, Ink dan kaumnya tidak bisa dianggap sama dengan seseorang yang humoris. Tingkahnya merupakan bagian dari jati dirinya yang hanya bisa merasakan perasaan senang. Boleh dibilang Ink hanya hewan peliharaan dengan kemampuan bicara. Jangan asal mengira seorang peri sepenuhnya baik. Mereka hanya tidak mampu berpikir buruk. Peri tidak bisa membandingkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Ink tidak menganggap serius semua hal yang terjadi di sekelingnya atau yang terjadi pada dirinya. Ketika dia menyakiti tuannya pun, dia tidak pernah meminta maaf dengan tulus. Sebaliknya, rasa sakit yang diderita tuannya malah menjadi olok-olok yang menurutnya lucu.

Pernah suatu ketika seseorang mengincar nyawanya, tetapi Ink berkata dengan wajah yang berbunga-bunga dan tarian di setiap langkahnya, “Oh, ajal akhirnya engkau menjemput ku. Seluruh hidupku penuh dengan kesenangan. Tidak akan ada penyesalan setelah kematianku. Kemari lah jemput aku.”

Tentu, dia paham apa itu kematian, luka atau rasa sakit. Dia lebih paham daripada siapapun lebih dari manusia manapun termasuk Lilist tuannya. Baginya kehidupan hanya perlu dijalani. Segala bentuk penghalang yang mungkin menghentikan kehidupan tidak perlu disingkirkan kerena itu juga merupakan bagian dari kehidupan.

Semua peri begitu adanya. Mereka tidak bisa merasakan kepahitan yang dirasakan orang lain. Namun, mereka juga tidak bisa dikatakan tidak bersimpati. Peri masih bisa merasakan rasa senang yang dirasakan orang lain. Keraguan mengenai hal ini sudah banyak ditanyakan setiap pengontrak termasuk Lilist.

“Apa semua peri memang seperti ini?” Mungkin, tidak ada yang bisa menjawab. “Kehidupan kami memang seperti ini? Apa yang membuatmu ragu? Lakukan saja apa yang membuatmu senang Lilist.”

Kadang mereka juga bisa bersikap serius menarik orang dari gulungan kesedihan dari belenggu kegelapan. Namun, itu tidak akan bertahan lama. Mungkin saja, dia hanya menirukan kata-kata orang lain dan berharap dipuji.

Selama peri hidup, mereka selalu mengejar kesenangan. Biasanya peri punya kesenangannya masing-masing dan terkadang hal inilah yang juga membuat mereka menjalin kontrak dengan manusia. Namun, tidak satu pun dari mereka yang akan berkukuh hati melakukan apapun untuk kesenangan.

Mereka buta memilih mana yang paling berharga. Emas atau kue. Tergantung kesenangan apa yang disukai sang peri, mereka pasti akan memilih mana yang membawa kesenangan pada saat itu. Para peri mudah untuk dibujuk seperti bayi tetapi, tidak bodoh. Mereka bisa dimanfaatkan ke arah manapun tanpa menusuk hati karena mereka kebal dari apapun yang bersifat buruk.

Kaum peri adalah bangsa gaib yang tidak bisa membuat kontak dengan dunia fisik. Hasilnya mereka sebenarnya tidak bisa dimanfaatkan. Namun, ketika mereka memanifestasikan dirinya di dunia fisik maka akan ada konsekuensi berupa anomali. Inilah yang dimanfaatkan. Ini dianggap sebagai sihir peri. Ada banyak jenis anomali tergantung pribadi dan hobi sang peri, semuanya dapat dimanfaatkan dalam keseharian.

Meskipun demikian kata Lilist, "Orang yang membuat kontrak dengan peri sangat sedikit jumlahnya karena untuk menemukan mereka sangat sulit walaupun dunia penuh sesak dengan mereka.”

Lilist mengalirkan daya sihirnya untuk memanfaatkan Ink dalam bidang pengobatan. Keberadaan Ink menciptakan anomali yang dapat menarik zat tertentu tergantung seberapa kuat anomali tersebut. Sebuah pemanfaatan sihir ke arah yang baik, tetapi sihir bukan sesuatu yang langka di negeri para sahir. Penduduk di sana tahu caranya menyembuhkan penyakit secara mandiri. Hasilnya, usaha Lilist tidak banyak dihargai.

Lilist berhenti menua dia usia 20 tahun berkat ajaran dari gurunya. Dalam keadaan itu Lilist tidak pernah mengeluh. Keuangan tidak menjadi masalah untuk sebagian sahir di negeri ini. Tanaman obat yang dia kumpulkan cukup untuk membuatnya tidak terlalu bergantung pada makanan. Tanaman tersebut juga yang membuatnya tetap hidup selama ratusan tahun dengan tubuh sehat di usia mudanya.

Di halaman belakang rumahnya terdapat banyak wadah-wadah yang diisi tanaman obat. Semua tanaman itu tidak diurus olehnya tetapi, di sana ada pohon berjalan yang lebih mengerti caranya mengurus tanaman. Sejak dia menginjak usia 80 tahun ia sudah memutuskan berhenti mengurus halaman belakang rumahnya itu walaupun beberapa kali mencoba kembali. Lilist hingga sekarang hanya pergi kesana saat membutuhkan bahan obat.

Rentang hidupnya yang mencapai 921 tahun membuat Lilist tidak tertarik lagi untuk menyibukkan dirinya. Dia lebih memilih untuk menikmati waktunya yang tidak terlihat tanda-tanda akan berakhir ini. Dia sudah menemukan kedamaian dalam hatinya. Hidup hanya ditemani tetangga, Ink, dan Barani, pohon berjalan di halaman belakang.

Dulu dia pernah ada dalam keluarga dan pernah membangun sebuah keluarga. Semua keluarganya sekarang sudah tidak ada lagi di dunia. Ibu dan Ayahnya, saudaranya, suaminya, dan anak-anaknya, semuanya tidak ada yang menginginkan hidup lebih dari 400 tahun. Semua keluarganya selalu memutuskan dimana dan bagaimana caranya meninggal tetapi, tidak ada yang mati dengan tangannya sendiri. Keluarganya adalah seorang pejuang.

Lilist melihat satu per satu keluarganya meninggalkan dirinya. Kerinduan selalu datang di sela-sela harinya. Namun, dia menguatkan hatinya untuk tidak menangis karena itu adalah kematian yang keluarganya inginkan. Adiknya pernah berkata, “Kak, jangan antar Ayah dengan tangis. Ayah mati melindungi kita. Ayah mati setelah berjuang mempertahankan kerajaan.”

Hari-harinya Lilist tidak pernah bosan hanya duduk di sekitar rumahnya, hanya menikmati teh atau melanjutkan usahanya di bidang pengobatan tersebut. Pikirannya tidak pernah pergi kemana-mana. Dia tidak berkeinginan lebih hanya cukup dengan apa yang ada di depan matanya. Hidupnya sudah cukup berwarna hanya dengan Ink yang selalu bermain seperti anak kecil di halaman rumahnya.

Dia tidak ingin banyak berkonflik, tidak ingin berhubungan dengan banyak orang. Sampai ke satu titik Lilist tidak ingin manambah hubungan selain dua makhluk di rumahnya. Ini adalah kedamaiannya. Namun, sebagai orang yang menyediakan jasa pengobatan, Lilist tidak bisa membatasi siapa saja orang yang membutuhkan jasanya termasuk rahasia umur panjangnya.

Meski jarang yang membutuhkannya tetapi, suatu hari seorang pemuda lelaki datang padanya berhasil memancing jiwa sosialnya kembali. Pemuda itu seperti sengaja meminta pengobatan darinya lagi dan lagi. Tubuhnya selalu dipenuhi luka hingga menjadi pelanggan tetap untuk beberapa waktu.

Lilist hampir buntu dengan pikirannya. Meski dia sudah hidup sangat lama ia tidak pernah bertemu dengan seseorang semacam ini. “Kenapa kamu selalu seperti ini? Senekat-nekatnya orang dia juga pasti membawa perbekalan. Nyawa hanya satu. Apa kamu tidak sayang nyawa? Sekarang buat tim atau kelompok yang banyak. Hidup bukan persoalan uang.”

Pemuda tersebut tidak mendengar perkataan Lilist dan terus mengirim tubuhnya yang dipenuhi luka tidak lama setelah lukanya sembuh. Hanya satu alasan yang keluar dari mulutnya, “Ini pekerjaan termudah untuk mendapat uang. Lagi pula aku bisa menyembuhkan luka dengan harga murah.”

Harga untuk kesembuhan memang relatif murah daripada harga untuk umur panjang dan awet muda. Pengetahuan untuk umur panjang termasuk keabadian tidak dilarang. Namun, satu-satu dari bahan materialnya hampir seharga, satu tingkat di bawahnya. Orang seperti pemuda lelaki ini biasanya bekerja untuk memperoleh pengetahuan umur panjang atau keabadian.

Setelah tahu alasan pemuda tersebut, Lilist menaikan harga jasanya dan menawarkan rahasia umur panjangnya tanpa harga. Namun, pemuda itu menolak dan tetap datang dengan luka-lukanya. “Tidak, hidupku adalah perjuanganku. Di samping itu, aku juga mengejar kekuatan dan pengetahuan abadi.”

Pemuda itu tetap berkeras dengan pendiriannya. Sampai Lilist akhirnya jengkel dan tidak mau menerima pemuda itu kembali. Lilist bahkan tidak memberikan kesempatan untuknya menjawab. Pemuda itu terusir secara paksa. “Simpan uangmu, ini terakhir. Carilah tabib yang lain untuk kedepannya,” kata Lilist lelah.

Lilist yang setiap harinya duduk-duduk di sisi rumah halamannya sambil menikmati teh dengan hati damai sesekali tertawa melihat tingkah Ink, sekarang dia tampak lelah dan menutup usahanya sementara. Betapapun lelahnya dia, Lilist tetap menaruh perhatiannya pada Ink. Peri kecil itu tidak pernah gagal menghibur Lilist.

“Seorang pria akan mengorbankan apapun untuk wanitanya.”

“Bicara apa kamu? Anak itu baru berusia 40 tahun.”

“Yah, aku tak tahu apa artinya tapi, terus puji aku. Seorang Peri yang bijak atau terima kasih atas pencerahannya, begitu? Tidak ada? Lilist yang malang.”

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
04 Dia Tabib
Bima Kagumi
Cerpen
FISIKA oh FISIKA
Rian Widagdo
Cerpen
Déjà Vu
Firman Fadilah
Cerpen
Kristal Filsuf
Zaki S. Piere
Cerpen
Kepala Batu
Lusiana
Cerpen
Bronze
Pemimpin Negeri Sipil
spacekantor
Cerpen
Sang Penembus Dua Sisi
Janeeta Mz
Cerpen
Bronze
Pulang
Lisnawati
Cerpen
Bronze
Kena Batunya
Shinta Larasati Hardjono
Cerpen
Sugeng Ricuh
Siti Qoimah
Cerpen
Retak Dinding Rumah Petak
Duwi Rachmawati
Cerpen
Mencari Konsep Sabar
Dhawy Febrianti
Cerpen
Uang Saku
Muhammad Azmi Fahreza
Cerpen
Bronze
A Little Secret
Brilijae(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧
Cerpen
Empat Babak Menuju Kenyamanan
lidhamaul
Rekomendasi
Cerpen
04 Dia Tabib
Bima Kagumi
Flash
Pagi yang Damai
Bima Kagumi
Flash
Terbaik Selamanya
Bima Kagumi
Cerpen
Bronze
02 Balasan Penuh
Bima Kagumi
Novel
Proyek Superkuasa
Bima Kagumi
Flash
Jalan Setapak
Bima Kagumi
Flash
Hanya Sampah
Bima Kagumi
Novel
Proyek Superkuasa Part 2
Bima Kagumi
Cerpen
01 Pemuja
Bima Kagumi
Cerpen
05 Path to Happiness
Bima Kagumi
Novel
The Other Sides: Next World
Bima Kagumi
Cerpen
03 Rumah di Keabadian
Bima Kagumi
Novel
Dark Magic
Bima Kagumi