Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Wahyu, menjadi ayah tunggal untuk Gendhis di usianya yang ke dua puluh. Kini Gendhis menjadi seorang remaja yang penuh akan mimpi juga pemikirannya sendiri. Wahyu selalu dibuat pusing oleh Gendhis. Nyatanya menjadi ayah tunggal tidaklah mudah. Terlebih ketika Gendhis menanyakan perihal siapa ibunya. Pada awalnya Wahyu berbohong mengatakan ibu Gendhis sedang pergi. Tapi sebuah buku harian tua yang ditemukan Gendhis memberitahukan segalanya. Gendhis dan Wahyu hilang kendali dan terlibat pertengkaran hebat. Pertengkaran yang menjadi pelajaran paling penting dalam hidup mereka.
Premis
Cerita Wahyu yang menjadi ayah tunggal diusia muda
Pengenalan Tokoh
Wahyu memutuskan untuk merawat Gendhis sebagai seorang ayah tunggal dan tidak menikah setelah Mega meninggal. Ia menamai anaknya dengan nama Nashita Gendhis, nama yang berarti sebuah semangat hidup yang manis. Berharap hidupnya akan manis dan baik-baik saja.
Waluyo mengantar anaknya ke posyandu seorang diri. Ia juga menemani Gendhis di hari pertama sekolah. Ia yang mengantar dan menjemput Gendhis. Hingga Gendhis kelas 1 SD ia bertanya, kemana ibunya. Kenapa ia satu-satunya anak di sekolah yang tidak memiliki ibu. Waluyo mengatakan, ibunya pergi, dan mereka akan bertemu kembali. Hidup Gendhis baik-baik saja terlalu baik dan tidak pernah merasakan kesedihan. Tapi ia kini merasa sedih karena untuk pertama kalinya ia merasa hidup dengan tidak sempurna. Ibunya pergi entah kemana dan dia merasa ditinggalkan. Ia menjadi terkucil di sekolah dan hanya Julia yang menjadi temannya hingga duduk di bangku kelas 8 SMP.
Meski merasa kurang sempurna, Gendhis tidak pernah protes dan bertanya lagi tentang keberadaan ibunya. Ia tetap menjadi anak yang periang seperti biasanya. Ia tumbuh menjadi atlet pelari jarak yang handal. Tahun ini ia akan menjadi perwakilan provinsi untuk lari jarak 400 meter. Ia bahkan mulai merasakan jatuh cinta.
Sementara Waluyo menghadapi konflik batin di sela-sela hidupnya sebagai seorang ayah. Sebagai ayah ia harus menghadapi kenyatan anaknya tumbuh dengan sangat cepat. Ia merasa Gendhis terlalu cepat dewasa. Ia merasa baru kemarin ia mendandani anaknya dengan baju pitih merah. sekarang bahkan Gendhis sudah berusia 14 tahun dan mendapatkan mens pertamanya. Beruntung ia punya tetangga yang cukup pengertian. Karena nyatanya menggantikan peran seorang ibu tidaklah mudah.
Rahasia yang selama ini Waluyo dan ibunya pegang adalah tentang siapa sebenarnya sosok ayah kandung Gendhis. Membesarkan Gendhis sejak masih merah membuat Waluyo dan ibunya takut kehilangan. Sayangnya suatu hari Gendhis menemukan buku catatan ibunya. Di situ tertulis bagaimana Hanifah menceritakan insiden yang dialaminya.
Gendhis entah kenapa merasa kehilangan percaya diri setelah membacanya. Terlebih ketika nama pelaku tertulis dengan jelas di sana dan Gendhis sangat mengenal orangnya. Ternyata ayah kandung Gendhis adalah Om Rangga orang yang sering memberikan tumpangan dan menjadi paman berkaki panjangnya selama ini.
Gendhis menjadi pendiam untuk beberapa hari. Tapi kemudian ia tak tahan dan bertengkar hebat dengan ayahnya. Keesokan harinya ia pergi berlomba bahkan tanpa pamit kepada sang ayah.
Pesan Julia yang panjang sebagai seorang sahabat dan juga saudara kemudian menjadi renungan untuk Gendhis. Di Hari kepulangannya ia menjadi juara pertama dan juga menjadi hari berdamainya Gendhis dengan sang ayah.