Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Ammar merasa bersalah atas kenakalannya saat kabur dari pesantren di masa lalu. Ia juga semakin terpukul, setelah tahu, ternyata almarhum kakek yang sangat ia sayangi, sosok dibalik yang meminta orang tuanya, agar ia bisa masuk pesantren.
Untuk membayar semuanya, selepas SMP ia bertekad untuk kembali masuk pesantren dan berjanji menjadi anak yang baik serta bisa meneruskan jejak kakeknya sebagai ulama besar setelah menimbah ilmu dari sana.
Tapi nyatanya ia gagal masuk pesantren kembali dan harus rela bersekolah di SMA, yang sama sekali tidak ia sukai dan tidak ada dalam list pilihan hidupnya.
Kehadiran Pak Mansur, guru agama yang baru, merubah semuanya. Ia semakin yakin, walaupun sekolah di SMA biasa, bukan halangan untuk setiap orang bisa mengejar impiannya. Terutama impian Ammar untuk menjadi seorang Ustad suatu hari nanti.
Belajarlah ia dan teman-temannya kepada Pak Mansur. Tapi lambat laun warga mulai tidak suka dengan kehadiran Pak Mansur dan berniat mengusirnya dari desa, karena dianggap telah menyebarkan paham yang sesat, terutama kepada pemuda-pemuda desa.
Apa benar Pak Mansur mengajarkan paham yang sesat? Dan apakah Ammar bisa mengembalikan kepercayaan kedua orang tuanya?
Premis
Seorang remaja yang berusaha mengembalikan kepercayaan kedua orang tuanya yang dulu ia sia-siakan sewaktu masih belajar di pesantren. Tapi sayangnya kesempatan itu tidak datang dua kali, sehingga ia hanya bisa masuk SMA yang sama sekali tidak ia sukai, dan bertemu dengan Pak Mansur—Guru Ngaji yang mengubah semuanya.
Pengenalan Tokoh
Ammar(15)seroang remaja yang baru lulus SMP. Ia berhasil membuktikan diri di akhir sekolah, dengan meraih juara dan bisa menjadi syarat masuk sekolah favorit di desanya. Tapi Ahmad (45)- Bapaknya bukannya senang, ia masih kecewa atas kenakalan yang pernah diperbuat oleh Ammar sehinggga membuatnya harus dikeluarkan dari pesantren. Ita (30) - Ibunya walaupun sempat kecewa, tapi sebagai seorang ibu, ia berusaha untuk terus menyemangati anak sulungnya agar bisa memperbaiki kesalahannya dulu.
Melalui Idah (60)- Neneknya, ia menceritakan semua peristiwa masa lalu kakeknya yang pernah menjadi Kiai besar di desa tersebut, dan mengharapkan agar Ammar bisa meneruskan jejaknya, sehingga berinisiatif menyekolahkan Ammar ke sebuah pesantren melalui Bapaknya.
Betapa terkejutnya Ammar setelah mengetahui hal tersebut, bahkan setelah mendengar berita kematian kakeknya yang baru seminggu. Ia bertekad untuk menghapus kesedihan tersebut, sekaligus mengobati semua kekecewaan yang dirasakan oleh keluarganya. Salah satunya, selepas SMP ia akan masuk pesantren lagi. Tapi sayang, takdir berkata lain. Belum lama pesantren yang ia tuju sudah tutup masa pendaftarannya. Ammar menjadi putus asa dan tidak mungkin akan masuk sekolah umum seperti SMA, jika mau meneruskan jejak kakeknya sebagai seorang Ulama.
Melalui Satria (15)- teman akrabnya semasa kecil, terus menyemangatinya agar Ammar tidak putus asa. Walaupun hanya sekolah di SMA tapi tak menjadi halangan seseorang untuk belajar agama secara serius. Walau ragu, Ammar selalu percaya ucapan temannya dan berusaha meyakinkan kedua orang tuanya, jika suatu saat nanti bisa membanggakan keduanya dengan menjadi seorang penceramah seperti yang mereka dan almarhum kakeknya harapkan.
Tapi lagi-lagi keraguannya semakin besar ketika dihadapkan dengan lingkungan sekolah dimana banyak terdapat siswa-siswa yang nakal. Bahkan di awal masuk sekolah aja Ammar harus mendapat skors dari pihak sekolah gara-gara ikut-ikutan loncat pagar sekolah karena terlambat. Sontak seantero sekolah dan beberapa guru menstigma mereka sebagai siswa yang nakal.
Mimpi-mimpinya untuk menjadi penerus kakeknya semakin tergerus ketika kedua orang tuanya juga mengetahui soal kenakalan yang ia perbuat.Ammar semakin pesemis dengan mimpi-mimpinya.
Kehadiran Pak Mansur (40) guru agama sekaligus kesiswaan yang baru menggantikan posisi guru sebelumnya yang mendapat mutasi, membawa angin segar. Saat Ammar dan teman-temannya terpojok oleh skors dan hukuman yang diberikan oleh Pak Nurdin (45)- Kepala Sekolah, ia malah bersedia merangkul dan bertanggung jawab atas semua kenakalan yang di perbuat oleh semua siswa tersebut. Ia juga berjanji kepada Pak Nurdin, agar bisa diberi kesempatan untuk membina mereka menjadi siswa yang baik dan berprestasi di sekolah.
Meski harus mendapat hukuman tak lazim dari guru tersebut, seperti membersihkan mushollah tempat mereka membuat kenakalan, bahkan mereka harus di paksa untuk mendapat klinik akhlak selama sebulan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka saat awal MOS. Bermacam-macam kegiatan mereka, seperti membersihkan semua masjid yang ada di semua sudut desa, bahkan membantu semua kegiatan sosial di masyarakat, yang sangat mereka tidak sukai tapi harus mereka lakukan.
Seiring waktu berjalan, hukuman intensif mereka bersama Pak Mansur membawa efek baik bagi setiap siswa dan lingkungan sekolah, yang terkenal banyak menelurkan siswa-siswa nakal dan Bengal dari setiap generasi sebelumnya. Baik kedua orang tua Ammar maupun orang tua teman-temannya merasakan perubahan positif dari anak-anak mereka saat di bina oleh Pak Mansur. Terutama soal akhlak dan adab keseharian.
Tapi entah mengapa saat mereka hendak membuat event Pesantren kilat di sekolah, Pak Nurdin malah memandang sinis dan negatif kegiatan yang akan mereka adakan. Imbasnya proposal kegiatan itu di tolak dan Pak Mansur malah mendapat ancaman mutasi seperti guru-guru agama sebelumnya tanpa alasan yang jelas.
Bahkan oleh beberapa warga dan pengurus masjid desa, dimana mereka sering mengadakan kegiatan belajar mengaji bersama para pemuda-pemuda desa lainnya, juga mendapat pembatasan. Puncaknya ketika Pak Mansur akan di usir oleh beberapa pihak karena telah dianggap menyebarkan paham sesat dan melenceng kepada penduduk desa melalui para pemudanya, membuat Ammar dan teman-temannya sangat terpukul.
Ammar dan teman-temannya bersih keras menolak tuduhan tersebut. Mereka juga menganggap jika itu fitnah yang tak beralasan. Bahkan mereka mengaku semenjak kehadiran Pak Mansur, baik mereka maupun para pemuda desa sudah banyak yang berubah dan berangsur karena kehadiran Pak Mansur.
Tapi gelombang pengusiran begitu besar sehingga mereka tak kuasa menolak, permintaan warga. Apalagi terkuak rahasia jika Pak Mansur bukanlah lulusan pesantren atau seseorang yang mempunyai latar belakang agama yang seharusnya semakin membuat warga dan sekolah antipati kepadanya.
Setelah kepergian Pak Mansur, Ammar dan teman-temannya tetap tidak terima dan berusaha membongkar kejanggalan dari fitnah yang menerpa mereka.Bersama Awan (14) adik tingkat Ammar yang terkenal Bengal di desa tersebut, mengenal beberapa orang yang sengaja menyebarkan fitnah tersebut. Bersama-sama mereka mulai membongkar rangkaian fitnah yang terjadi, dimana yang menjadi otak utama dari semua kejadian itu adalah Pak Nurdin, Kepala Sekolah mereka untuk menutupi tindakan korupsi yang dilakukannya selama bertahun-tahun.
Walau berat, mereka berusaha untuk mengajak kembali Pak Mansur pulang ke desa meski semua warga harus mereka yakinkan. Satu persatu mereka mulai membongkar semua kasus Pak Nurdin, sehingga melalui bantuan dari beberapa guru lainnya yang tidak sejalan dengan kepemimpinan Pak Nurdin, barulah titik terang dari semua permasalahan itu terungkap.
Pak Nurdin harus mempertanggungjawabkan semua dosa-dosanya, namun sebelum itu ia juga harus membersihkan nama Pak Mansur kepada semua pihak sekolah dan warga desa. Barulah Pak Mansur bisa kembali ke desa dan memperbaiki semuanya terutama soal rencananya membuat pesantren untuk para warga biar bisa belajar agama secara intensif.