Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Tidak ada yang salah dengan menolak seseorang, karena perasaan memang tidak bisa dipaksakan. Hanya saja, terkadang menghargai lebih penting dari sebuah perasaan.
Rumah tangga bukan hanya pasal cinta, bukan juga pasal memberi dan menerima saja. Namun lebih dari itu, rumah tangga adalah tanggung jawab. Pada Tuhan yang pertama, dan pada sesama yang kedua. Tak bisa timpang salah satunya. Harus seiring sejalan.
Ishabella tak pernah menganggap pernikahannya sebagai sesuatu yang serius, hanya sebuah sarana untuk membahagiakan orangtua. Sementara Mahesa, telah bersumpah untuk menjaga rumah tangganya sampai ujung nyawa.
Perahara pernikahan tak melulu soal ekonomi dan orang ketiga, sebab Ishabella dan Mahesa merasakan pahitnya saling menyatu ketika tiada cinta diantara mereka.
Berkali-kali mencoba untuk membuka hati, berkali-kali juga Ishabella harus merasakan sesak di dada karena pada kenyataan dia belum bisa memberi hatinya pada Mahesa.
Bukan jarak yang jadi permasalahan sebenarnya, tapi keyakinan. Ishabella belum bisa yakin kepada Mahesa untuk bisa menjaga dan melindungi hatinya.
Lalu bagaimana mereka selanjutnya? Ketika satu hati tak pernah mampu menerima kepingan hati lainnya untuk melengkapi? Apakah harus mereka saling meninggalkan? Atau memaksakan kehendak untuk tetap bertahan? Meski luka kerap kali membuat salah satunya ingin menyerah.