Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Tak ada seorang pun yang hidup di dunia ini tanpa masa lalu. Banyak kisah hidup manusia yang justru terbentuk dari masa lalu. Seperti aku umpamanya.
Namaku, Putri Jannahda Amaia. Aku terlahir dan hidup dari kumpulan masa lalu yang kelam, tumbuh dan berkembang dalam tekanan trauma yang mendalam. Bukan. Bukan masa lalu milikku, tetapi masa lalu kelam Umi—wanita yang telah melahirkanku.
Tragedi yang menimpa Umi semasa kehamilannya membuatnya hidup dalam kondisi PTSD (Personal Traumatic Stress Disorder), sehingga aku terlahir dalam kondisi yang sama dan mengalami Emotional Numbness, rasa yang kumiliki lebih dari sekadar membeku, bahkan mungkin telah mati berikut seluruh rasa empaty. Seperti yang aku katakan di awal, aku tumbuh dan berkembang dalam trauma yang mendalam. Bahkan cinta dan perhatian yang diberikan Ziyad pun tak mampu menghidupkan rasa-rasa yang telah binasa.
Depresi dan trauma yang di alami oleh Umi semasa hamil, membuatku kehilangan jati diri, aku tak bisa mengenali siapa aku. Bayangkan saja selama 20 tahun hidup, baru dua kali aku menangis, saat lahir dan saat aku berumur 4 tahun. Semenjak itu aku tak pernah lagi menangis, tak pernah bersedih, tak bisa marah, tak pernah juga bisa tertawa. Aku hidup tanpa emosi.
Flat. Wajahku datar tanpa ekspresi, aku tak bisa menggambarkan perasaan melalui mimik wajah dan gerakan tubuh. Kaku. Hidupku mengalir tanpa irama dan kunci-kunci nada. Aku menanggapi semua yang terjadi hanya dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan maknanya.
Sayangnya, Abi dan Umi bungkam setiap kali aku dan psikiater menanyakan hal itu. Mereka tak pernah mau menceritakan tragedi seperti apa yang telah terjadi di masa kehamilan Umi. Ketidak jujuran orangtua membuat hidupku menjadi rumit dan tak tenang.
Peperangan, jerit tangis, suara dentuman rudal, asap hitam, bau anyir darah, aroma emisi dan suara tangis anak kecil, terus menerus menghantui ku sepanjang hidup. Aku melihat kerusuhan di Masjid Al-Aqsa, menyaksikan kehancuran Cordoba dan Arusha—nama lelaki tampan itu—ia terus mengikuti ke mana saja aku pergi, meski telah berkali-kali aku usir, Arusha tetap tak mau pergi, bahkan ia berjanji untuk menjagaku selamanya.
Arusha mengekangku dengan cintanya, ia menggiringku pada kemusnahan.
"Ingatlah, Nahda. Tanda cinta adalah bergegas menuju tempat di mana sang kekasih berada. Bila kau ingin sembuh, terbebas dari kekangan cinta Arusha dan semua mimpi burukmu. Datanglah ke Andalusia." Ujar seorang kakek yang tak kukenal namanya. Ia memintaku datang ke Andalusia.
Aku tak bisa begini terus. Aku ingin sembuh, hidup normal memiliki rasa yang tumbuh subur, aku ingin merasakan sedih, merasakan sakit saat terluka, aku ingin tertawa, ingin menangis dan merasakan cinta. Aku nekat pergi negeri tempat kelahiran ayah. Aku ingin membuktikan, apakah benar bila aku pergi ke Andalusia, aku akan terbebas dari semua bayangan kelam yang menghantui selama ini.
Kisahku hampir mirip kisah Abimanyu yang saat berada di dalam kandungan ibunya, Sumbadra, mendengar Kresna mengajarkan strategi menembus Gelar Tempur Cakrawayu pada Arjuna. Bedanya Sumbadra tertidur saat pembicaraan Kresna dan Arjuna belum selesai, sementara ibuku, pingsan saat peristiwa naas itu terjadi hingga aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Sebelum aku mengalami kematian yang sama seperti Abimanyu, aku harus mencari tahu penyebab dari semua derita yang mendera ini. Aku nekat mendatangi tempat-tempat yang pernah terlihat di dalam mimpi. Kata dr. Zahra dan dr. Novan, satu-satunya cara untuk sembuh adalah dengan mendatangi kembali tempat-tempat yang pernah membuat Umi trauma.
Sebuah rasa tiba-tiba muncul manakala aku sadar bahwa pengirim bunga selama ini bukanlah Arusha atau pun Almer melainkan Ziyad. Namun situasinya berbeda tatkala kulihat Ziyad telah bersama dengan wanita lain. Benih yang baru tumbuh pun seketika layu dan mati lagi.