Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Inilah kisah nyataku di saat aku bisa merasakan mereka. Ketika aku mengalami sakit Thypus selama 45 hari lamanya. Awal mula kejadian adalah pada tanggal 5 April 1998 tepat di hari Minggu Kliwon mereka yang tak kasat mata mulai mendekatiku. Aku berada di dunia lain dan melihat mereka. Wujud mereka yang sangat menyeramkan membuat hatiku tidak memiliki kehidupan yang tenang setiap hari. Ketakutan, itulah yang hanya kurasakan. Keberadaan mereka memang ada. Saat itu, aku setiap malam selalu di seretnya menuju dunia mereka yang selalu di warnai kejadian mengerikan. Hingga hantu anak tiga kembar bernama Dora, Deri, Dera, pertama kali muncul dengan suara nyanyian mereka dan tertawa yang selalu datang memberiku peringatan jika mahkluk jahat datang menghampiriku. Sore itu saat aku mendatangi pemakaman temanku, aku tidak menyadari tubuhku yang kotor duduk di makam seorang gadis remaja. Dengan wajah sedih aku berjalan pulang menuju rumahku. "Sang seng dulat dulit, yang julit jadi. Hahaha. . . .jahat." Nyanyian si kembar Dora yang mengejutkanku, sambil menunjukkan suatu bayangan yang sangat menyeramkan di dalam cermin rias kamarku. Dia berdiri dengan menatapku menggunakan baju putih bangsawan jaman dahulu yang sangat lusuh dan memegang sebuah payung yang dipenuhi cairan merah pekat berbau, menunjukkan jarinya ke arahku. "Matilah. . . ."