Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Lek Selamet melihat keganjilan di pondok As-Sihran tempat dia mengadu nasib sebagai tukang cuci pakaian santri. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa, terlebih setelah dia diperingatkan oleh Ning Ayulia agar tutup mulut, terhadap keganjilan yang dilihatnya setiap malam. Mampukah Lek Slamet bertahan untuk tetap berada di Pondok As-Sihran? Akankah misteri ganjil sepasang pemilik pondok ini terungkap?
Memang tidak meragukan kalau novel horornya Mbak Nimas yg lain dipinang PH. Novel ini buktinya. Perpaduan horor dan pesantren betul" terasa. Menegangkan, tapi ada unsur religi dari tokoh non santri..
Dari awal dikirimi bab per-bab novela ini untuk dibaca, saya excited karena tahu, penulis ini begitu mumpuni sebagai seorang santriwati (apalagi urusan gaib 🙈). Cara berceritanya yang punya karakter sendiri, dan alur yang menanjak dan menukik, memang menjadi ciri khasnya selama ini. Sudut pandang awam yang diambilnya, membuat saya berpikir kalau jadi Lek Slamet saya pun mungkin penasaran (kok bisa seseram itu?). Overall, nice! Semoga menang!
Menegangkan! Alur yang cepat dan tajam, menawarkan presentasi unik akan pesan global, "you reap what you sow!" . Cuma ... dari sudut pandangku, kalo aku jadi Lek Selamet, udah minggat duluan. 😂 welldone, Teh. Sukses!
yang menarik dari novel ini adalah sudut pandang yang digunakan adalah dari kacamata tokoh utama yang bukan santri. Lek Slamet yang hanya berniat cari kerja untuk membiayai kelahiran anak keduanya sedari awal sebenarnya sudah merasakan nuansa 'nganu' dari pesantren yang didatanginya. tapi karena butuh uang, semua yang ia rasakan ditahan-tahan saja. semakin masuk ke dalam kehidupan pesantren, 'nganu'-nya makin berasa. tapi Lek Slamet memilih untuk diam saja. selain karena diwanti-wanti juga, sih. hingga lama-lama ia 'terbiasa'. kehidupan para santrinya sendiri sebenarnya juga ayem-ayem saja, hingga kemudian terjadi sebuah peristiwa. saya suka pesan moral yang disampaikan di sini. pertama, jangan bersekutu dengan selain Allah (kayaknya ini semua penganut Islam udah tahu, ya?). dan kedua, ajakan untuk saling menghormati sesama makhluk, baik yang terlihat maupun tidak. singkat (namanya juga novela), tapi mendalam. worth to read. 😁