Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Jeritan panjang yang menyayat hati terlontar dari mulut para warga dukuh Kromasan yang lari tunggang langgang dari tempat pagelaran seni kuda lumping. Dua orang pemain kuda lumping yang beratraksi menginjak-injak dan memakan pecahan beling tiba-tiba jatuh tersungkur bersimbah darah. Kaki dan mulut mereka tertusuk puluhan pecahan beling tajam hingga menusuk tulang. Pagelaran kuda lumping yang digelar dalam rangka acara bersih desa itu berakhir tragis dan mengerikan.
Sekelompok kelelawar hitam terbang berarak menuju makam Sitinggil. Matanya yang menyala semerah darah menatap tajam seorang pemuda yang sedang berdiri mengangkang, mengencingi sebongkah batu hitam. Dalam jilatan cahaya purnama, batu hitam itu berubah menjadi sebentuk kepala menyeramkan. Lidahnya yang gosong tampak menjulur liar dan menyedot habis semua cairan yang ada dalam tubuh pemuda itu. Hingga sang pemuda jatuh terkulai dengan badan mengkerut tinggal kulit dan tulang.
Hiiih!
Gayatri bergidik ngeri. Cincin merah delima yang melekat di jari manisnya mendadak memancarkan sinar merah menyilaukan. Akibat pantangan adat yang melarang hubungan asmara sesama warga Kromasan, terpaksa Gayatri dan Panjali menjalin cinta secara sembunyi-sembunyi. Hal itu dimanfaatkan oleh Jonet untuk mempengaruhi warga agar mengusir Panjali dari desanya. Karena sebenarnya Jonet juga mencintai Gayatri.
Maka makam Sitinggil pun dibuat bergolak dan menebarkan maut sepanjang malam.