Mereka tumbuh bersama, meski berasal dari desa yang berbeda. Sejak kecil, Gian selalu berada dalam canda tawa bersama sahabatnya, Lyana. Sahabat terbaik, pendengar setia, sekaligus mesteri yang tidak akan pernah bisa ditebak sepenuhnya. Lyana tidak pernah berharap lebih dari Gian. Cinta bukanlah sesuatu yang ingin dipaksa tumbuh diantara mereka. Apalagi ketika dirinya sibuk mengejar cinta dari laki-laki lain silih berganti.
Hingga di suatu malam, luka terbesarnya datang dari lelaki yang Ia kira akan menjadi pelindung, ternyata malah nyaris menjerumuskannya ke lubang yang sangat dalam. Dan sekali lagi, Gianlah yang datang menolongnya. Bukan sebagai pahlawan, melainkan sebagai orang yang benar-benar peduli padanya.
Di malam itu, tepat saat mereka bernyanyi bersama di bawah langit yang dulu pernah keduanya pandangi ketika masih duduk di bangku kanak-kanak, hati mereka mulai bicara jujur.
"Aku memang tak benar-benar mencarimu. Karena sejak awal, kaulah yang berada di sini."
.