Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Saat takbir rakaat kedua salat, aku mendengar bisikan-bisikan agak berisik dari belakang telinga. "Athirah! Athirah! Nanti ikut kita ya! Nanti ikut kita ya!" Lagi, ekor mata kiriku menangkap bayangan Mauri dan Sila yang sedang cekikikan sambil menarik-narik mukenaku. Apa mereka memang terbiasa sejahil ini? Masa ada sih santriwati yang sedang salat bisa sambil jalan-jalan dan mengganggu santriwati lain? Mauri dan Sila masih terus berada di belakangku ketika salat. Aku sudah tak sabar ingin menegur mereka jika sudah selesai nanti. Setelah mengucap salam, aku melirik ke belakang. Mereka berdua sudah tak ada. "Athirah, kamu pas salat tadi kenapa bolak-balik lihat kanan-kiri?" tanya Basimah tiba-tiba. "Itu ... tadi Mauri sama Sila gangguin saya," jawabku. Ia mengangkat sebelah alisnya, menatapku dengan rasa curiga, seolah tak percaya. "Sumpah, saya nggak bohong," ujarku meyakinkannya. "Di pesantren ini ndak pernah ada yang namanya Mauri sama Sila," balasnya serius. Sekarang gantian aku yang jadi melongo, tak percaya. Dia mungkin bercanda, tapi tidak lucu.