Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Bercerita tetang kekhawatiran, keresahan dan kerinduan dua anak muda. Lara dan Arunika. Keresahan akan masa depan ibu desa. Kekhawatiran akan keadaan merekka berdua. Dan kerinduan mereka pada masa kecil yang terus menghantui tidurnya. . Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Selain menerima pada akhirnya. Tidak. Sejujurnya mereka tidak menyerah. Hanya memikirkan ulang bagaimana baiknya untuk menghentikan satu tradisi itu. . Lara, juga Arun adalah dua anak muda yang pada akhirnya tersadar. Lingkungannya tidak baik-baik saja. Tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mendengarkan dan membiarkan diri mereka digerakkan. Arah jalan anak seusianya ditentukan oleh kedua orang tua masing-masing. Ya, kecuali Lara dan Arunika. . Pada satu cerita, saat kenangan masa kecil hampir setiap hari membentuk sekumpulan bayang. Arun bercerita mengapa di masa kecilnya tidak pernah sekalipun kata 'Ibu kota' keluar dari mulutnya. Ibu kota adalah satu-satunya alasan kenapa ia kini tinggal seorang diri. Juga alasan kenapa Lara dengan Bapaknya selalu beradu suara. . Orang desa tetap sama. Tetap dengan pikiran dan imajinasi mereka yang melekat pada pikiran anak-anaknya. Bahwa Ibu kota sangat indah. Lebih indah dari Ibu desa yang memberinya banyak air asi. Sampai akhirnya mereka akan sadar, "Pada akhirnya kita semua akan sama-sama meninggalkan Ibu desa." Kalimat itu akhirnya terucap dari bibir Arun.