Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Kasultanan Mataram yang baru saja dipimpin kembali oleh rajanya sepulang dari pengasingan oleh Gubernur Hindia-Belanda Daendless, kembali mengalami musibah kedua dengan diserang dan ditundukkan oleh Thomas Raflles penguasa baru Hindia-Inggris. Setelahnya Kasultanan Mataram mengalami penjarahan naskah kuno, pusaka, dan perhiasan. Sentanu adalah seorang pelarian dari Kerajaan Kasultanan Mataram yang berpusat di Yogyakarta. Pelariannya adalah dalam mengemban amanat dari Baginda Sultan Sepuh melalui pamannya yang seorang abdi pustaka, guna menyelamatkan dan menyerahkan Pusaka Kanjeng Kiai Suryaraja kepada putranya Pangeran Tejakusuma di tanah perdikan Wonorejo. Paman Sentanu dijatuhi hukuman mati dan Kanjeng Sultan Sepuh diturunkan dari tahtanya dan menjalani hukuman ke Pulau Pinang dan selanjutnya dipindah ke Ambon. Dalam pelariannya, Sentanu nyaris tertangkap di Lembah Menoreh, namun berhasil lolos berkat bantuan kera hutan yang terkenal dengan mitosnya sebagai anak siluman kera Mbah Jenggot. Pertemuannya dengan Narasoma dan Larasati yang kelak menjadi saudara seperguruannya diawali dari pertolongan keduanya dari sergapan sepasang pendekar berjuluk Alap-Alap Candramuka. Bersama rekan seperguruannya yang tertua bernama Wirya Santika mereka bergabung sebagai prajurit sandi laskar Diponegoro. Dalam suatu pertempuran mereka berhasil membinasakan serdadu gerak cepat Kapten Van Ingen. Namun, pasukan bantuan yang datang mengejar bersama Alap-Alap Candramuka, Weling Kuning-Ireng, dan Enam Siluman dari Wengker berhasil mengalahkan laskar prajurit sandi yang hendak membawa kabur meriam milik serdadu Van Ingen. Bahkan Alap-Alap Candramuka mampu melumpuhkan Larasati dalam perjumpaannya yang kedua. Larasati dan Narasoma berhasil lolos dalam kondisi cidera berat namun tidak diketahui keberadaanya, bahkan dikabarkan telah tewas. Sedangkan Sentanu tertangkap. Wirya Santika dan anak buah sandinya berhasil menyusup ke benteng lawan dan membawa kabur Sentanu menuju padepokan milik gurunya. Tertangkapnya Pangeran Diponegoro membuat serdadu Belanda semakin brutal. Semua yang dianggap terlibat menjadi incaran untuk ditangkap atau dihukum mati, tak terkecuali padepokan yang dianggap mendukung pemberontakan. Padepokan Eyang Wanu Tejokusumanpun tak lepas dari kedatangan para serdadu dan pendekar bayaran. Dengan kecerdikannya Eyang Wanu menyamarkan padepokan pencaknya sebagai pusat budaya tari Jawa. Menjelang kematiannya Eyang Wanu Tejakusuma membuat wasiat demi keselamatan murid-muridnya untuk membubarkan padepokan dan mengembalikan Pusaka Kanjeng Suryaraja ke Istana, sedangkan serat gubahannya di serahkan kepada muridnya yang lain untuk dilarikan ke timur Jawa menuju Gunung Meru Agung. Salah seorang bangsawan keraton yang memihak Belanda mengetahui hal ini dan memburu keberadaan serat itu. Mampukah Sentanu melaksanakan wasiat sang guru, bagaimanakah nasib Narasoma dan Larasati, serta nasib Wirya Santika yang menyerahkan pusaka ke Istana?