Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Setelah beberapa kali menyelenggarakan perkumpulan pengajian yang membahas mengenai tafsir Al-Quran, Markesot mulai dibicarakan orang-orang. Mereka bertanya-tanya mengenai latar belakang ilmu agama yang dimiliki Markesot. Apalagi selama ini, dia tidak dikenal sebagai ulama, ustaz, maupun santri lulusan madrasah sekalipun. Sementara itu, Markesot merasa berkecil hati. Ia bertanya-tanya apakah manusia biasa seperti dirinya memang tidak diperbolehkan memesrai Al-Quran dengan cara yang demikian? Mana mungkin seseorang hanya membaca Al-Quran dengan bibirnya, tanpa hati dan pikirannya ikut terlibat? Sengaja atau tak sengaja, meniati atau tidak, hati langsung bergetar dan akal langsung bekerja, pikirnya.***Melalui kisah Markesot, Emha Ainun Nadjib "menggandeng" kita untuk memiliki jati diri seorang pembelajar: manusia yang terus mencari kebenaran, tanpa pernah sekalipun merasa paling benar terhadap penafsirannya sendiri."Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut Allah padanya, tergetar hatinya, dan jika dilantunkan ayat-ayat-Nya maka bertambahlah imannya." (QS Al-Anfal: 2)... ini bukan soal Islam atau apa pun papan nama yang biasa disematkan orang yang mengurung diri dalam kotak identitas itu. Ini soal pembelajaran dan latihan cara berjalan, meneliti ketepatan jalan. Kita pastikan arah perjalanan hidup kita adalah fi sabilillah. Kemudian, kita utamakan meletakkan kendaraan jasad kita di syariatul-Ilah. Lantas, pastikan menemukan getaran hariqatu-hubbillah. Dan, akhirnya waspada terhadap presisi as-shirat al-mustaqim ilallah.