Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Aku masih berlari diantara kerumunan orang. Nafasku tersengal. Bibirku meringis menahan perih. Jelas saja aku kesakitan telapak kakiku tergores, karena bergesekan langsung dengan panasnya aspal siang ini. Tubuhku bermandikan keringat. Mataku menatap tajam sebuah ironi, ketika puluhan bangunan habis dilalap jago merah. Hawa panas menyeruak, asap hitam mengepul. Suara tangisan itu melekat di telingaku.
Aku menghampiri seorang laki-laki berseragam, ia membantu para wanita dan anak-anak masuk ke dalam kendaraan dinas. Tanganku berusaha menggapai pundak lelaki bertubuh kekar yang ada di depanku. Tapi, aku tak mampu. Ada apa denganku ? Kenapa aku tak bisa menyentuhnya ? Tak ada jawaban untuk pertanyaanku.
Tak berselang lama, aku melihat lelaki berseragam itu berlari ke sebuah bangunan yang dilalap api. Aku bingung dengan sikapnya. Siapa dia ? Lelaki dengan tubuh tinggi tegap, sorot mata tajam dan akurat, yang memiliki keberanian bak raja hutan. Aku berusaha membantu tapi tak bisa. Aku meremas rambutku. Di mana aku berada ? Untuk apa aku di sini jika aku tak bisa membantu. Aku berteriak sekeras-kerasnya. Tak berselang lama, aku melihat lelaki itu keluar dari kobaran api dengan selamat sembari menggendong bayi kecil. Aku tersenyum simpul bersama air mata yang mengalir dari kedua mataku. Suara nan lembut menyadarkanku.