Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Lewat celah dinding papan, Petruk mengintip ke luar. Cahaya matahari membuat sungai yang berwarna coklat keruh itu memiliki gemerlap di permukaannya. Tenggorokannya tercekik kehausan dan perutnya kaku menahan rasa lapar. Sementara adik perempuannya terbaring tak bernyawa di atas dipan. Pikirannya kemudian membayangkan isi bungkusan dari daun jati yang selalu dibawa oleh Ibunya tiap malam. Bungkusan berisi singkong rebus dengan parutan kelapa yang sudah bau tengik. Petruk pun bertanya-tanya, mengapa wanita itu tak pernah lagi, datang?
Sama seperti Arghani, saya pun sampai melewatkan jam istirahat makan siang karena menanti-nantikan surat Petruk selanjutnya. Naskah ini sungguh menggoda untuk membuka bab-bab selanjutnya. Metaforarnya sungguh apik. Bahkan sebelum keterangan narasi tentang kejadian 1998-nya, di bab sebelumnya pun saya sudah bisa menebaknya juga, dan penggambarannya bisa membuat pembaca ikut masuk dan merasakan seperti yang dirasakan si bocah Petruk. Bintang 5 dari saya.