Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Resah dan gelisah. Itulah kondisi batin ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz selepas menjadi penguasa Dinasti Umawiyyah1 di Damaskus, Suriah, di usia sekitar 39 tahun. Kala itu, selama berhari-hari, dia kerap sulit memejamkan mata, walau malam telah sangat larut. Amanah yang dia sangga, sebagai penguasa tertinggi negara, ternyata terasa sangat berat baginya. Penguasa yang satu itu, sebagaimana termaktub dalam torehan sejarah Islam, adalah penguasa ke-8 Dinasti Umawiyyah yang terkenal adil dan bijak. Cicit ‘Umar bin Al-Khaththab2 ini lahir di Madinah pada 61 H/681 M* dan tumbuh dewasa di Helwan, Mesir hingga berusia sekitar 20 tahun. Dia kemudian dikirim ke Madinah Al-Munawwarah3, untuk menimba ilmu. Lantas, ketika ayahandanya berpulang, dia kembali ke Damaskus dan menikah dengan sepupunya, Fathimah, putri dari ‘Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-‘Ash, penguasa ke-5 Dinasti Umawiyyah.