Airin adalah mahasiswi semester akhir yang harus ambil cuti kuliah selama dua semester karena menderita GERD Psikosomatis. Setelah melewati masa kritisnya, Airin melanjutkan kuliah dari mengajukan judul, Sampai sidang skripsi. Tetapi di masa penyusunan skripsi, Airin mengalami Anxiety disorder karena dosen-dosennya kurang aware sama kondisi Airin. Selain itu, ada Riko yang baru lulus kuliah seni, tapi harus meneruskan usaha orang tuanya dan menikahi gadis yang setara. Ini menyebabkan Riko mengalami stress lantaran tidak bisa bebas menggapai cita-citanya menjadi seorang sutradara film.

Dalam kisah ini terdapat edukasi tentang perlunya dukungan mental untuk penderita Anxiety disorder dan depresi.

Drama penyusunan skripsi membuat Airin bukannya makin sembuh, malah makin parah kondisi mentalnya. Airin tidak mendapatkan dukungan penuh dari keluarga, teman, dan dosen untuk penyembuhan dari Anxiety disorder. Bahkan dari seminar sampai sidang, Airin tetap mendapatkan nilai tak seberapa dari semua upaya yang telah dilakukannya selama menyusun skripsi. Dengan semangat pantang menyerahnya, Airin mencari jalan keluar pada dosennya, yang membuat dia dimarahin. Airin hanya ingin membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia bisa. Begitu juga dengan Riko yang dituntut menikah dan meneruskan usaha keluarganya.