Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
"Menikah?" Ujar Airin sedikit kesal. Gadis usia 30 tahun yang masih betah hidup melajang, di hujani pertanyaan yang membosankan dari Bibi dan Pamannya setiap ada acara keluarga di rumahnya.
Airin melirik dengan menyipitkan sepasang matanya ke arah saudaranya yang lain yang ikut nimbrung dengan pembahasan hal yang sama.
"Memiliki teman hidup, punya anak yang lucu-lucu, menghabiskan masa tua yang indah.... Bla, bla, bla, bla...." Tidak sampai kalimat itu selesai Airin memilih menghindar, berlenggang menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"Ayo turun! Setahun sekali lho kita berkumpul." Ucap Ibunya, mernarik pergelangan tangan kirinya. Airin menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. ibunya kali ini berperan sebagai manusia rubah. Suaranya lembut namun matanya melotot tajam menatap Airin, mencengkram pergelangan tangan Airin lebih erat, kuku Ibunya layaknya serpihan kaca yang menusuk nadi.
Ibunya seakan menjadikan Airin sebagai bahan jamuan untuk keluarga besarnya. Entah karena Ibunya memang tidak peduli perasaan Airin atau karena Ibunya ingin merubah pemikiran Airin yang tidak ingin menikah dengan cara melempar pertanyaan yang berkaitan tentang "kapan menikah?" terus menerus hingga sampai Airin mundur dengan hidup melajangnya dan menerima perjodohan.