Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Locus adalah dunia pasca-Apeiron. Semesta setelah Era Kekosongan yang hampa dan gulita. Apa-apa yang tertinggal dari sisa-sisa peradaban lama serta peperangan di padang gurun waktu itu masih utuh (bisa juga tidak) pada tempatnya. Memasuki Era Kebangkitan, bukan hanya para entitas, ketiga Alam pun berproses untuk memulihkan kembali diri masing-masing dan keseimbangan. Namun kendati demikian, tak ayal bila dengan mudah bisa menjumpai monster-monster berkeliaran maupun kuburan hingga reruntuhan. Ada satu aturan penuh yang disepakati di antara pengisi kuasa dalam Dewan Kuno di Langit Locus. Terdiri dari ruang, waktu, kecepatan, relativitas waktu, cahaya, dan kegelapan. Sebuah aturan kuno tentang perasaan, emosi, peperangan, perdamaian, kekuasaan, kerja sama, kebaikan, dan keburukan, yakni wewenang yang sama dari mereka berenam masing-masing. Sekalipun Dewa Bayangan dan Dewi Cahaya merupakan putra dari ruang dan waktu. Namun, keberadaan mereka sedikit mengubah aturan kuno. Kini mereka setara dengan siapa saja yang menaruh kepercayaan di samping wewenang mereka. Kelahiran keturunan ketiga sangat tidak diharapkan oleh siapa pun. Bahkan oleh suku-suku pemuja ruang dan waktu. Suku-suku yang secara turun-temurun mewariskan segala aturan dan hukum kuno kepada setiap penerus mereka. Penerus, pelindung, serta tangan-tangan pelaksana keputusan penguasa. Penerjemah dan penyampai pesan. Telik sandi, penutup, dan pembuka rahasia. Kelahiran keturunan ketiga berarti alam semesta akan segera goyah. Kelahiran keturunan ketiga pertanda mahapralaya. Namun, kelahiran keturunan ketiga pun bisa bermakna sebaliknya. Tidak ada seorang pun mengetahui pesan yang tersirat di baliknya. Semuanya masih akan sekadar spekulasi sampai Dewan Kuno memutuskan. Sampai keputusan Dewan Kuno turun kepada suku-suku, selama itu pula "keturunan ketiga" akan dijunjung tinggi di mana pun ia berada. Bahkan bisa pula sebaliknya, dianggap hanya manusia biasa. Setiap suku punya aturan dan kehendak masing-masing. Namun kendatipun demikian, Dewa-Dewi sudah saling memusuhi amat jauh semenjak hubungan terlarang sepasang ketururan pertama, Dewa Api dan Dewi Petir. Sebuah hubungan sepintas yang melahirkan keturunan kedua, ayah satu-satunya sang keturunan ketiga.