Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Di Tanah Bahagia
Suka
Favorit
Bagikan
1. Scene 1 - 10

Fade in

1. EXT. STASIUN MRT - PERON - MALAM

Langkah kaki dari sepatu kulit hitam pria yang mengkilap, memecah kesunyian malam.

Terhenti pada langkah ketiga, karena seorang pria lain berlari dari belakang, masuk menuju gerbong MRT.

Langkah kaki sepatu hitam mengikuti masuk ke dalam gerbong MRT.

Pria yang terburu-buru masuk lebih dulu, sedang mengeluarkan berkas dari dalam tasnya. Tiba-tiba sebuah koin seribu rupiah bergambar kelapa sawit menggelinding. Menyusul kemudian koin 850 ribu rupiah menggelinding.

Sang pria melihat kedua koin yang terhenti di dekat kakinya dan terpana sebentar. Ia melihat ke arah pria misterius sekilas dan memungut kedua koin, melangkah menuju pria misterius.

PRIA TERGESA
Ini uang Anda.
(menyerahkan kedua koin)

Pria misterius tersenyum, tanpa berterima kasih, ia menengadahkan sebelah tangan, menerima kedua koin dari pria tergesa.

Gerbong-gerbong MRT berlalu cepat di atas jalur layang panjang, berpendar di antara warna-warni cahaya malam kota Jakarta.

2. EXT. STASIUN MRT - PERON - MALAM

MRT berhenti. Satu-dua orang yang turun dari gerbong-gerbong.

Satu gerbong, terbuka tapi kosong.

Hanya tertinggal, sebuah tas. Tanpa pemilik : Si Pria Tergesa.

3. EXT. KAWASAN PADAT PENDUDUK ANTARA JALAN DR. SAHARJO DENGAN STASIUN MANGGARAI- PAGI

Matahari pagi mengintip di balik awan kelabu.

Akhirnya semua bagiannya dibungkus awan kelam yang terbawa angin dingin, memuntahkan uap air.

Riuh air turun ke bumi mengalir ke sungai.

Tempat tinggal yang memiliki lebar 2 meter itu berada di dekat jembatan. Tampak serong depan, tempat tinggal berjejer, padat.

Di depan rumah ini terdapat 3 buah pot tanaman bunga Mawar berjajar. Masing-masing berwarna Merah darah, merah muda dan putih.

4. INT. RUMAH EMAK - DAPUR - PAGI

Seorang wanita, Emak, 55, meemakaibdaster lusuh dan rambut digulung, sedang memasak di dapur yang sangat kecil.

EMAK
Uni! Itu Bagas jangan dibiarin nunggu kelamaan depan kamar mandi!
(Berteriak)

Bagas, remaja laki-laki, 15, berdiri bersandar dinding pembatas rumah yang setengah semen, setengah kayu, dengan mata tertutup. Kepalanya tengadah, masih mengantuk.

Suara air mengalir kecepatan sedang dari kran, terdengar.

EMAK (CONT'D)
Ampun dah bocah, mandi apa semedi, sih?
(Menggerutu sambil membalik telur mata sapi, kembali berteriak)
Aer jangan dinyalain terus, Ni! Abis dah tuh aer. Bener-bener dah ah!


Seruni, 22, perempuan dewasa muda, mata besar bulu mata lentik, kulit kuning cerah, tinggi badan lebih rendah dari Bagas, menggerutu tanpa suara di dalam kamar mandi lalu menyampirkan handuk ke pundaknya.

Ia keluar dari kamar mandi, berpakaian lengkap, sambil mengeringkan rambut sepunggungnya. Tersenyum lebar dan puas.

SERUNI
Aer-nya kecil kali, Mak.
(Setengah berteriak,menahan cemberut)
Udah noh!
(Mendorong ujung pundak Bagas)

Bagas terbangun dan masuk ke dalam kamar mandi.

Seruni naik ke atas tangga dekat dapur dan kamar mandi yang terletak di bagian belakang rumah.

Tangga kayu.

Kayu yang sama dipakai sebagai lantai bagian atas dan dinding rumah.

5. INT. RUMAH EMAK - LANTAI ATAS - PAGI

Seruni menuju lemari pakaian.

Suara air berjatuhan dari langit terdengar menimpa atap rumah dari seng.

SERUNI (CONT'D)
Ahh, ujan deh. Males deh kalo udah begini.
(Berjalan lemah dengan handuk tersampir di bahu)


MAWAR
(Wanita, 25, bermata besar pakai soft lens,kulit hampir sawo matang, rambut panjang dengan banyak anak rambut)
Sekolah yang rajin. Baru sama ujan aja udah takut.
(Duduk bersila di lantai kayu sambil menghadap cermin. Berdandan)


SERUNI
Kakak kayak nggak takut aja sama ujan. Kalo basah kuyup, maskara luntur loh.
(Menoleh ke arah Mawar)


Mawar melirik sekilas Seruni.


SERUNI
(Berdecih)
Udah gitu kerja kan enak, dapet duit. Kuliah, gini-gini aja. Eh mesti ngadepin ujan juga.


MAWAR
(Masih berdandan)
Kerja kayak Kakak?


SERUNI
Nggak dong, Kakak tersayang. Gue udah mau lulus. Siapin duit yang banyak untuk semester-an. Ntar gaji gue pasti lebih gede dari lo.


MAWAR
Belom juga lulus, sombongnya setinggi monas. Buruan siap-siap. Telat entar.

Mawar selesai berdandan, mengepak perlengkapan ke dalam dua tas. Tas jinjing dan tas punggung. Turun melalui tangga.

SERUNI
Iya iyaa. Heran. Kenapa sih, pada galak kayak ibu-ibu gerbong khusus wanita?
(Setengah berteriak, membuka lemari pakaian)


EMAK
Uni!


SERUNI
(Sudah berganti pakaian serasi. Menutup lemari pakaian)
Tuh kan, bener. Sindrom ibu-ibu gerbong wanita.
(Menggerutu lalu turun)


6. INT. RUMAH EMAK - LANTAI BAWAH - PAGI

Seruni menuju meja yang di atasnya sudah disediakan 3-4 telor ceplok yang ditumpuk dalam sebuah piring. Ada botol kecap kecil di sisinya.

BAGAS
Kak Uni! Yang itu punya gue!
(Bagas sudah berseragam SMA, merebut telur ceplok dari piring Seruni)


SERUNI
Eeh! Sopan banget lo. Yang laen juga sama kali. Heran.
(Mengambil telur ceplok lainnya. Mengambil nasi ke piring dan menambahkan kecap ke atasnya)


BAGAS
Beda lah. Ini bentuknya pas bulet, pasti dalemnya masih ada orennya.
(Berjalan bangga melewati Seruni yang menggerutu)

Bagas duduk di kursi di ruang tamu bergabung dengan Mawar yang sudah mulai makan dan Emak yang duduk juga di sana.

EMAK
Mawar, hari ini terakhir bayar sudi tur nya Bagas.


MAWAR
Study tour, Mak.
(Menyendok suapan ke mulutnya)


EMAK
Iya, itu. Sama biaya PKL-nya bocah ini.
(Melirik kesal ke arah Seruni yang baru bergabung)

Seruni melengos. Ikut duduk di kursi yang tersisa lalu menyuap nasi ke dalam mulutnya tanpa melihat ke arah Mawar dan Emak.

MAWAR
(Berpikir lalu mengangguk sambil menelan)
Ntar pas istirahat Mawar transfer.


EMAK
Lagian kenapa disuruh jualan sih, Ni? Pake modal segala?


SERUNI
(Buru-buru menelan)
Lah itu mah Bang Mamat! Jualan kuncir sama maenan. Ini tuh Praktek.Kerja.La-pa-ngan. Mak. Uni nggak taulah, orang disuruh bayar.
(menggaruk dagunya)


MAWAR
(Memandang menyelidik Seruni)
PKL di mana emangnya, Ni?


SERUNI
Di tempat yang kerenlah.
(Mengalihkan pandangannya)


EMAK
Matre, dikit-dikit duit.


MAWAR
Di tempat Kakak?


SERUNI
Emak dih, bukan ngedukung anaknya mau PKL.


Seruni melihat kecewa kepada Emaknya, kemudian membetulkan pakaian dan meletakkan piringnya di lantai. Berlagak tidak melihat pakaian Mawar yang sedikit kebesaran dan warnanya yang tidak cocok dengan warna kulit Mawar.

SERUNI (CONT'D)
Bukan, Kak Mawar. Tenang aja, gue nggak bakal ganggu kerjaan Kak Mawar. Lagian Kakak ngaca deh. Baju Kakak sering nggak matching gitu, ntar kan gue yang malu.


EMAK
Uni!


BAGAS
Kak Uni, punya mulut itu dibawa kuliah juga, jangan ditinggal di rumah!
(Memotong telur lalu menyuap ke dalam mulut)


SERUNI
Bocah kemaren sore! Ikutan aja!


EMAK
Emak liat Jaja, magang di bengkel, malah dibayar. Begimana sih ini kuliah malah ribet. Duit mulu lagi.


SERUNI
Mirja STM, Mak. Nggak apple to apple-lah.
(Merasa jijik)


EMAK
Ngejawab aja.


SERUNI
Ntar diem juga salah.


BAGAS
Apple? Kedondong tuh potongin, bantuin Emak jualan.

Emak refleks merangkul Bagas yang duduk di sisinya.

SERUNI
(Keki melihat Emak merangkul Bagas penuh kasih sayang)
Bocah demen banget nyamber sih.


Seruni Menggerutu sambil mengambil piringnya dan kembali makan.

SERUNI (CONT'D)
Penjilat!


EMAK
Uni!


MAWAR
Udah. Buruan makannya. Ayo berangkat!
(Beranjak ke dapur lalu meletakkan piring lalu minum)

Bagas ikut berdiri meletakkan piring di meja dekat kursi, minum, lalu mencium tangan Emak.

Seruni masih mengunyah makanannya, malas melihat gerakan cepat Mawar dan Bagas.

7. EXT. DEPAN RUMAH EMAK - PAGI

Mawar dan Bagas bergegas berangkat dengan menggunakan payung masing-masing yang beda warna namun polos.

Seruni menyusul berangkat dengan elegan, menggunakan payung dengan aksen bunga-bunga.

Tiga pot bunga mawar berbeda mekar menantang langit.

8. EXT. STASIUN MANGGARAI - PERON - PAGI

Mawar, Seruni dan Bagas bergegas di dalam stasiun dan berpisah menunggu commuter di peron berbeda.

9. EXT. STASIUN MRT - KORIDOR - PAGI

Suasana stasiun MRT cukup ramai di pagi hari. Mawar melalui lorong bawah tanah menuju pintu keluar.

Secara tidak sengaja, Mawar menabrak seorang pria yang membawa dus menuju salah satu los mini market di lorong.

MAWAR (CONT'D)
Eh, maaf!
(hampir tersungkur)


BANI
Eh, maaf!
(Meletakkan dus, melihat yang ditabrak)
Mawar? kirain siapa!
(Membantu Mawar bangkit)


MAWAR
Ati-ati dong, Ban!


BANI
Iya, maafmaaf. Nggak keliatan. Nggak apa-apa , kan?


MAWAR
(Menggeleng)
Gue juga nggak ati-ati. Maaf, ya!


BANI
Eh, ada diskon lagi, nih, mau diambil pas pulang? Apa sekarang?


MAWAR
Lain kali aja, Ban. Gue mesti lebih ngirit, nih.


BANI
Emang mau beli rumah lebih cepet?


MAWAR
(Menggeleng)
Ada yang mesti cepet diurus, Ban. Gue ngantor dulu, ya!


BANI
O-ke!
(Mengangkat jempolnya ke udara)


10. EXT. DEPAN RUANG KULIAH - PAGI

Seruni sedang memasukkan beberapa pasang pakaian ke dalam keranjang belanja online-nya. Di sisinya, Jesi, sedang menatap Seruni, gelisah.

JESI
Ni, lo beneran mau sewa baju-baju ini?


SERUNI
Iya, tenang aja duit lo bakal gue ganti kalo Kak Mawar udah kasih duit ke gue.


JESI
Bukannya itu namanya boong, Ni? Lo beneran bilang PKL kita bayar?


SERUNI
Kak Mawar nggak bakal tau, Jes. Bajunya kan gue ambil di rumah lo.


Seruni masih sibuk mengusap layar gawainya.

SERUNI (CONT'D)
Lagian lo dah setuju bakal tutup mulut, kan?


JESI
Iya... tapi nyesel gue. Bisa diralat nggak, sih, janji gue?


SERUNI
Enak aja, nggak bisalah. Pinky promise kita itu berlaku sejak kita SMA.


JESI
Iya, tapi lo nggak pernah aneh-aneh begini, Uni!


SERUNI
Gue nggak pernah minta pinky promise sejak kita kita SMA, Jes. Sekali ini doang.


JESI
(Menghela nafas kasar)
Serah lo deh, Ni.


SERUNI
Serah gue, kan? Oke!
(jeda) Eh, WA gue kalo paketnya udah sampe!


Jesi mengusap wajahnya dari atas ke bawah, lalu menggeleng.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar