Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Siapa namamu, nak?" tanyanya. "Hamas..." jawab pemuda. "Engkau tak boleh berbuat seperti ini." kata pria berseragam rapi itu sambil menyodorkan segelas teh hangat. "Jika engkau tetap menggali ingatan itu, maka penyakitmu akan semakin parah...". Hamas terdiam. Bagaimana kondektur itu tahu ia sedang sakit hati? pikirnya. Dan bagaimana pula kondektur itu tahu apa yang jadi ingatannya itu yang membuat dirinya tersiksa?. Ia meraba dadanya. Lalu kembali tertunduk. Lantai resto nampak buram oleh sebab suatu genangan di kedua matanya. Ia menyadari, sesuatu yang ditanam Tuhan di dalam rongga jantungnya itu akan menjadi pembantai setiap pemabuk cinta seperti dirinya. Dan sekarang ia berdarah-darah. "Apakah ia tidak mencintaimu?" tanya pria itu lagi sambil mendorong gelas teh lebih dekat lagi ke tangan pemuda malang. Aroma teh menguar ke hidung pemuda. "Aku tak tahu, tapi aku selalu berdoa kepada Allah agar ia mencintaiku". Tangannya lemas hendak meraih gelas. Lalu tak mempedulikannya lagi. "Apakah kau tak menyatakannya?" "Tidak... Itu tak perlu." "Wanita butuh kepastian." "Jodoh itu pasti sudah ditentukan." jawab Hamas singkat. Namun hatinya berkecamuk. Mengapa Tuhan membuatnya tertawan kepada wanita yang sudah menjadi jodoh orang lain?. Apakah yang Tuhan kehendaki atas dirinya?