Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Edgar pernah berkata, jika ada Amin Malaikat pada setiap tetes air hujan yang jatuh ke Bumi, dan Emily mempercayainya setengah mati.
Sebagai seorang Aktivis, Edgar Allan Syahputra adalah dia yang begitu membenci Koruptor, Kapitalis dan segala hal tentang kemunafikan yang terjadi di Negara ini. Dari semuanya, Emily adalah yang terburuk. Pertama, Emily adalah anak seorang pejabat pemerintah yang begitu dekat dengan korupsi. Kedua, gadis itu begitu menyukai menghambur-hamburkan uang yang bagi Edgar semakin memperkaya para Kapitalis. Ketiga, Edgar gagal untuk tidak terpikat oleh pesonanya.
Label sebagai seorang anak Pejabat begitu melekat pada diri Emily Haruna Alamsyah. Harusnya hidupnya sempurna, tapi kenapa Edgar seakan begitu anti padanya? Ada beberapa fakta seornag Edgar yang Emily tahu. Satu, Edgar adalah seorang Presiden BEM di Kampusnya. Dua, cowok itu begitu membenci Pejabat pemerintahan. Ketiga, Ada rahasia yang Edgar sembunyikan darinya.
Siapa yang tahu, sejak Emily mengumumkan pada semua orang jika ia sedang menjalin hubungan dengan Edgar, hidupnya akan berubah sepenuhnya. Bukan seperti apa yang ia bayangkan, terlalu banyak luka yang tak mampu ia hadapi.
Edgar selalu percaya, jika sebuah pertemuan tidak akan pernah terjadi tanpa sebab. Begitu juga pertemuannya dengan Emily. Tidak ada seorang pun yang siap untuk patah hati, termasuk dirinya sendiri.