Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Dulu kita menikah pada saat semuanya serba sulit. Kita menempati rumah yang dindingnya dari bilik bambu, itu-pun tidak semua bagian rumah tertutup bilik. Belum genap satu bulan menempati rumah itu, kita terpaksa menjualnya. Ditukar dengan sebidang tanah yang lebih luas". Kenang Sartono, Menceritakan masa-masa sulitnya memulai kehidupan rumah tangga bersama sang istri, Martini.
Sesekali dia menyeka air mata sekenanya, hanya sekedar untuk menjaga penglihatanya yang sudah rabun tidak bertambah buram. Kelima anaknya pun, yang mendengar cerita tersebut tak kuasa menahan tangisnya.
"Kenapa cerita sepilu ini harus di dengarkan disaat keadaan masih sesedih ini ?" Mungkin itu yang ada dipikiran mereka. Bagaimana tidak, hari ini adalah peringatan 7 hari kematian Martini. "Tapi bukanya kita merupakan akumulasi dari perjuangan-perjuangan orang tua kita ?"
"Tapi, saat semuanya sudah semakin mudah dan beban hidup kita sudah tidak banyak. Kenapa ibu kalian malah pergi duluan ? Seharusnya aku yang pergi lebih dulu." Sartono mengakhiri kalimatnya dengan isakan. Dia selalu terlihat kuat di depan keluarganya. Tapi, kehilangan istri untuk selama-lamanya adalah suatu kesedihan, kehampaan dan kelemahan yang memang pantas dihadiahi tangisan.