Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
[Sudah lama sekali bahkan tidak diketahui lagi kapan awal mulanya, sejak dari dulu manusia tahu bahwa mereka tidaklah hidup sendiri. Manusia telah hidup berdampingan dengan makhluk yang tak kasat mata. Makhluk-makhluk yang biasa disebut makhluk gaib seperti Roh, Iblis, Setan, Malaikat dan lain-lain. Meskipun tak terlihat wujudnya, seorangpun tidak pernah menyangkal keberadaan mereka.]
Sejauh sejarah yang tercatat, manusia diketahui telah menjalin hubungan saling menguntungkan dengan makhluk-makhluk tersebut. Roh memberikan kekuatan tertentu yang ditukar dengan energi kehidupan seseorang. Iblis dan Setan memberikan kekuatan singkat dengan kontrak pertukaran yang setara atau pengorbanan seluruh kehidupan orang yang ingin menjalin hubungan. Malaikat memilih orang dan memberikan berkah tertentu dengan syarat keimanan. Makhluk tersebut menjalin hubungan seperti ini disertai dengan banyak alasan salah satunya adalah untuk memanjangkan umur mereka sendiri. Para Roh atau Malaikat biasanya memiliki tujuan menguatkan keberadaan mereka.
Dengan adanya tujuan dan apa-apa yang menjadi dampak, tentulah orang-orang tidak ingin membahayakan diri mereka sendiri. Sesuatu seperti menukar barang berharga, energi kehidupan dan nyawa sudah nampak tidak sebanding dengan kekuatan singkat yang sebenarnya tidak benar-benar diperlukan. Maka dengan sendirinya orang-orang menganggap benar dan masuk akal seseorang memuja para malaikat karena sosok mereka tidak menuntut barang berharga. Dari sinilah muncul kelompok-kelompok pemuja dan percaya bahwa semua makhluk hidup di dunia ini memiliki sosok pencipta yaitu Tuhan.
Beranjak dewasa dari sana, keberadaan makhluk gaib tak kasat mata lain selain Malaikat dan Roh tersisihkan bahkan hampir terlupakan. Para Malaikat pun tidak lagi dipuja-puja sebagai makhluk gaib tatapi sebagai Dewa. Namun, ini tidak membawa dampak negatif yang cukup signifikan untuk makhluk gaib yang lainnya. Pada dasarnya makhluk-makhluk gaib sudah mencapai waktu hampir abadi.
Orang-orang dengan berkah dari para malaikat biasanya dipilih dari hati mereka yang bersih. Melakukan perbuatan dan baik berguna untuk orang lain sampai-sampai hal ini dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar bagi mereka. Mereka disorak-soraki dengan julukan “orang suci”. Dari sinilah awalnya, selama ribuan tahun tertimbun akhirnya terdorong muncul kepermukaan. Roda perekonomian tidak bisa ditutupi oleh berkah-berkah para Dewa yang mereka sembah. Anggapan-anggapan yang mengatakan perbuatan yang salah dan merugikan orang lain akhirnya dinilai sebagai perbuatan jahat yang berasal dari bisikan Setan atau Iblis.
Orang-orang yang diketahui mendapat berkah bukan berasal dari para malaikat atau berkah yang membawa efek negatif bagi pemakainya sendiri atau orang lain akan dituduh memiliki hubungan dengan Iblis atau Setan. Mereka akan dianggap bersekongkol dengan Iblis dan dinilai membawa pengaruh jahat. Mereka akan mengiring-iring orang itu sambil menyorakan kata “penghakiman” atas nama “keadilan”. Mereka akan memanggil orang itu “penyihir” dengan penuh kebencian sebelum akhirnya dibakar hidup-hidup.
[Orang-orang yang menganggap diri mereka benar tidak akan berhenti …. Karena itulah keyakinan mereka dan ini juga berlaku untuk kamu.]
Tak peduli jika orang itu menjerit hingga darah keluar dari mulutnya. Tidak peduli jika orang itu meronta hingga tanpa sadar mematahkan tulang-tulangnya sendiri. Tidak peduli orang itu akan terlihat seperti apa. Justru semua itu dinikmati selayaknya pertunjukan sandiwara dengan nyanyian. Mengatasnamakan api penyucian, mereka menunjuk-nunjuk bahwa orang itu harus menjadi pelajaran untuk yang lainnya. Seakan-akan mereka berkata “kamu selanjutnya.” Mereka tidak menyadari sifat kemanusiaan telah terkikis atau bahkan orang yang disiksa itu sama sekali tidak dianggapnya sebagai manusia. Mereka menganggap benar semua hal ini untuk diri mereka sendiri kepuasan sendiri tanpa tahu apa yang sedang terjadi.
[Semua anggapan benar atau salah yang pernah kamu tujukan pada …, kepada … apapun bentuknya, semua itu tidak lebih dan tidak kurang dari sesuatu yang disebut keyakinan. Tidak ada kebenaran yang mutlak.]
“Tidak, mereka hanya tidak tahu.” Orang itu berdoa, “Tidakkah Engkau melihat hambamu tersudutkan oleh fitnah. Bukakanlah mata mereka, TUHAN.”
Benar, mereka hanya tidak tahu. Namun, pengetahuan tidak pernah bisa mengisi ketidaktahuan seseorang. Bagaimanapun caranya kekosongan itu tidak akan pernah terisi. Kebencian tidak akan pernah musnah meskipun kemanusiaan seseorang telah dinilai diatas segalanya. Tidak perlu kebohongan untuk menipu, 1001 fakta yang telah terbukti benar bahkan bisa digunakan untuk menipu. Kebenaran hanya diyakini benar dan dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang fana.
[Sementara iman? Keimanan hanyalah keyakinan yang diarahkan pada konsep abstrak ketuhanan. Iman bicara tentang memilah-milah tindakan salah dan benar, tahu atau tidak, dan seberapa kuat kepercayaan yang kamu miliki terhadap Tuhan yang kamu sembah serta seluruh ajarannya. Jika kamu percaya maka tentulah Dia akan menjawabnya.]
“Tunjukanlah kebenaran untuk mereka. Lepaskanlah hambamu dari fitnah. Kumohon pada-Mu, Tuhan-ku.”
Fitnah berkaitan dengan kepercayaan seseorang. Dan biasanya, seseorang cenderung akan mempercayai orang terdekatnya. Apa yang berbahaya dari fitnah bukanlah tuduhan palsu dan segala kebenaran yang ada atau bukti palsu tetapi kabar-kabar yang terbang ke setiap ke telinga. Kamu harus ingat bahwa fakta tidak pernah utuh. Merangkainya hingga menjadi sebuah keutuhan adalah tugas kamu agar terhindar dari fitnah-memfitnah.
[Lihatlah api itu. Mintalah maka Dia akan memberimu berkahnya. Yakinlah Dia melindungi mu. Kau hambanya yang senantiasa memuja dan menyucikannya. Percayalah kamu dilindungi. Teruslah memohon hingga tanpa sadar api itu membakar mu dan berSYUkur lah. Dan lihatlah sekelilingmu mereka melihatmu.]
“Berisik, berisik, berisik …, Tuhan tolong ampunilah dosa-dosaku. Bukalah jalan untukku. Sesungguhnya tidak ada yang sebaik rahmatmu. Tidak ada tempat bagiku untuk bergantung selain pada-Mu.”
[Ya, ya, yah …, tidak ada yang namanya kecil dan besar dalam konsep keimanan. Lihatlah mereka lihatlah dirimu. Mereka menganggap diri mereka benar. Kamu menganggap dirimu benar. Tidak ada yang salah untuk itu. Dia akan mengampuni kamu tidak peduli sebesar apapun dosa yang kamu buat.]
Tetaplah pada pendirian atau khianati. Meskipun demikian kamu tetap tidak tahu yang mana yang benar. Akal manusia sangat terbatas. Iblis membisik untuk membuat kamu goyah atau tetap pada pendirian. Baik dan buruk tidak menjadi masalah untuk Iblis.
“Diam, diam, diam …, Tuhan aku mengorbankan kehidupanku untuk seseorang yang kucintai. Saat ini dialah yang membelaku. Jangan libatkan dia untuk permasalahan kecil ini. Tolong tunjukanlah belas kasih pada hambamu ini …. Katakanlah apa salahku? TUHAN.”
[Mereka sama sepertimu karena kamu juga adalah kaum mereka. Kamu tidak salah. Mereka tidak salah. Hanya saja nasibmu telah ditentukan oleh keyakinan mereka. Sadarilah, keyakinanmu tidak akan pernah padam begitupun dengan mereka.]
“Tuhanku, tidak ada yang mustahil bagi-Mu. Tunjukanlah jalan untuk mereka?”
[Benar, tidak ada yang mustahil untuk-Nya. Dunia ini dan segala isinya termasuk kamu dan seluruh isi pikiranmu saat ini, semua itu adalah ciptaan-Nya. Tidak ada yang mustahil untuk-Nya. Lihatlah api itu dan bersyukurlah karena Dia tidak pernah mengurangi keimananmu.]
“Lihatlah diriku yang diselimuti kebencian mereka. Tuhan tolong selamatkan mereka. Jika yang kulakukan sebelumnya adalah dosa ampunilah diriku. Tuhan tunjukanlah kasih-Mu.”
[Namun …, lihatlah kenyataan.]
Itulah kenyataan.
“Tuhan tunjukanlah …, Tuhan tunjuk …, tunjukanlah dirimu jika memang kamu mendengarnya. Tunjukan …, tunjukanlah dirimu …, Iblis.”
[Lilist, Aku melihatmu. Apa yang kamu inginkan?]