Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Bagaimana kalau ternyata salah satu teman kita pencurinya?" ujar Adit setelah membasuh tangan dari sisa nasi menggunakan sisa air minumnya di cangkir kaleng.
"Atau mungkin salah satu dari kita," sahut Boy masih mengunyah nasi. Tiga temannya kompak berpaling ke arahnya. Boy tetap tenang lalu berkata, "kita mesti adil sejak awal. Coba keluarkan alibi masing-masing!"
Ega mengerutkan kening. "Alibi itu isim atau fi'il?" tanyanya. "Baru denger."
"Saudaranya Alfaribi," celetuk Boy menahan gemas, menyinggung tokoh ilmuan muslim jadul. Adit dan Wendi menggeleng bersamaan sambil menahan tawa. Namun tawa Wendi lebih dulu pudar, kemudian mulai memperlihatkan anggukan yang menandakan ucapan Adit dan Boy barusan masuk akal.
***
Empat ekor domba pesantren hilang. Kyai Said menutupi amarahnya karena tak mau kabar pencurian menyebar. Itu bisa mencoreng nama baik pesantren yang sedang berharap bantuan dana dari pemerintah. Kyai Said menganggap para penjaga malam telah lalai. Sekarang keempatnya merasa harus mengembalikan nama baik mereka dengan berusaha menemukan pelaku pencurian. Mereka mendatangi tempat-tempat di sekitar pesantren yang selama ini asing. Mereka menemukan petunjuk, tapi misteri-misteri lain mengikuti.