Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT/EXT. KERETA API — SIANG
CAST : CANTIKA, SANJAYA, LAURA, BEBERAPA FIGURAN (ORANG DALAM KERETA)
Laura, Sanjaya dan Cantika menaiki kereta bisnis tujuan Cirebon. Cantika melamun, melihat pemandangan di luar jendela kereta. Ada orang berlalu lalang. Petugas kebersihan, penumpang yang menuju toilet, dan petugas yang membagikan snack. Sanjaya menerima snack yang diberikan petugas.
Laura menyodorkan snack kepada Cantika. Cantika menggeleng. Lalu kembali berbalik memandang ke luar jendela. Kereta melaju dengan cepat.
CUT TO
EXT. PERKAMPUNGAN — SIANG
ESTABLISHED Suasana perkampungan dengan hamparan sawah di bawah sinar matahari yang terik. Di antaranya ada sungai berarus sedang dengan air jernih. Nampak anak-anak mandi atau sekedar bermain air. Di kejauhan, terlihat pucuk Gunung Ciremai yang diliputi awan putih bersih.
CUT TO
EXT. RUMAH SUPENDI — SIANG
CAST : CANTIKA, SANJAYA, LAURA, NENEK INAYATUN
Sanjaya, Laura dan Cantika sampai di depan rumah Supendi, kakek Cantika. Rumahnya cukup besar namun catnya sudah mulai memudar dan kusam dengan pekarangan luas. Taman bunga yang asri dan terawat dengan baik.
Suasana sepi. Tak nampak ada orang bahkan yang lewat sekalipun. Sanjaya mencari-cari sekiranya ada orang yang bisa ditanyai.
Sanjaya dan Laura saling pandang.
Cantika manggut-manggut. Laura dan Sanjaya senyum kecut. Menyadari kalau keduanya sudah berbohong pada Cantika.
Dari kejauhan nampak sebuah becak (kendaraan beroda 3, yang dikendarai mirip seperti sepeda/digoes). Kendaraan tradisional ini masih banyak terdapat di Cirebon atau kota-kota di Jawa. INAYATUN (60 tahun, nenek Cantika, masih terlihat cantik, giginya masih utuh). Dia datang dari pasar habis menjual bahan sayuran yang dipanen dari kebunnya. Turun dari becak dan membayar ongkos dengan lembaran uang sepuluh ribu. Kemudian Inayatun melihat takjub pada Sanjaya.
Mereka berpelukan. Saling menangis haru. Laura dan Cantika saling memandang. Karena penasaran, Cantika langsung bertanya.
Sanjaya dan Inayatun saling melepas pelukannya. Sanjaya mengangguk. Inayatun menoleh lalu bicara lembut.
Mata Inayatun berkaca-kaca. Menatap haru dan tersenyum lalu memeluk Cantika. Melihat Inayatun memeluk Cantika, Laura ikut berkaca-kaca. Lirih dia memanggil mertua perempuannya.
Inayatun beralih pandang ke arah Laura. Laura refleks memegang tangan Inayatun dan menciumnya beberapa kali. Inayatun segera menarik kembali tangannya. Lalu berkata.
Sanjaya mengambil barang bawaan mereka untuk masuk ke dalam rumah. Ia teringat dengan ayahnya.
Tak lama kemudian mereka telah menghilang di balik pintu.
CUT TO
INT. RUMAH SUPENDI/KAMAR SANJAYA — MALAM
CAST : CANTIKA, LAURA, KAKEK SUPENDI
Laura dan Cantika baru saja masuk ke kamar. Laura menyimpan barang-barang yang mereka bawa sembarang.
Laura tersenyum sembari mengusap kepala Cantika lembut.
Setelah Laura berlalu, Cantika menuju jendela yang masih terbuka, lalu menutupnya karena angin menerpa tubuh Cantika sehingga dia merasa menggigil sesaat.
Usai menutup jendela, tiba-tiba lampu mati. Cantika kaget. Cantika panik kemudian memanggil ayah dan bundanya.
Tidak ada jawaban. Sambil berjalan di kegelapan, tangannya meraba dinding kamar, mencari saklar listrik. Tapi nggak ketemu.
Saat mencari saklar tiba-tiba tangannya merasa memegang sesuatu yang basah.
Dalam cahaya remang-remang yang menerobos dari sela2 jendela dan pintu, Cantika melihat tangannya dipenuhi cairan kental berwarna merah. Cantika langsung berteriak.
Cantika berlari ke arah pintu. Tapi saat membuka pintu, dia menubruk sesosok tubuh yang lebih besar darinya. Cantika mendongak ke atas dan melihat seseorang berwajah hitam, sosok kakek tua berjenggot tebal. Wajahnya menyeramkan dalam kegelapan. Ternyata dia adalah SUPENDI (Kakek Pendi, Kakeknya Cantika, 65 tahun, berjenggot tebal, semua rambut di kepalanya berwarna putih keperakan).
CUT TO
INT. RUMAH SUPENDI/RUANG KELUARGA — MALAM
CAST : CANTIKA, SANJAYA, LAURA, KAKEK SUPENDI, NENEK INAYATUN, MANG DULLAH
Anggota keluarga bercengkrama. Laura nampak canggung dengan Inayatun. Inayatun menyuguhkan minuman ke meja.
Laura menggigit bibir. Sanjaya memperhatikan. Laura dan Sanjaya saling bertatapan. Sanjaya memberi isyarat agar Laura duduk di sebelahnya. Laura menurut.
Dari dalam ruangan lain datang Kakek Supendi yang menggandeng Cantika. Mereka berdua kemudian duduk berdekatan.
Muncul MANG DULLAH (45 tahun, tetangga Supendi yang biasa bantu-bantu urusan Supendi termasuk aktifitas menggarap sawah dan ladang).
Sanjaya menatap lalu menyapa duluan.
Spontan mereka saling merengkuh tangan.
Mang Dullah berlalu. Tiba-tiba Cantika menyodorkan tangannya yang kena cairan berwarna merah dan bertanya pada Inayatun.
Spontan Kakek Supendi dan Nenek Inayatun terkekeh.
Lantas Nenek Inayatun memamerkan sebaris giginya yang masih utuh namun disela-selanga ada warna merah bekas mengunyah sirih. Cantika terpana.
CUT TO
ESTABLISHED RUMAH SUPENDI
Suasana di pagi hari. matahari baru terbit. Capung atau kupu-kupu hinggap di salah satu bunga yang ada di taman pekarangan rumah Supendi. Ia tersorot matahari, lantas terbang ke dahan pohon lain.
CUT TO