Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Setelah kematian Bapak, suara ketukan di jendela tiap malam makin keras. Warga bilang itu hanya angin. Tapi angin tak pernah menyebut namamu—pelan, penuh amarah, dan dendam."
"Dan dia sadar: yang terkubur... bukan hanya tubuh Bapak, tapi juga rahasia mengerikan yang akhirnya menggali dirinya sendiri keluar dari tanah."
Sejak kematian misterius Wijaya, Desa Tibo Pati berubah jadi desa paling menyeramkan. Ketukan pintu dan jendela muncul setiap waktu magrib dan pukul dua dini hari. Bukan cuma satu rumah, tapi satu desa.
Warga resah. Tapi tak ada yang tahu. . . siapa yang datang membawa ketukan itu. Atau apa.
Bisma, anak semata wayang Wijaya, justru lebih dulu mendapat gangguan gaib—jauh sebelum bapaknya meninggal. Saat lembur di kantor, ia diganggu oleh suara lelaki tua, bisikan di ruang kosong, dan barang-barang yang pindah sendiri. Tapi yang paling mengganggu. . . adalah mimpi tentang sosok pocong yang terus-terusan minta tali kafannya dibuka.
Puncaknya? Ia melihat pocong itu—nyata—di ruang meeting kantor.
Ketakutan dan panik, Bisma menelpon Bapaknya lewat video call siang itu juga. Tapi malam harinya, ia justru mendapat kabar bahwa sang Ayah. . . sudah meninggal sejak pagi.
Lalu. . . siapa yang ia ajak bicara tadi malam?
Dalam kabut duka dan kebingungan, Bisma pun memutuskan pulang ke kampung halamannya. Tapi ia tidak tahu—kembali ke desa berarti membuka pintu untuk masa lalu yang seharusnya tak dibangunkan lagi.