Tokoh aku sedang bermain peran. Ia pikir, wanita hanya serupa tuna dalam keranjang untuk para kucing jantan. Sementara lelaki, adalah kucing jantan yang jalang bukan kepalang.

Bukan tanpa sebab, seorang gadis yang menemui penderitaan dan kekerasan akan tumbuh dengan berbagai kemungkinan. Kehidupan memberikannya ibu yang sudah mati, dan bapak yang hidup tapi mati. Atau, bapak yang hidup tapi mati, tapi bukan bapak.

Pada akhirnya, tokoh aku mengutuk dirinya untuk tidak dekat-dekat dengan kucing jantan mana pun, maksudnya adalah laki-laki. Tidak tertarik bertukar perasaan. Apalagi merencanakan pernikahan, tidak sama sekali.

Sampai suatu ketika, ia membuka pertunjukan wayang beber. Kali ini bukan ia yang bermain peran. Ia menyaksikan manusia dengan banyak peran. Tokoh aku menemui Amba, Djenna, dengan lelakinya.

Para perasuk mengacak-acak ruang dalam hati dan kepalanya. Semesta memberinya pilihan, membiarkan tetap acak atau merapikannya dengan segera. Mengembalikan segalanya pada tempatnya.