Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Aku memiliki kewajiban untuk mempertahankanmu, tapi aku tidak memiliki hak untuk memaksa perasaanmu. Aku tidak ingin kau menjadi anak durhaka kepada Orangtuamu. Jika waktu masih percaya dan berpihak pada cinta kita. Aku akan menggenggam tanganmu kembali."
Kau merangkul diriku yang tertunduk bisu. Aku tidak mengerti darimana datangnya perasaan ini. Mengapa aku bisa terluka dan merasakan sakit. Padahal Hati ini hanya gumpalan daging, tapi mengapa karenanya aku bisa mengeluarkan air mata. Aku sangat membenci kenangan itu, tapi mengapa otak ini selalu mengingatnya. Aku tidak tahu harus bagaimana untuk menghilangkan rasa ini. Aku sudah lelah dan tidak sanggup lagi untuk menahannya. Aku sudah berusaha untuk menjadi seorang anak berbakti dan wanita dewasa pada umumnya, tetapi tetap saja tidak bisa membedakan mana wajah manusia atau hanya topeng belaka.
"Cukup sudah, aku tidak ingin tersakiti lagi."
( Gelena Reyne Surendra )
"Masih banyak wanita yang lebih baik dariku, lebih pintar dariku dan lebih cantik dariku. Kau tidak perlu repot dan bingung seperti itu."
Kau menepuk pundakku keras dengan mudah mengatakannya. Bahkan sangat bahagia. Kau egois hanya peduli pada urusanmu sendiri. Bukan hanya kau yang bisa merasakan kesedihan, aku juga bisa. Kau bisa menangis, aku juga bisa. Dengan mudahnya kau berbohong padaku disaat kejujuranku menyakiti dirimu. Maafkan diriku yang tidak bisa membahagiakanmu.
"Tidak hanya aku, kau juga tahu itu. Memang banyak wanita yang lebih baik darimu, hanya saja aku tidak merasakan hal yang sama ketika sedang bersamamu. "Aku takut, aku tidak ingin menyakiti wanita lagi."