Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Entah kisah ini akan dimulai darimana, aku menulisnya sesuai dengan kehendak hatiku. Sempat aku berfikir bagaimana jika kisah ini ditulis sejak aku mengenalmu saja? Tapi tidak, masih begitu banyak hal yang harus kuceritakan sebelum aku mengenalmu.
Mengenalmu adalah hal paling indah yang pernah Tuhan scenario-kan untukku. Walau akhirnya kita berpisah karena waktu. Pertemuan dan perpisahan adalah keniscayaan. Keduanya adalah awal dan akhir. Setelah berakhir dan berpisah, pasti kita akan bertemu lagi dengan tokoh lain yang akan mewarnai hidup kita. Tuhan maha adil, selalu memberikan ruang bagi kita, menyediakan waktu dan kesempatan. Seperti tanaman, sebelum ia mati maka dia meninggalkan biji atau anakan agar tanaman itu tetap tumbuh lagi.
Kisah ini sengaja kutulis, sebagai bukti bahwa aku pernah mencintaimu. Memimpikanmu bahwa kau lah yang akan membuatkanku kopi sebelum berangkat bekerja. Ah, tak harus begitu juga, atau aku yang membangunkanmu dan membuatkan sarapan untukmu. Atau juga kau yang menyiapkan air hangat untukku setelah nanti aku pulang bekerja dan kita bercengkrama di ruang tamu sembari menikmati buku-buku.
Tapi Tuhan berkehendak lain. Namun aku sangat bersyukur mengenal makhluk Tuhan yang indah sepertimu, tapi membuatku sadar bahwa selama ini aku salah. Tulip tak akan tumbuh di padang pasir. Edelweis tak akan tumbuh di tepian pantai. Meskipun cinta adalah bunga yang tumbuh di semua daratan dan segala musim. Tapi cinta kita hadir di waktu yang salah.
Kendati demikian, tak ada yang sia-sia dalam kisah kita, sebagaimana cita-cita si punguk yang ingin menggapai bulan dan tak tercapai. Tapi kisah punguk dan rembulan selalu menjadi dongeng sebelum tidur.
Hingga akhirnya aku mengerti, bahwa semesta telah memberiku pesan yang tak terdengar dan tak terucap, untuk memberitahuku, tentang siapa yang layak ku perjuangkan? Mungkin Tuhan menciptakan semesta untuk kita agar hidup dengan semestinya. Iya, semestinya. Semestinya aku tidak mengenalmu, Farah. Atau semestinya pertemuan itu tidak pernah terjadi, semestinya juga aku tidak mencium dan memetikmu karena tanganku berdarah oleh tangkaimu yang berduri.