Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Topeng Sakti Cantika
Suka
Favorit
Bagikan
9. SCENE 41-45

INT. RUMAH SUPENDI/DAPUR — SIANG

Inayatun dan Laura sedang membuat cemilan untuk Supendi dan Sanjaya. Lalu Inayatun bertanya tentang Cantika.

nenek inayatun
Sekarang Cantika berapa tahun?
laura
Sepuluh tahun, bu.
nenek inayatun
Ternyata seumuran sama anaknya Sarinah.

Laura agak memalingkan wajah. Kesal.

laura vo
Selalu Sarinah yang jadi topik pembicaraan.
nenek inayatun
Tapi kalau nggak salah kamu menikah sama Jaya lebih dulu, kan?
laura
Saya kebetulan baru hamil di tahun kedua pernikahan.
nenek inayatun
Oh kamu sengaja menunda punya anak?
laura
Nggak juga sih, bu. Sebenernya saya dan mas Jaya berencana langsung punya momongan setelah menikah. Tapi belum rizkinya.
nenek inayatun
Kalau nggak sengaja menunda, kenapa sampai sekarang kalian cuma punya anak satu?
laura
Itu juga bukan kemauan kami, bu. Sudah diatur sama Allah.
nenek inayatun
Jangan-jangan kandungan kamu memang bermasalah.
laura
Saya sudah pernah cek ke dokter, hasilnya tidak mengkhawatirkan. Mungkin ini faktor rezeki saja bu.

Nenek Inayatun terdiam. Lalu bertanya tentang Cantika lagi.

nenek inayatun
Cantika udah bisa apa sekarang?

Laura tersenyum. Matanya mulai terbuka lebar lalu menceritakan putri tunggalnya itu dengan mata berbinar karena saking bangganya.

laura
Cantika punya talenta yang hebat seperti ayah dan kakeknya.
nenek inayatun
Maksud kamu?
laura
Dia suka sekali menari. Prestasinya di sekolah sangat bagus. Dia bahkan sering jadi wakil sekolahnya untuk pentas ke tingkat nasional.

Namun ekspresi nenek Inayatun biasa saja.

nenek inayatun
Ngajarin anak untuk sukses di sekolah itu memang penting.

Laura menunduk. Kecewa.

laura
Tapi saya selalu berusaha untuk menjadi ibu yang baik buat Cantika.
nenek inayatun
Sarinah itu, biarpun turunan kampung, nggak pernah sekolah tinggi-tinggi dan nggak pernah ikut acara..apa itu. seminar atau apalah. Tapi dia bisa mengurus Murni dengan baik. Sendirian lho, tanpa suami.

Laura gerah. Kemudian tidak tahan untuk bicara.

laura
Ibu kenapa sih, selalu membandingkan saya sama Sarinah?
nenek inayatun
Lho memangnya kamu nggak suka?
Laura diam.
nenek inayatun
Orang belajar itu kan memang harus membandingkan kita dengan orang lain, agar lebih baik. Orang belajar ya harus punya model yang pantas ditiru.
laura
Iya, bu.
nenek inayatun
Cara Sarinah mengurus Murni itu pantas ditiru kalau menurut ibu. Dia mengajari anaknya mandiri sejak dini. Biar Murni sekecil itu, dia udah bisa bantu emaknya bekerja di ladang dan bersih-bersih rumah.
laura
Iya, Bu.
nenek inayatun
Biarpun Cantika anak satu-satunya jangan dimanjakan, nanti susah kalau sudah gede.
laura
Iya, Bu.
nenek inayatun
Kamu jangan cuma iya-iya aja. Orang tua nasehatin itu harus didengerin.
laura
Ini saya dengerin kok bu.
nenek inayatun
Yang penting dipraktekin.
laura
Baik, Bu. (beat) Maaf bu, saya anterin dulu cemilan ini ke depan ya bu.

Nenek Inayatun tidak menjawab, Laura sudah pergi dengan membawa nampan berisi cemilan dan kopi.

CUT TO


EXT. RUMAH SUPENDI/TERAS — SIANG

Sanjaya menceritakan kondisi keluarganya saat di kota.

sanjaya
Saya ini sebenarnya saya ini dijebak pak. Tapi saya nggak tahu siapa dia.
kakek supendi
Katanya, kamu kerja jadi arsitek. Bukannya ngurusin uang perusahaan. Gimana bisa si penjebak punya ide menjerumuskanmu dengan masalah uang?
sanjaya
Saya waktu itu merangkap jadi kepala proyek, pak. Saya punya akses dana puluhan miliar ke rekening perusahaan. Tapi ternyata itu jebakan buat saya.
kakek supendi
Ya mbuh, bapak nggak ngerti soal gituan.
sanjaya
Ya intinya saya dituduh menggelapkan anggaran proyek. Saya dikeluarkan dari kantor lalu harus mengganti kerugian perusahaan. Saya pinjamlah di bank. Saya nggak sanggup bayar, akhirnya disita semua aset keluarga.
kakek supendi
Ya sudahlah itu sudah terjadi.
sanjaya
Jaya nggak mau nyerah begitu saja.
kakek supendi
Ya terus mau kamu apa? Bapak nggak punya harta sebesar itu buat gantiin hutang-hutang kamu.
sanjaya
Saya belum ada ide, pak. Saya merasa bersalah sama Laura juga Cantika.
kakek supendi
Laura dan Cantika tidak senang tinggal di sini?
sanjaya
Terus terang, awalnya mereka menolak. Bapak tahu sendiri kan, masalah Laura dan ibu mertuanya?
kakek supendi
Bapak juga sebenarnya, tidak suka dengan pernikahan kalian. Bukan cuma ibu yang nggak suka sama Laura. Bapak juga.
sanjaya
Tapi kenapa waktu itu bapak tidak menghalangi Jaya menikahi Laura?
kakek supendi
Bapak pikir dengan pendirian kamu yang kuat itu, kamu bisa tanggung segala konsekuensinya. Apapun yang terjadi, sudah jadi tanggung jawab lamu seutuhnya. Bapak nggak mau ikut campur lagi.
sanjaya
Cantika terpukul waktu dikabari harus pindah sekolah ke kampung. Di sana teman baiknya banyak. Bakatnya unggul di berbagai bidang. Terutama di bidang seni. (tersenyum) Darah seni kakeknya.

Datang Laura membawakan minum cemilan.

laura
Cemilannya, pak, mas.
kakek supendi
Makasih.

Sanjaya menanyakan Cantika.

sanjaya
Cantika mana, bun? Ajak kemari.
laura
Bunda juga lagi nyari.
kakek supendi
Cantika diajak main sama Dullah.
laura
Dullah siapa, pak?
kakek supendi
Asisten bapak.
sanjaya
Teman ayah juga.
laura
Oh..Dullah, Abdullah?
sanjaya
Iya.

Sanjaya dan Kakek Supendi mulai meneguk kopi yang disuguhkan Laura.

CUT TO

EXT. SANGGAR TARI KENCANA UNGU — SIANG

Cantika masih berada di depan untuk menceritakan perihal dirinya kepada anak-anak sanggar juga Mang Dullah. Dengan nada yang sedikit angkuh, dia menceritakan soal kesukaannya menari.

cantika
Aku juga suka menari seperti kalian. Tapi dance yang modern. Di kota, aku biasa tampil di mall dengan kostum yang unik dan gemerlap.

Kinan geram karena Cantika mulai menampakkan kesombongannya lagi.

mang dullah
Nah, karena Cantika ternyata suka menari, gimana kalau kita lihat Cantika menari juga?
all anak sanggar
Setujuuu.
kinan
Kita lihat sehebat apa dia.

CUT TO


EXT. RUMAH SUPENDI/TERAS — SIANG

Murni ke rumah kakek Supendi, ingin mengajak Cantika bermain bersamanya. Supendi keluar dan melihatnya.

murni
Assalamualaikum, kakek!
kakek supendi
Waalaikumsalam! Tumben ke sini sendiri?
murni
Cantika ada, kek?
kakek supendi
Wah kamu telat. Cantika barusan pergi.
murni
Pergi ke mana, kek?
kakek supendi
Diajak ke sanggar.
murni
Diajak ke Sanggar? Sama siapa?
kakek supendi
Mang Dullah.
murni
Oh ya? Padahal Murni baru mau ajak Cantika bareng ke sanggar.
kakek supendi
Ya udah susul aja.
murni
Iya, kek. Murni susulin Cantika. (beat) Dah, kakek.
kakek supendi
Waalaikum salam.
murni
(nyengir) Assalamualaikum!
kakek supendi
(senyum) Waalaikum salam.

Murni berjalan dengan riang meninggalkan kakek Supendi yang masih tersenyum.


CUT TO


EXT. SANGGAR TARI KENCANA UNGU — SIANG

Cantika memperagakan sebuah dance modern. Gerakan-gerakan lincah dengan koreografi yang memukau. Semua mata melihat Cantika yang ngedance sangat enjoy. Semua bersorak senang. Kecuali Kinan yang mencibir. Saat pertunjukkan selesai, anak-anak bertepuk tangan. Saat tepuk tangan berhenti, ada yang menyusul. Itu suara tepuk tangan Murni. Semua melihat Murni.

murni
Wah, keren banget, Cantika.
kinan
(mencibir) Gitu doang dibilang keren. Joget-joget gitu sih semua orang juga bisa.
Tiba-tiba anak-anak sanggar lain meneriaki Kinan.
all anak sanggar
Huuu..!

Mang Dullah segera mendiamkan anak-anak agar mereda.

mang dullah
Anak-anak, semua tenang.

Kemudian suasana kembali tenang. Lalu Mang Dullah melanjutkan kata-katanya.

mang dullah cont’d
Gimana anak-anak? Bagus nggak tarian Cantika?
all anak sanggar
Baguuus.
mang dullah
Keren nggak?
all anak sanggar
Kereeen.

Cantika membusungkan dada.

cantika
Terima kasih semuanya.

Murni tersenyum senang melihat keberhasilan sahabatnya yang sudah menari dengan baik dan disukai teman-teman sanggarnya.

CUT TO


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar