Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Laila binti Sabar hilang. Umurnya baru delapan bulan. Dan Laila tak sendiri ada Mei yang juga hilang. Kampung gempar. Mulai ba'da Isya semua lelaki dewasa berkumpul di rumah Amran bin Jaffar, ayah Mei. Di pojok ada Umi Amir yang kalap, Etek Rodiah mencoba menenangkannya. Umi Amir adalah nenek Laila. Di sudut lain ada Dahlia binti Syafei yang menangis di pangkuan istri muda suaminya, dia adalah ibu Mei. Delapan tahun yang lalu Mei pernah menculik bayi seorang peladang hingga tak heran semua orang yakin kali ini Mei juga menculik Laila. Meilani Bunga Indah binti Amran adalah nama lengkap Mei, dia perempuan sakit jiwa. Selama delapan bulan ia tak lagi dipasung berkat kehadiran seorang dokter, Shafira namanya. Empat bulan belakangan Mei sudah menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, tak heran Amran dan Dahlia tak lagi ragu membiarkan Mei belanja ke warung Umi Amir. Yang telah terjadi tak lagi mampu ditolak tapi bukanlah aneh orang mencari kambing hitam untuk setiap kemalangan yang hadir, untuk kasus Mei seluruh kampung sepakat menyalahkan satu orang : Dokter Shafira. Nun jauh dari Sumatera Barat, di Jawa Tengah ada seorang perempuan bernama Bintarti. Dia penghuni salah satu kamar di rumah sakit jiwa. Sekitar tiga tahun lalu juga ada dokter yang datang ke rumahnya di lereng gunung Sindoro untuk membebaskannya dari pasungan. Dokter itu bernama Shafira. Bintarti memanggil Dokter Shafira dengan nama Danastri, karena wajah mereka mirip. Tapi kini setiap kali Dokter Shafira menengok, Bintarti justru mengamuk, karena tak lagi mengenalinya sebagai Danastri. Bintarti mengenalinya sebagai Lingga, lelaki yang dulu memperkosanya.