Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Menurutmu, apa pekerjaan seorang istri dari konglomerat arogan seperti Arvino Adiwangsa? Mengurus rumah? Ikut arisan sosialita? Atau menghabiskan kartu kredit tanpa batas untuk tas dan berlian?
Semua jawaban itu benar. Tapi aku punya satu pekerjaan rahasia yang suamiku tidak akan pernah tahu: menjadi analis data, ahli strategi, dan calon arsitek dari kehancuran kerajaannya sendiri.
Selama enam bulan, aku memainkan peranku dengan sempurna. Aku adalah Tara, sang istri pajangan. Aset terbaiknya, katanya. Wanita dengan senyum manis yang tugasnya hanya di dapur dan mengurus arisan, begitu katanya di depan teman-teman bisnisnya yang menertawakanku.
Dia pikir aku bodoh. Dia pikir aku tidak sadar saat dia pulang dengan aroma parfum murahan selingkuhannya yang menempel di jas mahalnya. Dia pikir aku buta saat menemukan sehelai rambut pirang di kerah kemejanya. Dia pikir aku tuli saat dia menyebut nama pion kecilnya itu—Rania—dengan tatapan memuja di meja makan kami.
Oh, suamiku yang malang. Dia sibuk mengagumi kejeniusannya dalam berbohong, tanpa sadar bahwa setiap kebohongannya adalah data baru untukku.
Selama 182 hari, aku mengubah istana kami menjadi medan perang sunyi. Dapurku bukan lagi tempat memasak, tapi sebuah laboratorium psikologi untuk menguji batas kesabarannya dengan secangkir kopi yang sedikit terlalu pahit. Meja makan kami bukan lagi tempat bercengkerama, tapi ruang interogasi di mana aku memancing informasi dengan senyum paling manis. Pesta sosialita bukan lagi ajang pamer, tapi misi intelijen untuk memetakan siapa teman dan siapa lawan yang bisa kumanfaatkan.
Arvino pikir dia adalah sang raja. Padahal dia hanyalah subjek penelitian dalam tesis kehancurannya sendiri.
Aku tidak butuh permintaan maafnya. Aku tidak ingin adu mulut dan drama air mata. Itu membosankan. Aku mau kerajaannya. Aku mau asetnya. Aku mau rasa hormat yang telah dia injak-injak. Aku mau melihat wajah sombongnya saat dia sadar bahwa "pajangan cantik" yang selama ini dia remehkan adalah dalang di balik semua mimpi buruknya.
Ini bukan lagi cerita tentang patah hati karena perselingkuhan. Ini adalah manual "Seni Perang Rumah Tangga".
Pertanyaannya bukan lagi apakah sang raja akan jatuh, tapi seberapa keras aku akan mendorongnya dari singgasana. Tertarik untuk menonton dari kursi barisan depan?