Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
LENTING dihantui mimpi yang sangat buruk. Ternyata, itu bukan hanya sekadar mimpi. Mimpi bertubi sebelum keberangkatannya ke kampung halaman sang ayah adalah awal dari kenyataan yang lebih buruk.
Lenting pulang ke kampung halaman sang ayah di kaki Gunung Marapi, Minangkabau. Ia pulang ke rumah sang nenek. Sebagai cucu perempuan, Lenting membayangkan sambutan hangat dari sang nenek. Apalagi, kampung halaman sang nenek menganut sistem kekerabatan matrilineal yang mengagungkan perempuan.
Semua tak seperti bayangan Lenting. Karena beribu kepada perempuan dari Jawa, Lenting tidak dianggap sebagai cucu perempuan. Di kampung, ia disebut sebagai perempuan yang terbuang.
Lenting mendapatkan perlakuan buruk. Terutama dari orang-orang kampung. Semula Lenting mengira karena hobinya menari. Tapi, semuanya bermula dari masa lalu. Perlakuan buruk yang dialami Lenting merupakan warisan sang ibu. Sang ibu mati secara tak wajar ketika ia melahirkan Lenting. Arwah perempuan itu gentayangan. Arwah sang ibu merasuk ke tubuh Lenting. Lewat sang anak, ia menuntut balas.