Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Abil diajak bertemu di sebuah Cafe oleh Arin, gadis cantik yang beberapa hari lalu ia kenal secara tak sengaja di Alun-alun. Teman kos Abil yaitu Amar, Mbah dan Nana yang tidak tahu siapa Arin, menguntit pertemuan mereka, khawatir kalau Abil ditipu. Meskipun terlambat, Arin dengan cantiknya datang menuju meja tempat Abil duduk menunggu. Abil dengan gugup menyambutnya. "Mmmm... Mas Abil, langsung saja ya, aku mau ngomong nih," ucap Arin tiba-tiba memulai percakapan. "Hmm? Apa?" Kalimat Arin yang begitu tiba-tiba dan menjurus, benar-benar membuat Abil penasaran. "Gimana, ya ngomongnya." Arin nampak ragu-ragu. "Mas, kamu mau nggak jadi pa .... Mmmm ... aduh gimana ya." Buset! Abil kaget, dia tiada menyangka akan secepat ini. Hanya dalam satu ketemuan, langsung ditembak. Ketiga penguntit juga menguping sambil dag dig dug. "Aduuh, aku langsung ngomong ya mas. Mas Abil, kamu mau nggak jadi pasienku?" Sontak, ketiga penguntit langsung muncul dari meja belakang. Abil, Amar, Mbah dan Nana teriak kompak. "Heeh?" Begitulah awal pertemuan mereka. Arin si cantik calon dokter gigi, Abil si kulit kecap, Amar si kaki tiga, Mbah si pria muda berwajah senior dan Nana si putri semata wayang ibu kos menjalin persahabatan di masa kuliah mereka. Ketiga lelaki itu jatuh cinta pada Arin, namun ternyata ia telah memiliki pacar. Lalu, ketika putus kepada siapakah hatinya akan tertambat?
Transisi dari bagian menyedihkannya ke bagian lucu halus sekali dan tidak maksa (ini sulit sekali). Jadi saya bisa enjoy tertawa tanpa harus merasa bersalah karena menertawakan kesedihan. Komedinya tidak cringe, bahasanya ringan meskipun topiknya berat, walau kadang saya sering lupa deskripsi tokohnya tapi itu bukan masalah besar, alurnya pun tidak bisa saya tebak, dan yang paling saya sukai adalah amanat yang tidak terkesan menggurui. Ah iya, salam untuk Mbah, karakter favorit saya, memang karakter Mbah ini rada Yes-Yes orangnya. (Yes artinya apa ya?)
Saya buat perumpamaan sederhana saja untuk novel SEMPAK ini: jangan pernah meremehkan sesuatu yang terkesan ringan. Membaca novel ini seperti membaca catatan harian penulisnya. Bahasanya dekat, perumpamaannya menyasar langsung pada narator. Narator mengambil alih sepenuhnya cerita itu. Narasi mengalir apa adanya seperti pola petunjuk, catatan-catatan, dan gerundelan di dalam hati. Ceceran humor tersedia di sepanjang bab. Lucu, dengan selipan ikhtisar dalam adegan demi adegan. Pada akhirnya, kelucuan itu sebuah thesis untuk mengenal lagi arti persahabatan dan cinta. SEMPAK mengandung ikhtisar yang berat. Jadi, sekali lagi, jangan meremehkan sesuatu yang tampak ringan-ringan saja.
Novel ini gaya bahasanya ringan, enak dibaca. Meskipun bergenre komedi, penulis menyisipkan amanat dengan baik, khususnya tentang persahabatan dan cinta