Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Novel ini mengangkat kisah rumah tangga yang diguncang oleh pengkhianatan dan luka batin yang mendalam. Secara umum, karya ini bisa diletakkan dalam ranah drama psikologis dan realisme domestik, dengan elemen-elemen tragis yang menyorot krisis moral, keterasingan batin, dan perjalanan jiwa seorang pria bernama Roman dalam menghadapi kehancuran rumah tangganya.
Dari sisi alur, novel ini mengikuti jalur kronologis linier yang sesekali diselingi dengan refleksi masa lalu dan bisikan batin tokoh utama. Ketegangan dibangun perlahan, dimulai dari rasa curiga dan gelombang emosi yang samar, lalu mengarah ke puncak konflik berupa perselingkuhan. Setelah itu cerita terus bergulir ke fase pelarian, penyangkalan, kejatuhan, dan pada akhirnya, kemungkinan bangkit kembali. Pembaca dibawa menyusuri ruang-ruang batin yang retak, yang tak jarang terasa memekakkan, karena terasa begitu dekat dengan realitas rumah tangga masa kini—tampak utuh di permukaan, namun diam-diam tercerai-berai di dalam.
Dari segi tokoh dan karakterisasi, pusat perhatian tertuju pada Roman, seorang suami yang awalnya digambarkan penuh kasih, setia, dan mengayomi. Ketika ia menyewa detektif untuk memantau istrinya, kita dihadapkan pada dilema moral: apakah itu bentuk cinta dan kepedulian, atau awal dari kehancuran kepercayaan? Namun, seiring perkembangan cerita, ketulusan Roman justru berubah menjadi luka terdalam saat ia harus menyaksikan sendiri bukti tak terbantahkan dari pengkhianatan itu. Roman bukan sosok sempurna, justru sisi emosional, kecenderungan impulsif, dan kerapuhan psikologisnya itulah yang membuatnya begitu nyata dan manusiawi.
Liza, sang istri, juga tidak digambarkan sebagai sosok antagonis hitam-putih. Ia adalah pribadi kompleks—profesional, berpenampilan baik, namun menyimpan kekosongan dan keraguan yang membuatnya memilih jalan yang salah. Liza tidak dihadirkan untuk dibenci, melainkan untuk dimengerti, bahkan kalau pun dengan perasaan getir. Keputusannya menyakiti, tapi juga mengungkap lapisan-lapisan persoalan rumah tangga yang selama ini tertutupi.
Tokoh-tokoh pendukung seperti Dimas, pria yang menjadi selingkuhan Liza, serta kakak Roman yang menjadi pelarian emosional, memberi kedalaman narasi. Mereka bukan hanya pelengkap, melainkan pantulan dari konflik utama yang dihadapi Roman. Lewat mereka, kita diajak merenungi: bahwa pengkhianatan bukan hanya tentang tubuh yang berkhianat, tapi tentang keruntuhan kepercayaan dan hilangnya rasa aman.
Gaya bahasa novel ini cenderung mengalir, puitis, dan sangat emosional. Penulis banyak memanfaatkan narasi batin, metafora, dan gambaran perasaan yang intens untuk menggambarkan turbulensi emosi tokoh-tokohnya. Diksi seperti "malam jahanam", "larut dalam keringat dan pengkhianatan", atau "jiwaku sibuk berwudu dengan rasa curiga" menunjukkan upaya penulis untuk menggetarkan pembaca bukan hanya secara naratif, tapi juga secara batiniah.
Narasi ini menempatkan pembaca dalam posisi yang sangat dekat—seolah-olah mereka duduk di samping Roman, menyaksikan bagaimana seseorang bisa jatuh sedalam-dalamnya tanpa pernah terlihat dari luar. Dalam banyak bagian, tulisan ini menyerupai pengakuan batin atau jurnal pribadi yang getir dan menggugah simpati.
Tema utama dalam novel ini adalah pengkhianatan, luka batin, dan perjuangan untuk bangkit kembali. Namun, ada juga tema-tema lain yang tersirat: komunikasi yang gagal dalam pernikahan, ekspektasi yang membunuh cinta, keterasingan dalam kehidupan modern, serta cara laki-laki memproses kesedihan secara sunyi dan menyakitkan.
Kekuatan novel ini terletak pada kemampuannya menyentuh kenyataan sosial kontemporer. Banyak pembaca akan merasa bahwa mereka "diceritakan" dalam novel ini. Di tengah kehidupan urban yang cepat dan membingungkan, di mana relasi dibentuk lewat layar dan pekerjaan, kesetiaan menjadi semakin rapuh.
Akhirnya, kisah ini menantang pembaca untuk merenung lebih dalam: seberapa kuat cinta bisa bertahan ketika kepercayaan sudah dihancurkan? Dan siapa sebenarnya yang menjadi korban, ketika semua orang merasa terluka?
Hei kamu, ya kamu....yang baca sinopsis ini.., Jangan Selingkuh ya?!!