Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Tan Peng Nio bukan nama yang terpahat di buku pelajaran sejarah. Namun di Kebumen, namanya bergaung seperti legenda yang enggan padam, dikenal sebagai seorang perempuan Tionghoa yang konon pernah mengangkat senjata, melawan ketidakadilan kolonial, dan menolak duduk diam ketika tanah yang ia pijak dirampas oleh kesewenang-wenangan Belanda.
Lalu siapa sesungguhnya Tan Peng Nio?
Seorang pejuang sejati yang terhapus dari catatan kolonial, atau hanya mitos rakyat yang tumbuh dari keberanian imajinasi?
Novel Perempuan Amuk ini menempatkan sosok samar tersebut di pusat panggung dengan menghadirkan perjalanan seorang perempuan yang lahir di persimpangan dua dunia: identitas Tionghoa dan tanah Jawa yang ia cintai.
Ketika penjajahan menekan kebebasan dan memecah masyarakat lewat politik rasial, Peng Nio tumbuh menjadi suara yang menolak tunduk. Ia menjadi bayang-bayang yang mengancam para tuan kolonial, namun sebaliknya menjadi harapan bagi rakyat kecil yang terinjak. Melalui amukan keberaniannya, Peng Nio menantang batasan gender, melampaui stigma etnis, dan memahat tempatnya dalam sejarah lokal, entah sebagai kenyataan, entah sebagai legenda yang terlalu kuat untuk disangkal.
Dalam narasi yang memadukan riset sejarah dengan dunia batin seorang perempuan muda, Perempuan Amuk mempertanyakan: apa arti menjadi pahlawan ketika sejarah enggan mencatatmu? Dan apakah sebuah nama harus nyata untuk memberi keberanian bagi generasi yang datang kemudian?