Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Karim, bukan nama sebenarnya, tak lagi sanggup diam saat melihat teman-teman santrinya dicabuli guru-gurunya. Dia ingin melawan tapi tak punya kawan. Dia ingin bersuara tapi semuanya bungkam.
Upayanya meringkus oknum bejat tak berjalan mulus. Ia justru harus kehilangan teman dan guru kepercayaannya. Perjalanan Karim membawa dia dan pengurus pondok dihadapkan dilema: Haruskah pondok diam saja agar tak jadi aib tapi mengorbankan kejiwaan santri dan wali santri, atau justru bersuara dengan resiko nama besar ternoda?
Sempat ingin menyerah, titik terang muncul. Pengasuh pondok menitahkan tindakan hukum hingga tanpa Karim duga, langkahnya kini melibatkan aparat hukum.
Meski hukum telah berbicara, hati pembenci tak mau mendengar. Pondok justru terkena fitnah dari orang-orang yang sakit hati yang mengancam masa depan santri hingga Karim terpaksa melakukan cara kotor untuk meringkus musuhnya.
Novel ini bukan hanya kisah seorang introvert melawan anxietynya. Bukan hanya kisah santri dan Ustadz melawan fitnah di pondoknya sendiri. Ini adalah kisah nyata orang-orang lemah dan terancam kalah memenangkan keadilan --- dan terluka parah karenanya.
Karim pun hingga kini masih bertanya-tanya. Apakah tindakan yang dilakukannya sudah tepat? Atau justru memperparah keadaan?