Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Love. . . me. . . Begitulah gerak bibir yang diucapkan sang bidadari, sebelum memudar bak tertiup angin dan menghilang di balik jendela rumah itu. Rumah yang di dalamnya pernah terjadi pembunuhan; seorang gadis remaja ditikam dari belakang oleh sahabatnya sendiri. Tapi, masa lalu suram rumah itu tidak menghentikan Adrian memboyong istri dan putrinya pindah ke rumah itu. Karena, baginya kehadiran bidadari itulah alasan sebenarnya ia pindah.
Anita, Istri Adrian, senang dengan rumah itu, lebih besar dan lebih megah. Namun, ia mulai rasakan keanehan suaminya. Lebih-lebih setelah suaminya memutuskan berhenti dari kantornya dan bekerja di rumah. Lalu, ia mulai rasakan kehadiran "yang lain" di rumah itu—kehadiran yang mengancam dirinya.
Lisa, putri mereka satu-satunya. Juga senang dengan rumah itu. Tapi kemudian ia temukan dirinya punya bakat terpendam bermain biola. Juga, ia sering menemukan dirinya berada di tempat lain padahal dia tidak pernah ingat bagaimana dia bisa ada di sana. Ia pun mulai merasakan ada "sesuatu yang lain" di dalam dirinya.
Sementara aku. . . . Ah, jangan pedulikan aku. Hanya penulis fiksi amatir yang diminta merekam pengalaman mereka—mungkin lebih tepatnya paraphrasing pengalaman mereka. Mereka tidak menuntutku menulis sesuai pengalaman mereka seratus persen. Mereka hanya menyediakan data dan membebaskanku menggunakannya, meski mereka juga mengingatkan kalau keputusan akhir tulisanku diterima atau tidak, ada di tangan mereka. Ah, aku tidak peduli. Akan aku tulis semauku, meski. . . terus terang, kisah mereka bertiga membuka mataku untuk melihat melebihi apa yang tampak . . . .