Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Mulyono, laki-laki 18 tahun, berasal dari Purwokerto dan lahir dari keluarga miskin. Ayahnya yang seorang buruh harian lepas hanya sanggup menyekolahkan Mulyono sampai kelas 3 SMP. Mulyono kini bekerja keras agar 3 adiknya bisa sekolah.
Dia mengawali ‘karirnya" di toko sembako Erwina. Dia tinggal di rumah pemilik toko sehingga bisa dibilang pekerjaannya tak kenal waktu. Mulyono tak kuat hingga jatuh sakit dan memutuskan berhenti.
Mulyono lalu bekerja sebagai asisten rumah tangga di keluarga Budiman, seorang politikus Partai Nasional.
Tidak seperti anak muda kebanyakan, Mulyono sudah bermimpi untuk naik haji saat usianya 18 tahun.
Di tengah kesibukannya dan dipedalaman hatinya, Mulyono selalu memendam kerinduan naik haji.
Penampilan Mulyono bukan seperti orang alim. Namun dia rutin menjadikan setiap salatnya jalan mengadukan segala permasalahannya.
Mulyono mendapat gaji Rp 700 ribu per bulan. Dia ingin sekali menabung agar bisa naik haji, namun kebutuhan keluarganya selalu ada saja. Walhasil, mimpinya naik haji masih dipendam.
Saat sekertaris Budiman mundur karena hamil, Mulyono dipercaya mengisi posisi itu. Dia dijanjikan bayaran Rp 35 juta untuk membantu Budiman mengurus keperluan pribadinya selama kampanye pemilu bupati Banyumas.
Gaji itu cukup untuk mendaftar naik haji, maka Mulyono pun menyanggupinya. Namun menjelang kampanye berakhir, bapaknya harus menjalani operasi tumor ginjal.
Mulyono merelakan uang kerja kerasnya Rp 35 juta untuk berobat bapaknya. Kendati begitu, Mulyono lega. Sebab dia yakin sudah mendapat pahala haji.