Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Ismu terkenang pada catatan buku merah Tuan M. Masyarakat borjuis modern yang timbul dari runtuhan masyarakat tidak akan menghapus pertentangan kelas. Ia hanya menciptakan kelas-kelas baru, syarat-syarat penindasan baru, bentuk-bentuk perjuangan baru sebagai ganti yang lampau.
"Apakah hirarki dalam masyarakat tidak bisa hilang?" Ismu mendekam dalam hati.
Ia memandang realitas dirinya. Dirinya yang menjadi orang-orang sederhana. Mengenang rasa kecewanya hingga memakan kamfer, butiran pengharum kamar mandi. Ia berkali-kali menyadari bahwa "Politik memang bisa merubah nasib orang-orang banyak. Tapi isi dapur, isi dapur yang menyala tak selamanya ditanggung oleh politik."
Ia juga menyadari, "Bahwa perubahan nasib dari orang-orang sederhana, memang seharusnya diperjuangkan oleh orang-orang sederhana itu sendiri". Seperti kata Tuan M, "Pembebasan kelas buruh haruslah tindakan kelas buruh itu sendiri." Sekali lagi, Ismu memilih menerima realitas.
Orang-Orang Sederhana bercerita tentang polemik daerah tambang yakni pada kabupaten HT tempat tinggal Gifar dan Ismu. Kemudian cerita berjalan mundur kembali ke Desa W, tempat tinggal Gifar dan masa remajanya serta keinginan Gifar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Kemudian bercerita tentang perjalanan Gifar di Kota T serta beberapa desa yang dikunjunginya, serta diskursus mengenai kaum miskin, kesadaran sosialisme dengan berbagai teman sesama aktivis pergerakan. Terakhir bercerita tentang perjalanan kembali ke desa dan kehidupan absurd paska kampus.