Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cahaya Diani
Suka
Favorit
Bagikan
2. Babak Pertama - Bagian Kedua
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator
1.     EXT. PINTU GERBANG SEKOLAH – PAGI


Cast: Rayhan Aji


Begitu mendekati pintu gerbang sekolahnya, Rayhan Aji (17 tahun) yang memakai seragam SMA segera turun dan mendorong sepedanya masuk ke pintu gerbang sekolah.


RAYHAN AJI (OS)

Aku adalah lelaki beruntung yang impiannya dapat terwujud dan menjadi "raja" di hati seorang perempuan yang menjadi impian setiap lelaki.


Di tengah lalu-lalang siswa yang berjalan masuk ke sekolah, mata Rayhan Aji sekali melihat ke lantai atas gedung sekolah. Ruang kelasnya memang mudah terlihat dari pintu masuk gerbang sekolah.


RAYHAN AJI (OS)

Dia perempuan yang mandiri, cerdas, kritis, berbicara seperlunya dan cenderung pendiam.


CUT TO


2.     EXT. AREA PARKIR SEKOLAH - PAGI


Cast: Rayhan Aji, Ryan


Setelah memarkirkan sepedanya yang bercampur dengan beberapa motor di tempat penitipan kendaraan, Rayhan Aji yang berseragam putih abu-abu itu berjalan menuju kelasnya. Dia bertemu dengan RYAN (17 tahun) yang lengkap berseragam SMA, teman sekolah yang juga baru selesai memarkirkan motornya.


RYAN

Woi, Aji!


RAYHAN AJI

Hai, Ryan.


RYAN

Eh, Ji, kok gue tadi enggak ngeliat lo ya di tempat penitipan kendaraan?


RAYHAN AJI

Sepeda gue di parkir paling pojok, Ryan.


RYAN

Ooh, pantesan.


Mereka pun berdua berjalan bersama di antara lalu-lalang para siswa lalu menaiki tangga berundak yang mengantarkan mereka hingga ke kelasnya di lantai atas.


Gedung SMA tempat Rayhan Aji dan Ryan bersekolah letaknya menjorok jauh ke dalam dari jalan raya utama. Gedung SMA itu dikelilingi perumahan yang ramai penghuninya, dan memiliki lapangan multifungsi sebagai tempat berolahraga. Lapangan itu juga dijadikan sebagai tempat upacara dan kegiatan lainnya.


Sekolah itu terlihat asri dengan adanya pohon-pohon dan tanaman-tanaman hijau menghiasi seluruh sekolah. Dan gedung sekolah itu mengelilingi lapangan multifungsi.


CUT TO


3.     INT. RUANGAN KELAS – PUKUL 07.00


Cast: Rayhan Aji, Ryan, Pak Jana


Kurang dari setengah jam Rayhan Aji dan Ryan masuk ke dalam kelas, guru pun masuk kelas dan mulai memberikan pelajaran kepada para siswanya. Pak Jana mendapat jatah mengajar pada jam pertama kelas. Pada tengah waktu mengajarnya, sebagai wali kelas, Pak JANA (45 tahun) yang berbaju Korpri mengingatkan kepada murid-murid kelasnya supaya mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk ujian tingkat akhir tiga bulan mendatang.


PAK JANA

(bersemangat)

Kalian semua harus lulus sekolah.

(tersenyum)

Cukup tiga tahun saja di SMA ini.


Seluruh siswa menyahut: iya pak. Dan mereka tertawa berbarengan.


Bel istirahat pun berbunyi setelah beberapa mata pelajaran usai. Seperti biasanya, suasana kelas pun menjadi ramai. Ryan dan Rayhan Aji keluar dari kelasnya bersama dengan teman-teman sekelasnya. Sebagian dari mereka berjalan menuju kantin, sebagian lagi menyebar sesuai dengan niatnya masing-masing.


RYAN

Ji, gue mau ke kantin di lantai bawah, lo mau ikut barengan, enggak?


RAYHAN AJI

Lo duluan, deh, ntar gue nyusul kalo jam istirahat masih ada sisa.


RYAN

Naah …, gue tau nih, gue tau. Lo ada kepengen ketemuan, kangen-

RYAN

(lanjutan)

kangenan sama si Cahaya ya? Hayoo, ngaku aja.


RAYHAN AJI

Hehe, gue mau ke perpus, Ryan.


RYAN

Iya, iya, dan di dalam perpus udah “bertengger manis” “Sang Cahaya”.

(tertawa).


RAYHAN AJI

(tertawa)

Kalo Cahaya bertengger, diusir dong sama penjaga perpus-nya.


RYAN

Ya nggak, dong.


RAYHAN AJI

Lagian, pake istilah “bertengger” segala, emangnya Cahaya burung?


RYAN

Ya, burung merpati. Merpati tak pernah ingkar janji.

(tertawa)


Ryan meninggalkan Aji yang terus melangkah menuju perpustakaan sekolah.


CUT TO


4.     INT. PERPUSTAKAAN SEKOLAH – PUKUL 11.30


Cast: Rayhan Aji, Cahaya Diani


Sementara Rayhan Aji sedang berjalan menuju perpustakaan sekolah, Cahaya Diani (15 tahun) sudah berada di dalam perpustakaan, duduk membaca buku sambil menunggu Rayhan Aji datang. Tak lama, Rayhan Aji pun datang menghampiri Cahaya Diani dengan buku di tangan kanan lalu duduk di samping kanan Cahaya Diani. Cahaya Diani menengok kepada Rayhan Aji, tersenyum.


CAHAYA DIANI

Baca buku apa, Ji?


Rayhan Aji cepat memotong tanya Cahaya, memberi isyarat dengan menyilangkan jari telunjuk ke mulutnya.


CAHAYA DIANI

Sstt. (dengan suara pelan)

Baca buku apa, Aji?


Rayhan Aji menjawab hanya dengan menunjukkan muka buku yang dibacanya kepada Cahaya Diani seraya tersenyum. Cahaya Diani membaca judul buku yang ditunjukkan Rayhan Aji lalu mengangguk-anggukkan kepala dengan mimik wajah yang dibuat lucu sehingga membuat Rayhan Aji menahan tawa.


CAHAYA DIANI

(pura-pura marah)

Sstt!

(menyilangkan telunjuk ke mulutnya)


Rayhan Aji tersenyum kepada Cahaya Diani lalu tangannya kembali membuka buku dan melanjutkan membaca. Kemudian, mata mereka berdua masing-masing asyik mengikuti huruf-huruf yang terangkai dari halaman buku yang mereka baca.


CUT TO


5.     INT. PERPUSTAKAAN SEKOLAH – PUKUL 12.20


Cast: Cahaya Diani, Rayhan Aji


Wajah Cahaya Diani menengadah untuk melihat jam di dinding. Sisa waktu jam istirahat sepuluh menit lagi. Kemudian Cahaya menengok ke sebelah kanan, memberi isyarat kepada Rayhan Aji dengan memonyongkan bibirnya. Bersamaan dengan Rayhan Aji yang juga menengok ke sebelah kiri, Rayhan Aji sudah mengerti isyarat Cahaya Diani. Mereka berdua lalu bangun dari bangku masing-masing dan berjalan berdampingan keluar dari perpustakaan.


CUT TO


6.     EXT. KORIDOR SEKOLAH – PUKUL 12.25


Cast: Rayhan Aji, Cahaya Diani, Ryan


Rayhan Aji dan Cahaya Diani berjalan berdampingan di koridor sekolah hendak menuju kelasnya masing-masing.


CAHAYA DIANI

Haaahhh, lega rasanya.


RAYHAN AJI

(tersenyum)

Plong, ya.

 (menoleh ke kiri, kepada Cahaya Diani)


CAHAYA DIANI

Sekarang nggak perlu bahasa isyarat bibir lagi ya.

(tertawa)

Eh, Ji, kamu suka baca buku tentang dagang ya?

(tatapan matanya menyelidik ke wajah Rayhan Aji)


RAYHAN AJI

Mmm ..., iya ..., aku suka.


Tiba-tiba Ryan sudah ada di belakang mereka berdua.


RYAN

Cieeeeh, sepasang merpati emang nggak pernah ingkar janji buat ketemuan di perpus ya.

(tertawa sambil berlari menerobos di antara Aji dan Cahaya yang berjalan berdampingan)


Rayhan Aji dan Cahaya Diani hanya bisa tertawa melihat tingkah Ryan yang menggoda mereka berdua.


CAHAYA DIANI

Dah ....

(berucap manja)

Aji.


RAYHAN AJI

(tersenyum)

Seperti biasa, ya. Aji.

(telunjuk kanannya menunjuk ke arah pintu gerbang sekolah)


Cahaya Diani menjawab dengan anggukan dan berbalik badan lalu berjalan menuju kelasnya.


CUT TO


7.     EXT. PINTU GERBANG SEKOLAH – SIANG


Cast: Rayhan Aji, Cahaya Diani


Cahaya Diani sudah terlihat menunggu Rayhan Aji di pintu gerbang sekolah beberapa saat setelah bel kedua berbunyi. Tak lama kemudian, Rayhan Aji terlihat keluar dari tempat penitipan kendaraan sambil mendorong sepedanya menuju gerbang sekolah. Mereka berdua pun sudah berhadapan.


CAHAYA DIANI

(tersenyum)

Aku yang dibonceng, atau kamu yang nge-bonceng?


RAYHAN AJI

Mmm ....

(telunjuk menempel di pelipis)

Gimana kalo kita jalan kaki; sepedanya ditinggal aja di tempat penitipan kendaraan?


CAHAYA DIANI

(suaranya manja)

Huuu ..., nggak mau ..., nggak mauuu ....


Rayhan Aji tertawa kecil, melihat wajah manja Cahaya Diani.


RAYHAN AJI

Ayo, Nona, silakan naik.


Cahaya Diani tersenyum lalu bergegas naik ke bangku belakang sepeda dan mengambil posisi duduk menyamping. Lengan kanannya memeluk pinggang Rayhan Aji.


RAYHAN AJI

Berangkaaaat.


Rayhan Aji mengayuh pedal sepedanya setelah mereka berdua duduk nyaman di bangkunya masing-masing.


CUT TO


8.     EXT. JALAN UMUM – SIANG


Cast: Rayhan Aji, Cahaya Diani


Jalan menuju rumah Cahaya Diani cukup ramai dilalui kendaraan. Meski begitu, Rayhan aji tetap berhati-hati dan tetap mengambil lajur kiri jalan sambil sesekali wajahnya menengok ke sisi kanan jalan.


CAHAYA DIANI

(suara manja, agak lantang)

Aaaji


Mereka berdua sekarang sedang diliputi bising jalan yang cukup ramai berlalu-lalang kendaraan.


RAYHAN AJI


Ya, ya, kenapa?


CAHAYA DIANI

(suara agak keras)

Hari ini aku bakal masak buat kamu, Ji.

(terjeda sejenak)

Aji mampir ya ke rumah Ni.


RAYHAN AJI

Mmm ....

(suara agak lantang)

Gimana ya, Ni.


Jalan yang mereka lalui mulai lengang, tidak bising. Kendaraan hanya sedikit yang melintas


CAHAYA DIANI

(merajuk)

Aah ..., Aji, mau dong ya, ya, ya.


RAYHAN AJI

(tersenyum simpul)

Iyyaa, deh.


Setelah 20-an menit lamanya Rayhan Aji mengayuh sepeda, akhirnya mereka berdua sampai di rumah Cahaya Diani. Cahaya Diani turun dari boncengan dan membuka pintu pagar rumahnya lalu mempersilakan Rayhan Aji masuk.


CUT TO


9.     INT. RUMAH CAHAYA DIANI – SIANG


Cast: Hayati, Cahaya Diani, Rayhan Aji


Cahaya Diani membuka pintu rumahnya lalu melangkah masuk ke dalam rumah.


CAHAYA DIANI

Ibu, Iiibu.


Cahaya Diani memberi isyarat dengan tangan kepada Rayhan Aji untuk mengikutinya. Rayhan Aji menurut saja. Mereka berdua lalu berjalan menuju ruang makan dengan dapur yang menyatu dalam satu ruang makan itu.


CAHAYA DIANI

Eh, Ibu di sini.


Bu HAYATI berhenti mencuci piring di meja cuci piring, membalikkan badan.


CAHAYA DIANI

Aku bawa Aji, kawanku.


HAYATI mengibaskan kedua lengannya lalu menyeka telapak tangannya satu per satu ke celemek. HAYATI memandang wajah Rayhan Aji.


HAYATI

Ooh ....

(menganggukkan kepala)

Ya, ya.


Rayhan Aji menghampiri HAYATI. Mereka berdua pun bersalaman.


RAYHAN AJI

(mengangguk sopan)

Saya Aji, Tante.


HAYATI tersenyum selesai berjabatan tangan dengan Rayhan Aji.


CAHAYA DIANI

Jadi ..., ceritanya Cahaya mau buat masakan untuk Aji, Bu, bolehkan?


HAYATI

(tersenyum)

Boleh ..., boleh. Sayur asem buatan Ibu masih hangat di panci. Kamu, Cahaya, tinggal menggoreng tahu, bikin sambal, bikin telur dadar isi bawang aja ya.


CAHAYA DIANI

(ceria)

Oke, Bu.


HAYATI

Diana sudah pulang belum, Cahaya?


CAHAYA DIANI

Sepertinya belum, Bu. Barusan Cahaya lihat pintu kamarnya masih belum terbuka.


HAYATI melangkah keluar dari ruang makan.


HAYATI

O ..., ya sudah.


Rayhan Aji lalu duduk di kursi makan sambil memperhatikan Cahaya Diani mempersiapkan bahan-bahan masakan.


RAYHAN AJI

Perlu bantuan, Ni?


CAHAYA DIANI

Nggak perlu, Ji.

(tangannya tetap tak berhenti mengolah bahan-bahan masakan)

Aku mau kamu menikmati aja hasil masakanku hari ini, oke?


Rayhan Aji tersenyum, memperhatikan kesibukan Cahaya Diani memasak.


CUT TO


10.   INT. RUANG MAKAN - SIANG


Cast: Cahaya Diani, Rayhan Aji


Satu jam pun berlalu dan akhirnya semua hasil masakan sudah siap tersaji di meja makan. Masakan dari hasil buatan tangan Cahaya Diani sendiri, untuk Rayhan Aji.


CAHAYA DIANI

Oke, semua sudah siap, mari makan, yuk.


Kedua tangan Cahaya Diani cekatan mengambilkan nasi yang ditaruhnya di piring untuk Rayhan Aji. Rayhan Aji menerima piring berisi nasi itu dan menunggu Cahaya Diani selesai menyendokkan nasi ke piringnya sendiri.


CAHAYA DIANI

Ayo, Ji, tunggu apa lagi? Itu ambil sayur asem sama masakan hasil buatanku.


RAYHAN AJI

Iya.


Tangan kanan Rayhan Aji mengambil sayur asem dan masakan hasil buatan Cahaya Diani.


CAHAYA DIANI

O ..., iya, ini sekadar informasi aja buat kamu, Ji. Bisa tolong ambilkan kerupuk yang tergantung di dinding di belakang kamu, Ji?


Rayhan Aji menoleh ke belakang lalu bangun dari duduknya, mengambil kerupuk di dalam plastik dan meletakkannya di meja makan.


RAYHAN AJI

Informasi apa?


CAHAYA DIANI

Ya itu ...,

(telunjuknya menunjuk kerupuk dan sambal kecap di atas meja)

..., kerupuk yang kamu ambil barusan sama sambal kecap, itu menu masakan yang harus selalu ada setiap aku makan.


RAYHAN AJI

Harus?


CAHAYA DIANI

Ya, harus ...,

(mengambil satu kerupuk dan menggigitnya)

..., harus ada!


Mereka berdua menikmati masakan hasil buatan Cahaya Diani. Terkadang mata mereka saling bertemu pandang dalam kenikmatannya menyantap masakan itu. Jika saling pandang itu terjadi, mereka berdua lalu tersipu malu, dan melanjutkan menyantap masakan.


CUT TO


11.   INT. RUANG TAMU – PUKUL 15.20


Cast: Rayhan Aji, Cahaya Diani


Selesai makan, Rayhan Aji dan Cahaya Diani lalu berjalan menuju ruang tamu dan duduk berdua.


CAHAYA DIANI

Gimana, enak nggak masakan hasil buatanku, Ji?


RAYHAN AJI

Enak-enak-enak!


Wajah Cahaya Diani terlihat senang dan puas mendengar jawaban dari Rayhan Aji.


CAHAYA DIANI

Oiya ..., aku mau ingetin kamu ya, Ji, nggak apa-apa, kan?


RAYHAN AJI

Ya, ingetin aku soal apa dulu dong, Ni?


CAHAYA DIANI

Mmm ...,

(nada suara serius)

Aji belajar yang rajin ya, biar lulus ..., terus dapat nilai bagus.


Cahaya Diani memandang wajah Rayhan Aji dengan tatapan lembut. Hati Rayhan Aji seolah-olah mengembang setelah mendengar Cahaya Diani mengingatkan dan memberi semangat kepadanya.


RAYHAN AJI

Ni, makasih ya, kamu udah ingetin aku. Kata-kata kamu barusan bikin aku jadi lebih semangat belajar untuk lulus dan mendapatkan nilai terbaik.


Cahaya Diani tersenyum dengan menganggukkan kepala.


Mereka berdua mengobrol, bercanda selama beberapa waktu. Ruang tamu itu menjadi saksi kemesraan sepasang remaja itu.


RAYHAN AJI

Ni, tipe lelaki idamanmu itu seperti apa sih?


CAHAYA DIANI

(tersenyum simpul)


CAHAYA DIANI

(lanjutan)

Ya ..., yang pasti yang sudah punya penghasilan-lah.


Saat mendengar jawaban Cahaya Diani, Rayhan Aji tertunduk.


RAYHAN AJI

Mmm ..., sepertinya aku tidak sesuai dengan tipe lelaki yang kamu idamkan itu, Ni. Buat apa hubungan kita ini terus berlanjut?


CAHAYA DIANI

MmM ...,

(terbata–bata)

..., maksud kamu apa, Ji?


Cahaya bergegas duduk dengan punggung lebih tegak, khawatir membuat Rayhan Aji merasa diremehkannya.


RAYHAN AJI

Iya, hubungan kita cukup sampai di sini aja ya.


Cahaya Diani (bingung menangkap apa maksud perkataan Rayhan Aji dan berusaha mencari letak kesalahan ucapannya barusan) melihat lantai ruang tamu.


Namun Rayhan Aji sudah bangun dari tempat duduknya lalu minta pamit pulang. Cahaya Diani menemani Rayhan Aji hingga gerbang pintu rumah. Rayhan Aji mengulurkan tangan mengajak Cahaya Diani bersalaman. Cahaya Diani menjabat telapak kanan Rayhan Aji dengan lesu. Kebingungan Cahaya Diani masih belum pergi. Cahaya Diani memandang sekilas wajah Rayhan Aji, dan melepaskan jabat tangan itu setelah Rayhan Aji mengucapkan salam. Cahaya Diani masih berdiri (dengan masih merasa kebingungan) memandang (punggung) Rayhan Aji yang berjalan–sambil mendorong sepeda meninggalkannya.


Semenjak kejadian itu, antara Rayhan Aji dan Cahaya Diani tidak pernah lagi terlihat bertemu di perpustakaan sekolah, berjalan berdua, atau berboncengan sepeda bersama sepulang sekolah.


Bahkan setelah pengumuman kelulusan pun, Rayhan Aji bagai ditelan bumi. Cahaya Diani tak memiliki kabar sedikit pun tentang Aji.


END FLASHBACK

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)