Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Jika ada pengadilan yang cukup berkenan menggugat Tuhan, maka akan kulakukan."
Kata-kata itu keluar dari mulut Koh Ah Tian. Pria tua Muslim Tionghoa berselimutkan trauma itu hampir kehilangan keyakinannya. Kerusuhan di tahun 98 tidak hanya merenggut rumah serta toko berharganya, tetapi juga seluruh kehidupannya. Koh Ah Tian kehilangan Meylan, dunia dan putri semata wayangnya dengan cara yang begitu tragis. Sudah setahun berlalu semenjak tragedi memilukan itu. Koh Ah Tian semakin mempertanyakan keadilan Tuhan dan peranan-Nya.
Di malam Koh Ah Tian mengenang kematian putrinya dan tragedi terkutuk pada hari itu, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk di tengah malam oleh seorang pria misterius berjas hitam. Pemuda yang berprofesi sebagai pengacara itu menyebut dirinya 'Sang Utusan.'. Pengacara muda bernama Gabby itu mengaku bahwa dirinya adalah advokat Tuhan. Dan bahwa Tuhan mendengar keluhan Koh Ah Tian yang berkeinginan menuntut diri-Nya di pengadilan.
Gabby pun menjelaskan kepada Koh Ah Tian, jika tuntutannya kepada Tuhan sangat serius. Gugatan Koh Ah Tian bisa mendatangkan kehancuran bagi seluruh dunia. Mendengar hal tersebut Koh Ah Tian semakin heran. Kenapa dunia bisa hancur hanya karena gugatannya? Gabby menjawab jika tragedi 98 juga hampir mendatangkan kehancuran serupa bagi dunia.
Tragedi 98 hampir merenggut Tabut Perjanjian milik Tuhan. Namun saat ini, setahun berselang, eksistensi Tabut Perjanjian kembali terancam disebabkan gugatan yang dilayangkan oleh Koh Ah Tian. Gabby mengatakan bahwa kedatangan dirinya berkaitan dengan Tabut Tuhan. Sebagai pengacara, Gabby tidak hanya datang untuk mengadvokasi Tuhan, tetapi juga agar Koh Ah Tian menarik kembali gugatannya demi menghentikan kehancuran serta akhir dari dunia.
Gabby memaksa Koh Ah Tian menceritakan semua memori pahit yang ia alami di bulan Mei tahun 1998. Di malam itu, dengan sangat kebingungan Koh Ah Tian tetap menceritakan kepada Gabby apa saja yang ia alami setahun lalu. Koh Ah Tian mengisahkan kembali serangkaian kenangan suram yang sebenarnya sangat ingin ia lupakan dan kuburkan dalam-dalam.
Dalam serangkaian pengalaman Koh Ah Tian melewati tragedi Mei 1998, terkuak sosok bocah Betawi manis bernama Ahmad Suhaili. Bocah polos yang mengaku memiliki pedang Sayyidina Ali ini adalah seorang maniak buku sama seperti Koh Ah Tian. Maskot toko dan sahabat kesayangan Koh Ah Tian ini merupakan sosok tak terpisahkan dari perjalanan ceritanya. Suhaili, bocah Betawi yang mengingatkan Koh Ah Tian kembali akan legenda Tabut Perjanjian.
Apa saja yang sudah Koh Ah Tian lalui bersamai Suhaili pada bulan Mei 1998?
Tragedi kerusuhan Mei 1998, Tabut Perjanjian, serta ancaman kehancuran dunia karena menggugat Tuhan di pengadilan. Semua jawaban pada akhirnya akan bermula dan berakhir hanya pada kisah yang diceritakan oleh Koh Ah Tian.