Erwin, seorang pemuda berusia 20 tahun dari Indonesia, merantau ke Australia dengan impian mengubah nasib. Ia bekerja keras sebagai pelayan restoran, berjuang di negeri asing demi masa depan yang lebih baik. Namun, suatu malam yang kelam, saat pulang kerja menuju apartemennya, Erwin diserang dan diperkosa oleh lima orang lelaki berkulit hitam. Peristiwa brutal itu menghancurkan jiwanya, meninggalkan trauma mendalam, ketakutan yang tak terhingga, dan rasa jijik terhadap tubuhnya sendiri.

Dalam kondisi yang sangat rentan dan terpuruk akibat trauma, Erwin bertemu dengan Mark, seorang pria paruh baya yang kesepian dan memiliki fetish terhadap pria-pria feminim. Mark, dengan mata tajamnya, melihat "potensi" besar dalam diri Erwin untuk menjadi seorang waria. Ia memanfaatkan kerapuhan Erwin dan secara licik meyakinkan pemuda itu bahwa ia sudah "tidak pantas lagi menjadi laki-laki" setelah apa yang menimpanya. Dengan bujuk rayu dan manipulasi psikologis yang intens, Mark mendorong Erwin habis-habisan untuk menjalani terapi hormon dan bahkan operasi implan payudara, menjanjikan sebuah "kebahagiaan" dan "penerimaan" yang hanya bisa ditemukan dalam identitas feminin yang baru.

Di bawah pengaruh Mark yang kuat, Erwin terjerumus dalam perjalanan yang mengubah segalanya, bertransformasi secara fisik menjadi identitas feminin yang diidamkan Mark. Di Australia, tempat pernikahan sejenis dilegalkan, Erwin akhirnya menikah dengan Mark dan memulai kehidupan berumah tangga. Kisah ini adalah tentang seorang individu yang hancur, terpengaruh, dan mencari identitas di tengah bayangan gelap masa lalu, menemukan sebuah "rumah" dan penerimaan dalam ikatan yang kompleks, di mana trauma, ketergantungan, kontrol, dan pencarian jati diri yang terdistorsi saling berkelindan dalam kehidupan sehari-hari mereka.